💝 04 💝

56 10 12
                                    

Rose kembali ke kamarnya. Memeriksa meja riasnya, mengecek setiap merk lipstik yang ada. Ia bingung sendiri.

"Loh, lipstiknya mana?" Tanya Rose ke dirinya sendiri. Bukankah kemarin ia letakkan di sini? A-atau....

Segera ia beralih ke kopernya di lantai samping ranjang. Kopernya terbuka, ia segera mengacak-acak isinya, berusaha menemukan barang tersebut.

Hingga akhirnya ia mendapatkannya di selipan baju. Ia menatapnya untuk memastikan dan itu benar lipstik yang ia cari. "Syukurlah masih ada."

Rose segera menutup kopernya. Namun, suara Mama tiba-tiba memanggilnya. Rose pun segera membalas sautan itu.

Dia datang ke sumber suara, Mama ada di dapur, jadi Rose buru-buru ke sana.

"Iya, Ma? Ada yang bisa Rose bantu?" Tawar Rose setelah tiba.

Mama Eli menatap menantunya di depan lemari dapur. "Gini Nak, tadi Mama lupa nitip sama Papamu. Kamu bisa beliin barang-barang ini di supermarket nggak? Nggak banyak kok."

"Oh iya, bisa Ma, kebetulan Rose mau nganterin barang."

"Barang? Ke siapa?" Tanya Mama penasaran.

"Ke ... temen cewek, Ma. Ini, nganterin lipstik." Rose berbohong, ia takut jika bicara masalah ini ke mertuanya akan jadi masalah besar. Maka dari itu, Rose memutuskan untuk berbohong demi kebaikan semua orang.

Mama Eli ber-oh panjang. "Ya udah, nanti kalo mau balik kabarin Mama ya, Nak."

"Iya, Ma. Kalo gitu aku berangkat dulu, Ma." Rose menyalami punggung tangan mertuanya. Kemudian ia pamit pergi ke teras rumah.

Rose sudah memesan taksi online sejak tadi, tapi tak ada tanda-tanda taksi itu muncul. Setelah menunggu 30 menit lebih, taksi itu muncul di depan gerbang rumah.

Rose segera menghampirinya.

Supir taksi itu keluar dan membukakan pintu untuk Rose, ia sedikit merasa bersalah karena membiarkan pelanggannya menunggu terlalu lama.

"Maaf ya, Mbak, tadi macet di sekitar jalan raya," kata supir taksi itu memberitahu.

Rose membalasnya dengan lembut tanpa emosi. "Iya, Pak, nggak papa kok."

"Nanti saya kasih diskon ya, Mbak. Minta maaf banget saya tuh."

Mendengar kata Diskon, Rose tersenyum tipis. "Iya, terserah bapak saja."

Lumayan, Pikir Rose, ia bisa sedikit menghemat pengeluaran pribadinya.

Kemudian tak lama, ia telah sampai ke aula kantor suaminya, Harrison Company. Ia segera turun dari taksi setelah membayar sejumlah uang.

Gedung kantor yang melonjak tinggi dan besar, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan terkagum-kagum.

"Mas, aku datang." Rose berjalan masuk ke dalam kantor, satpam yang mengenali siapa Rose segera menyambutnya masuk dengan sopan. Keduanya tersenyum tipis.

Rose segera menuju meja resepsionis, meminta untuk memberitahu atasannya bahwa ia telah datang.

Resepsionis itu mencoba menelpon telepon selular yang ada di ruangan Millo, tapi sayang sekali, tak ada jawaban.

"Mohon maaf, Ibu, sepertinya Pak Millonya belum datang."

"Eh?" Rose terkejut, itu bukannya mustahil? Millo sudah berangkat jauh lebih lama darinya. Mana mungkin ia belum datang? Selama perjalanan ke sini, tak ada macet sama sekali. Jadi, kemana Millo pergi?

"Bisa dicoba lagi?" Pinta Rose dengan lemah lembut. Resepsionis itu mencoba menelpon lagi, tapi tetap tak ada jawaban.

Resepsionis menggeleng di hadapannya. Rose menghela napas panjang.

R.I.P LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang