13

264 35 11
                                    

Seungkwan melirik samping kiri kanannya bergantian, jujur saja ini sangat canggung.

Setelah Wonwoo tadi menawarkan diri untuk mengantarkan Seungkwan, ternyata Sana pun memutuskan untuk ikut dengan mereka.

Entah apa alasannya? Apa karena mereka...

" Seungkwanie...boleh aku memanggilmu begitu?" Sana tiba-tiba saja bicara, setelah mereka kembali dari mini market membeli ice cream. Sana sengaja mentraktirnya untuk salam perkenalan, begitu katanya. Sedangkan Wonwoo tertinggal karena Sana begitu semangat mengajak Seungkwan ke sebuah taman, atau mungkin sengaja membuat dirinya tertinggal.

"Tentu saja" Seungkwan tersenyum, dia pikir Sana sangat ramah.

Namun Seungkwan menjadi salah tingkah, pasalnya kini Sana tengah memperhatikan wajahnya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?"

Sana tersenyum lebar " Pantas saja Wonwoo menolakku, ternyata dia mempunyai pacar semanis kamu"

"Hah? Pacar?"

Mendengar Seungkwan, membuat Sana menatapnya bingung.

Sedangkan Seungkwan baru menyadari sesuatu "Ah, benar, pacar hehehe." Ya pacar, bukankah Sana juga ibu Wonwoo mengira bahwa dia dan Wonwoo memliki habungan "Tapi bagaimana Wonwoo bisa menolakmu? Kau cantik dan kau juga baik. Bukankah Wonwoo itu bodoh sudah menyia-nyiakanmu? Dan juga bukankah kalian sudah dijodohkan? Tidak masalah bukan jika Wonwoo menolakmu? Kalian nanti tetap akan menikah"

Sana makin merasa bingung, matanya sampai membulat. Bagaimana bisa saat pacarnya dijodohkan dia masih bisa terlihat ceria seperti Seungkwan.

"Seungkwan... Wonwoo itu pacarmu, bagaimana bisa kau sesantai itu?"

"Sana sebenarnya aku dan Wonwoo...Auw!"

Seungkwan menoleh saat seseorang mengetuk kepalanya. Bibirnya mengerucut saat tahu siapa pelakunya.

"Sakit Wonuyah..." Seungkwan mengusap-ngusap kepalanya yang terasa sakit, sampai Sana ikut membantu mengusapnya.

"Wonwoo apa yang kau lakukan? seungkwan kesakitan" ujar Sana.

Tapi ternyata Wonwoo tak mempedulikan ucapanny, dia fokus pada Seungkwan.

"Sudah sore, apa kau tak akan pulang?"

Seungkwan memeriksa jam di tangannya "baru jam 5".

"Kau?" Wonwoo menunjuk Sana dengan dagunya "Apa kau tak akan pulang?"

Sana mendengus, karena Wonwoo bersikap dingin padanya "Ah benar Seungkwan, jemputanku sudah didepan sana, aku harus pulang" kata Sana.

"Benarkah?"

"Aku pergi dulu ya" pamit Sana pada Seungkwan dan memeluknya, lalu beralih pada Wonwoo " aku pulang"

Dan benar saja, sudah ada mobil yang menunggu Sana di ujung jalan, dan Seungkwan tahu benar, itu bukan sembarang mobil. Baginya Butuh waktu berpuluh tahun untuk menabung dan membelinya .

Wonwoo dan Sana akan menjadi pasangan sempurna, batin Seungkwan.

Seungkwan melambaikan tangan saat Sana mulai memasuki mobilnya, hingga mobil Sana meninggalkan mereka berdua.

"Aku juga harus pulang" ujar Seungkwan, hampir saja beranjak, namun Wonwoo menahan tangannya.

"Dalam keadaan lapar?"

"Siapa yang lapar?"

"Ekspresi wajahmu di meja tadi, tidak menunjukan kau kenyang dengan makanannya"

Seungkwan tersenyum miris, dia memang benar, Seungkwan sama sekali tidak merasa kenyang. Bagaimana bisa kenyang, sedangkan porsinya saja sama sekali berbeda dengan porsi makan Seungkwan dirumahnya. Apalagi dia harus makan di hadapan ibunya Wonwoo yang terlihat tak ramah padanya. Tapi, Bagaimana Wonwoo bisa tahu?.

PinwheelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang