5+5= TEN : Diary Bubur Candil

193 36 2
                                    

"Tepung beras satu kilo."

"Tepung beras satu kilo ... Nah ini dia. Terus?"

"Tepung ketan satu kilo juga, sama gula merah."

"Ini tepung ketan, gula merahnya ada di deket kasir. Nanti diambil di sana aja. Apalagi, honey?"

"Santan cair sama daun pandan, Mas."

"Duanya udah ada di rumah sih. Cukup kayaknya. Berarti udah semua nih ya."

"Iya udah. Ayo kita ke kasir!"

"Yakin gamau es krim atau jajan?"

Bener aja tebakannya, sedetik kemudian ada cengiran terbit di wajah manis Mbih.

Gemas.

"Boleh, Mas?"

"Boleh. Ambil aja terserah, sama jangan lupa ambil buat Jiya juga ya, Mas tunggu di kasir."

Mbih langsung masang posisi siap dengan tangan hormat kearah Kevin yang terkekeh. "Ay-ay, captain!" serunya semangat sebelum kemudian bergegas ke arah rak berisi makanan ringan.

Senyum Kevin gak pudar meski dia sudah berada di kasir buat ngebayar belanjaannya gara-gara tingkahnya Mbih. Mba-mba kasir jadi salting karena ngeliat Mas dengan tampilan kayak CEO muda ini senyam-senyum gak jelas.

"Sudah semua, Mas?"

Kevin menggeleng, lalu berdeham dan ngontrol ekspresinya.

"Sebentar, adik saya lagi ngambil jajan. Maaf ya mba."

Dua orang Mba kasir yang jaga di sana saling pandang saat Mbih muncul sambil ngebawa beberapa bungkus jajan dan dua cup eskrim.

"Lama ya Mas? Tadi Mbih kesusahan ambil si keripik ini ada di rak atas. Mbih gak nyampe," lapor Mbih saat kasir mulai ngehitung belanjaan mereka. "Nanti struknya kasih Masku aja, Mas Kevin. Biar dibayar jajannya."

"Iya, sayang," jawab Kevin sambil ngusak rambut panjang Mbih gemes. Selanjutnya dia ngambil tas berisi belanjaan mereka lalu noleh ke Mbih. "Ayo, Mbih. Makasih ya mba."

"Makasih, mba," sahut Mbih ikutan dan dibalas senyuman manis mba kasir.

Mereka masuk mobil keluaran terbaru milik si sultan Kevin dan kemudian segera meluncur ke apartemen baru Kevin yang berada gak jauh dari pantai.

By the way, agenda hari ini adalah masak-masak di rumah baru Kevin. Sudah beberapa kali wacana ini cuma jadi wacana doang gak direalisasikan. Masalahnya cuma ada di manusia ni satu.

Kevin ini traveling melulu. Pekerjaan sebenernya adalah asisten sang Papa yang seorang CEO gitu di perusahaan konveksi. Tapi namanya yang dia bantu adalah papa sendiri, makanya kerjanya santai. Hobinya buat ngisi waktu luang di sela-sela pekerjaannya yang tempatnya gak nentu itu adalah ngedesain. Hasilnya dia malah punya penghasilan terbesar dari desainnya itu.

Baru dua hari yang lalu dia nyampe dan balik ke Indonesia dengan selamat sentosa, dan hari dimana dia landing itu dia langsung nyepam group chat dengan ajakan masak di rumah barunya. Sekalian ngerayain Jiya yang masuk SMP dengan nilai tertinggi, dan Mbih yang juara karate tingkat nasional.

"Mas Sunwoo udah nyampe, Mas?" tanya Mbih di sela-sela gumamannya ngikutin lagu yang di putar Kevin.

"Sudah. Baru aja katanya. Muter-muter nyari alamat dia," jawab Kevin yang bikin bocah di sampingnya itu ketawa.

"Mas Sunwoo itu kuliah ya kan? Kok gak sidang-sidang ya?" lanjut Mbih.

"Direvisi terus tuh skripsinya. Tapi mudahan aja kali ini diterima,"

Our Beloved Sisters (Will be) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang