Gaisseuuu, aku dateng lagi, nih.
Maaf, ya, lama banget gak up. Huhuuuu~
Hari ini, aku kasih chapter yang sangat panjang. Sampe 4000 kata lebih.
Semoga kalian suka, yess.
Jangan lupa dikomenin yang BUANYAAAK~
HAPPY READING~
Sorry for typo.
***
"Jenar!"
Airin setengah berlari ke arah Jenar yang pulang bersama Celline. Anak itu masih belum mau turun dari mobil saat Jenar membukakan pintunya.
"Kenapa kamu bawa dia pulang, giamana kalau-"
"Mami nggak usah pura-pura!"
Bukan Jenar yang menyahut, tapi Celline. Anak itu terlihat marah dengan ibunya saat ini. Menurut Celline, Airin terlalu banyak berpura-pura di depannya, padahal wanita itu hanya peduli dengan uang.
"Sa-sayang, maksud kamu apa?"
Celline turun dari mobil. Matanya terlihat penuh amarah dan kebencian. "Mami, kan, yang ngasih tau Kak Jenar kalo Celline ada di rumah Kak Lintang? Kalo enggak, gimana bisa Kak Jenar nemuin Celline secepet itu?"
"Ya, ampun, Celline sayang. Kalau Mami yang ngasih tau Jenar, buat apa Mami repot-repot nitipin kamu ke rumahnya dukun itu? Mami juga harus bayar sama dia buat nitipin kamu."
Celline tersenyum sinis. Mengejek air mata ibu tirinya yang menurut anak itu hanya seperti bualan semata.
"Itu yang mau Celline tanyain sama Mami. Apa sebenernya tujuan Mami ngelakuin itu semua? Mami sengaja, kan, bermain ganda di depan aku sama Papi, biar kalo ada apa-apa posisi Mami tetep aman? Iya, kan? Pura-pura baik di depan Papi dan sok belain di depan aku. Mami itu-"
"Cellin!" Sebuah tamparan mendarat di wajah putih remaja itu. Tamparan yang sedetik kemudian langsung disesali oleh pelakunya.
"Bagus! Sekarang udah ketauan sifat asli Mami. Mami udah berani nampar Celline. Kenapa nggak bunuh Celline aja sekalian, biar seluruh harta Papi jatuh ke tangan Mami sama Kak Kana?!"
"Sa-sayang, maafin Mami, Sayang. Mami nggak bermaksud buat nampar kamu." Airin berusaha menyentuh wajah sang anak, tapi Celline menepis tangan perempuan itu.
Celline berdecih, lalu masuk ke rumah besar yang sudah siap menjadi penjara bagi anak itu.
"Biuktiin kalo Mami beneran sayang sama Celline." Anak itu berhenti sejenak dan berbicara tanpa menoleh. "Kalo emang Mami sayang sama Celline, Mami harus bisa bujuk Papi buat restuin aku sama Genta. Kalo enggak ... Celline lebih baik mati."
"Kalo begitu mati aja," jawab Airin tanpa diduga oleh Celline. Perempuan itu berjalan dan berdiri di depan sang anak. "Mami capek kamu salahin terus. Mami sayang sama kamu. Selama ini kamu selalu nganggep kalo Mami pura-pura dan cuma mau harta orang tua kamu. Mami memang bukan mami kandung kamu, Mami juga orang miskin, tapi Mami juga seorang ibu. Kalo menurut kamu, semua yang Mami lakuin cuma kepura-puraan, terserah kamu. Lakuin apa aja yang kamu mau, Mami nggak akan peduli dan nggak akan pernah ikut campur lagi sama urusan kamu bahkan kalo kamu mati sekalipun."
Airin pergi dari sana dengan perasaan yang hancur. Ketulusannya sama sekali tidak pernah berarti bagi Celline ataupun Gusti. Mereka bahkan mungkin tidak pernah tahu, seberapa sering musuh bisnis Gusti menjadikannya target dan terus berusaha mencelakai perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPARASI TAKDIR | ROMANCE FANTASY
Teen FictionLintang, dukun MILENIAL yang bisa menulis takdir orang lain, namun tidak bisa mengubah takdirnya sendiri. Sampai suatu hari, dia harus menulis takdir seorang pemuda yang terikat dengan takdirnya, dan membuat gadis itu terlibat dalam misi penyelidika...