20

162 27 4
                                    

Hari libur seperti biasa Seungkwan pergi kepanti bersama Kihyun, setelah beberapa kali absen.

Hari ini agak aneh, karena ada beberapa mobil mahal parkir dipelataran panti. Dan sepertinya ada beberapa penyambutan, terlihat beberapa karyawan panti berlalu lalang sibuk.

"Eonie, apakah ada acara?". Tanya Seungkwan apda Kihyun, begitu memasuki panti.

"Sepertinya, mereka tak ada yang memberitahuku." Jawab Kihyun "Mungkin saja ada tamu yang mendadak datang".

"Oh, mungkin juga". Seungkwan mengangguk-angguk mengerti, hingga ujung matany melihat seseorang yang baru saja keluar dari toilet. "Kakek?".

Orang yang Seungkwan sebut kakek, menoleh. Dan langsung tersenyum begitu tahu Seungkwan yang memanggilnya.

Seungkwan juga Kihyun berlari menghampiri guna memberi salam, berbeda dengan Seungkwan yang langsung memeluknya.

Sang kakek awalnya terkejut, tapi langsung tertawa terbahak melihat kepolosan Seungkwan.

Kihyun yang merasa tak enak berusaha menghentikan Seungkwan, sedekat apapun, sang kakek tetap bosnya. Ya, kakek yang dimaksud adalah kakek dari seorang Jeon Wonwoo, sekaligus donatur terbesar dipanti ini.

"Jadi mobil-mobil didepan itu adalah rombongan kakek?". Celetuk Seungkwan " tetapi panti tak mengabari kami bahwa akan datang tamu hari ini".

"Kami mendadak datamg kesini, karena ibu Wonwoo yang mengajak". Jawab kakek Jeon.

"Ibu Wonwoo juga disini?".

Kakek Jeon mengangguk."apa kabar kau? Setelah acara itu, kau tak menemuiku"..

"Aku baik-baik saja kek, maafkan aku".

" Seungkwan jangan biarkan tuan besar berdiri lama". Kihyun mengingatkan.

Seolah baru sadar, Seungkwan segera mengajak kakek Jeon duduk.

Tetapi, seseorang yang sepertinya ajudan kakek Jeon datang menjemputnya. "Tuan, acara makan akan dimulai".

Kakek Jeon mengangguk. "Ayo Seungkwanie, makan bersama kami".

"Tidak tuan besar, kami tidak apa-apa terimakasih ". Ini Kihyun yang menolak, karena dia merasa tak pantas jika harus makan bersama mereka.

Menyadari apa yang dimaksud Kihyun, Seungkwan mengangguk setuju, cukup memalukan jika Seungkwan pergi kesana. Ditambah penampilan Seungkwan yang biasa saja.

"Ayolah, sedari tadi sangat membosankan berada diantara Jeon Wonwoo dan ibunya. Akan menyenangkan jika kau duduk bersama kami". Bujuk Kakek Jeon.

"Wonwoo ada disini?". Seungkwan cukup terkejut, tapi merasa senang begitu tahu itu.

"Tentu saja, jadi ayo".

Seungkwan menoleh kearah Kihyun seolah meminta persetujuan. Jika sudah begitu, Kihyun tak enak jika harus menolak permintaan bos nya.

***

Wonwoo yang awalnya bosan karena harus menuruti ibunya untuk duduk bersama mereka, menyunggingkan senyumnya saat melihat kakeknya datang dengan Boo Seungkwan.

Begitu pun Sana, di melompat senang begitu melihat Seungkwan masuk kedalam aula, dia bahkan berlari menghampiri Seungkwan, dan menariknya untuk mengikutinya, untuk duduk bersama mereka.

Jadi Sana juga ada disini?.

Seungkwan tahu, nyonya Jeon kurang suka dengan kedatangannya, terlihat dari caranya menatap Seungkwan.

Tapi Seungkwan tetap menghormatinya dengan memberi salam. Dan matanya beralih pada Wonwoo, dan senyumnya mengembang begitu saja.

Sana meminta Wonwoo pindah untuk duduk di samping Nyonya Jeon menggantikannya, sedangkan dia duduk di kursi yang awalnya Wonwoo duduki,untuk duduk disamping Seungkwan.

Sebenarnya Seungkwan merasa canggung duduk disatu meja dengan keluarga Jeon, apalagi ada Nyonya Jeon disana. Tapi kakek Jeon dan Sana menyambutnya dengan baik.

Sementara Kihyun memilih untuk duduk ditempat lain, karena dia merasa tak ada yang dia kenal disana.

***

Dan ternyata sebuah kesalahan untuk Seungkwan berada disana. Nyonya Jeon selalu bicara tentang Sana pada orang-orang yang berada disana dan memujinya. Dan jujur saja, entah kenapa Seungkwan merasa dari ucapannya nyonya Jeon seperti membandingkan Sana dengannya. Dan itu membuat Seungkwan merasa malu atau rendah diri.

Sana menyadari ucapan nyonya Jeon terlalu memojokan Seungkwan, dan dia tak enak hati saat melihat Seungkwan menunduk dalam.

"Ibu...!!".

Nyonya jeon tersentak saat Jeon Wonwoo berseru padanya, begitu pun yang lain.

"Jeon Wonwoo, kenapa kau berteriak pada ibu?".

"Hentikan bu, kenapa ibu terkesan membanding-bandingkan Sana dan Seungkwan? Padahal ibu Jelas tahu, disini yang menjadi kekasihku adalah Seungkwan, bukan Sana".

Mata Seungkwan membulat, Wonwoo membelanya, didepan ibunya. Ujung matanya sedikit melirik Sana, dia pasti terluka, batin Seungkwan.

"Jeon Wonwoo, jaga bicaramu. Aku ibumu".

"Itu karena ibu tak menjaga perasaan pacarku. Bagaimana bisa ibu bicara tentang pacarku didepan semua orang dan membandingkannya dengan wanita lain".

"Wanita lain itu adalah tunanganmu".

"Dan aku tak pernah menyetujuinya, aku tak pernah mau ditunangkan, Sana adalah sahabatku". Jelas Wonwoo " dan asal ibu tahu, Seungkwan lah yang aku pilih".

Seungkwan jelas tahu, ucapan Wonwoo hanya untuk melawan ibunya. Tapi ada perasaan aneh didadanya saat Wonwoo mengucapkan itu.

Belum selesai rasa terkejutnya, saat Wonwoo tiba-tiba berdiri dan beranjak menghampirinya. Mengamit tangannya, tanpa bicara apa-apa menariknya keluar dari aula, tanpa peduli pada semua yang menatapnya.

***

Wonwoo berjalan dingin disampingnya, sejak Wonwoo mengajaknya keluar dari panti tadi, dia tak membuka mulutnya.

Mengingat kejadian tadi, sebenarnya Seungkwan merasa bersalah. Wonwoo melawan ibunya hanya untuk membelanya.

Seharusnya Seungkwan berterima kasih, tapi dia tak suka Wonwoo bersikap kasar pada ibunya.

"Wonuyah".

"Hm..". Wonwoo hanya menanggapinya tanpa menoleh dan tetap berjalan.

" Maaf, tapi seharusnya kau pada ibumu....".

"Ibuku sudah keterlaluan" sela Wonwoo.

"Ibumu tak salah, wonuyah".

"Dia bukan ibuku"

***

Pada saat Wonwoo berumur 2tahun, Wonwoo harus kehilangan ibunya. Satu tahun setelahnya, ayah Wonwoo kembali menikah, dengan nyonya Jeon yang menjadi ibunya sekarang.

Sejak awal bertemu, nyonya Jeon sudah menyukai Wonwoo. Anak sekecil Wonwoo sudah harus kehilangan ibunya. selain itu, ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga Wonwoo kurang dapat perhatiannya. Beruntung Jeon Wonwoo mendapat seorang ibu tiri yang menyayanginya. Yang selalu menemaninya. Saking sayangnya, nyonya Jeon bahkan memutuskan untuk tidak mempunyai anak, karena ingin memberikan semua kasih sayangnya untuk Wonwoo.

Itulah yang menjadi alasan Wonwoo menyayangi ibu nya. Wonwoo akan selalu menuruti kemauan ibunya. Menjadi siswa teladan contohnya, dan apapun yang diinginkan ibunya, termasuk dijodohkan dengan Sana. Karena Sana telah menjadi temannya sejak kecil, Nyonya Jeon menyukainya.

Walaupun sebenarnya Wonwoo ingin menolak, tapi rasa sayang pada ibunyalah yang membuat dia menyetujuinya.

"Jelas itu bukan salah ibumu" kata Seungkwan setelah mendengar cerita Wonwoo. " Kau yang selalu menuruti kata ibumu, yang membuat ibumu yakin kau akan selalu melakukan yang dia mau".

Ucapan Seungkwan membuat Wonwoo terpaku menatapnya, tanpa sadar membenarkan ucapan Seungkwan.

"Jadi kau tak seharusnya menyalahkannya. Aku yakin kau akan meminta maaf nanti, benar?".

Ya, benar. Batin Wonwoo. Membenarkan semua ucapan Seungkwan.

Perlahan kedua ujung bibirnya tertarik ke atas, Wonwoo tersenyum.

Seungkwan tertegun... Dadanya berdebar
















PinwheelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang