"KENAPA dengan Lipstik?" Millo menatap istrinya yang memejam. Tubuhnya merapat, seperti hendak menghindar dari gerakannya barusan.
"Eh!" Rose sontak membuka matanya, ia beralih menatap wajah Millo yang cukup dekat. "Anu."
Millo mengangkat alisnya, heran.
"Lipstik aku nggak Transferproof."
"So what, Bab? I dont care about this," Respons Millo santai.
Rose menghela napas berat. Ia kembali menatap Millo, kemudian memajukan wajahnya, mendekat dan kemudian mengecup pipi Millo singkat.
"K, kok!"
Millo hendak protes, tapi jari telunjuk Rose menghalangi gerakan mulutnya. Perlahan Rose mendorong suaminya kembali ke kursi pengemudi.
"Nanti aja di rumah. Sekarang, anter aku pulang dulu, okey?"
Meski Millo terlihat kecewa, dengan berat hati ia mengiyakan perkataan istrinya. Padahal, Millo sangat mengharapkan hal itu terjadi. Make up yang Rose rias hari ini benar-benar menggoda hawa nafsunya.
***
Rose mengetuk pintu rumah, ia berbalik, menyuruh Millo pergi dengan gerakan dagunya. Di dekat kakinya, terdapat kantong belanjaannya.
Namun, suaminya itu malah tersenyum lebar, mengkodekan sesuatu.
"Apa?" Ucap Rose tanpa suara.
Tiba-tiba terdengar suara gesekan pintu terbuka, saat itulah Millo buru-buru sembunyi dibalik tanaman besar.
"Rose?" Panggil Mama Eli. Menantunya itu segera berbalik badan, tersenyum lebar ke arahnya.
"Iya, Ma?"
"Kamu merhatiin apa?"
"Eh? Nggak kok, Ma, aku ... cuma iseng liat tanaman Mama aja tadi, sembari nunggu, hehe." Rose berusaha terkekeh senatural mungkin.
"Oh, ya udah, yuk masuk. Barang-barang yang Mama pesen ada semua?"
Rose mengangguk, mengambil tiga kantong plastik itu. "Ada kok, Ma."
"Oh baguslah, tolong bawa masuk ya."
"Iya, Ma."
Pintu tertutup, Millo segera keluar dari semak-semak tanaman. Bernapas lega, seperti lepas dari sesuatu. Sebelum ada yang melihatnya, ia buru-buru keluar rumah, menutup pagar, kemudian pergi menjauh dari rumahnya.
Arahnya berlawanan dengan arah kantor, ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.
"I'm coming," ucapnya.
***
Matahari sudah tenggelam beberapa saat lalu. Lampu-lampu rumah perlahan mulai dinyalakan.
Rose duduk di ayunan depan kolam rumah keluarga Harrison. Ia membuka Instagram-nya, penuh dengan ucapan 'Selamat berumah tangga' dan semacamnya. Ia tersenyum penuh kepuasan.
Rose tiba-tiba menjadi penasaran, siapa saja yang mengucapkan selamat kepada suaminya. Ia kemudian meng-log out Instagram-nya, kemudian login ke akun Millo.
Ada beberapa notif, Rose segera menekannya. Ada beberapa pemberitahuan tag di akun Millo. Rose mengabaikannya, ia beralih ke notif pesan. Ada dua notif, satu stiker love darinya, dan satu lagi stiker love hitam dari akun yang bahkan Rose pun tak tahu siapa itu.
Berprofil gelap, tidak mempunyai postingan, Reel atau apapun. Bahkan followers dan Following-nya sama-sama nol.
"Loh!" Rose terperanjat. Ia men-scroll layar gawainya cepat, histori chat-nya begitu panjang. Kemudian ia tak sengaja membaca chatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.I.P Love
Romance[KONTEN 21+] [HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB DALAM HAL APAPUN TERHADAP PEMBACA] Baru sehari setelah pesta pernikahan usai, bumbu-bumbu perselingkuhan mulai tercium pada suami Rose, Millo Harrison, anak sulung dari keluar...