hi! FIVE: Kertas-Kertas Berharga

177 38 0
                                    

"Ada bazar? Apa itu bazar?"

Sangyeon yang lagi nyapu ruang tengah langsung terhenti, kemudian noleh kearah Mbih yang duduk manis didepan pintu kamarnya. Anak itu lagi ngeraut pensilnya sementara Jiya ngeliatin sambil ngelipat origami.

"Kayak acara jualan gitu, Kak, mirip pasar tapi bedanya cuma sehari aja. Banyak kok jualannya, ada makanan sama minuman," jelas Sangyeon lalu lanjut nyapu dibawah meja berkaki pendek. "Eh, ini bukunya Dek Jiya?"

Jiya noleh, lalu nyengir sambil bangkit dan ngambil bukunya yang dipegang sang Mas.

"Mas udah bilang kan kalo habis dibaca langsung taruh ke tempatnya lagi," ucap cowok itu sambil menghela napas. "Jiya denger engga?"

"Denger. Jiya minta maaf, Mas."

"Iya, lain kali jangan diulangi lagi. Nanti bukunya hilang pas lagi dicari kan repot toh?"

Jiya ngangguk. "Besok Jiya sama Mbih ikut kesekolahnya Mas?"

"Iya. Bangun pagi ya, kita berangkatnya agak awal karena Mas harus ngurus beberapa keperluan disana," ucap Sangyeon lagi. "Dek Jiya udah gosok gigi belum?"

"Udah."

"Kakak Mbih?"

"Udah juga," sahut Mbih yang baru kembali dari buang sampah rautannya ke dapur. "Yok tidur, Jiya. Mas, kita tidur duluan ya."

Sangyeon ngangguk lalu senyum saat denger keduanya ketawa-tawa sambil beresin kasur. Udah jadi kebiasaan mereka kalau mau tidur kasurnya harus dikebasin pake sapu lidi sebanyak tiga kali. Biasanya Mbih yang nebasin kasur, dan Jiya yang nyusun bantal dan selimut.

Karena kalau ditukar, bisa-bisa gak kelar-kelar karena Jiya terlalu perfeksionis padahal cuma buat ngebas kasur dan Mbih yang terlalu malas nyusun bantal dan guling. Nanti sama dia dilempar gitu aja.

Cowok menjulang itu naruh sapu di gantungan, lalu berjalan keluar teras buat ngecek pagar. Biasanya dia lupa ngunci dan kadang bikin kebuka sendiri pagi-pagi karena angin.

"Mas, Mas!"

Ini Jiya yang lari-lari nyusul Sangyeon yang lagi masang palang kecil di pagar. Bocah itu keluar sambil megang ponselnya dengan dua tangan.

"Loh, Dek Jiya belum tidur?"

"Belum ngantuk, terus ini Mas Hoon nelepon," katanya. "Mbih udah tidur karena kecapekan habis belajar tadi," lapornya kemudian.

"Terima dulu, Mas mau baikin palangnya sebentar," kata Sangyeon.

Jiya ngangguk, lalu duduk di teras yang sore tadi udah di pel sama Masnya dan ngegeser ikon hijau dilayar ponsel itu.

"Assalammualaikum, Mas Hoon? Ini Jiya."

"Eh Jiya? Waalaikumsalam. Mas Sangyeon kemana, sayang?"

"Mas lagi benerin palang pagar, bentar aja kok Mas Hoon," jawab Jiya.

Sementara itu, diseberang sana Younghoon lagi pusing bukan main karena kupon yang harusnya besok bisa dibagiin malah gak siap karena printernya rusak mendadak. Alhasil dia yang bertanggung jawab sama tugas cetak-mencetak kupon buat kelas dua belas itu jadi terhambat.

Emang apes, mana udah malem. Dia emang tuman ngerjain tugas malam-malam begini. Gak ngira kalau bakal ada hambatan kayak gini.

"Besok Jiya sama Mbih mau ke sekolah Mas Hoon loh. Kata Masku disana banyak yang jualan ya, Mas Hoon?" Jiya mulai berujar pelan.

"Iya banyak. Ada yang jual boneka Chucky, sayang, nanti minta Mas Changmin gratisin buat kalian ya?"

"Eh beneran, Mas?"

Our Beloved Sisters (Will be) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang