part 11

668 57 0
                                    

Alunan musik menggema dengan keras didalam ruangan remang-remang yang dipenuhi oleh benda-benda haram. Wanita-wanita berpakaian mini berjoget ria sembari sesekali menggoda lawan jenis tanpa tahu malu. Tak ayal banyak dari pengunjung yang mampir untuk sekedar melepaskan stress, hanya dengan menonton puluhan orang yang tertawa senang mampu melupakan sejenak masalah yang menimpanya.

Dan disinilah sekarang, gavin dengan wajah frustasi menghabiskan waktunya didalam bar yang baru saja dibuka beberapa hari lalu. Sebenarnya gavin bukan tipe orang yang suka hal seperti ini, tapi malam ini pikirannya sangat kalut. Menurutnya alkohol adalah obat terbaik untuk mengatasi kecemasannya ditemani oleh zidan sahabat karibnya gavin telah menghabiskan lima botol wiski yang mengakibatkan dirinya sangat mabuk sekarang.

Zidan sudah melarang sahabatnya itu berkali-kali agar tidak minum secara berlebihan karena tahu toleransi alkohol gavin sangatlah rendah dan memang tidak terbiasa minum. Tapi apalah daya yang dia hadapi sekarang adalah sikepala batu gavin, percuma melarangnya karena ucapannya bagaikan angin yang lewat begitu saja. Ditempatnya zidan mengacak rambutnya kasar melihat kondisi sahabatnya yang sudah setengah sadar dan terus meracau tidak jelas.

"pa...papa bego daffin kenap-hiks kenapa papa sial!! gue......" racaunya tidak jelas dengan kondisi setengah sadar dan sedikit terisak.

"woyy vin bangun dong ah elah jangan bikin gue pusing, frustasi boleh tapi jangan nyusahin temen juga, gue mesti bilang apa nanti ke kakak lo?!!" kesalnya sambil menggoyangkan tubuh gavin dengan kasar. Jujur saja dia sangat takut pada daffin. Dia tahu bagaimana kerasnya daffin melarang adiknya untuk tidak mendekati tempat haram itu. Tapi sekarang gavin justru meminum minuman haram itu. Pasti setelah ini dia juga mendapat imbas amarah daffin.

"lo pulang sendiri ya gue takut sama bang daffin" ujarnya namun tidak mendapat respon apapun dari gavin. Sepertinya pria itu sudah benar-benar hilang kesadaran.

"sumpah mau nangis aja gue, vin pliss lah bangun woyy!!!" ucap zidan dengan wajah panik.

Sambil menatap gavin kesal, zidan memutar otak agar bisa menolong sahabatnya tanpa harus menghadapi amukkan daffin. Tapi justru otaknya tidak bekerja saat panik, dia tidak bisa memikirkan cara apapun selain mengantar gavin pulang. Tapi dia sangat takut. Harus bagaimana dia sekarang.

"bodo amat, pikirin nanti aja siapa tau bang daffin dapet hidayah nggak marahin gue, lagian gue cuma nurutin maunya sicurut" gumamnya sambil membantu gavin untuk bangun.

Dengan tidak aestheticnya zidan memapah sambil menyeret tubuh gavin yang memang sudah tidak sadar. Urusan daffin nanti yang penting sahabatnya bisa pulang dengan selamat. Zidan tidak setega itu, meskipun awalnya berniat untuk meninggalkan gavin tapi akhirnya dia sendiri yang memutuskan untuk mengantar gavin pulang.

Dengan sedikit kesusahan zidan memasukkan tubuh gavin kedalam mobil, dia biarkan gavin tidur dijok belakang agar membuat sahabatnya itu lebih nyaman, ditatapnya sebantar kondisi gavin yang bisa dibilang sedikit kacau ada rasa iba didalam hati pria itu melihat bagaimana hal seperti ini tidak pernah terjadi dalam hidup gavin. Seperti yang kita tahu gavin hidup dengan sangat bahagia selama ini, namun siapa sangka sekarang malah seperti ini.

Zidan sendiri tidak tahu alasan gavin menjadi sefrustasi ini. Mereka juga baru bertemu hari ini setelah kepulangan gavin dari amerika.

"lo kenapa jadi begini sih? Kalau ada masalah tuh cerita jangan dipendem sendiri, kalau begini kan jadi nyusahin gue" ujarnya kemudian melajukan mobilnya memecah keheningan malam.

Tak butuh waktu lama zidan tiba didepan rumah mewah milik daffin. Dia membawa gavin memasuki rumah mewah itu, saat berada didalam terlihat keheningan menyapa kedatangan mereka. Zidan mengedarkan pandangannya mencari penghuni rumah yang mau membantunya membawa gavin kekamar. Bukan apa-apa dia sebenarnya mampu membawa gavin kekamarnya tapi tidak untuk kondisi sekarang, kamar gavin berada dilantai atas yang mengharuskan dia menaiki tangga agar bisa sampai kesana. Kalau dia nekat membawa gavin naik tanpa bantuan yang ada setelahnya gavin berakhir dirumah sakit. Mau menggendong pun dia tidak kuat, tubuh gavin terlalu berat dan berotot beda jauh dengan zidan yang hanya mempunyai postur tinggi namun tidak memiliki otot. Sebenarnya ada tapi sedikit. Itu kata zidan.

Embrace Of The SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang