SE7EN : Best Sister Ever, Mbih.

189 41 11
                                    

"Mbih! Stop!"

"Astaghfirullah. Istighfar, sayang."

Sangyeon ngedekap adeknya itu dengan satu tangan, lalu narik menjauh dari kerumunan anak-anak yang gak jauh dari pusat pawai.

Mbih gak nangis, tapi keliatan jelas matanya berkaca-kaca dengan wajah memerah nahan marah. Tangannya yang terkepal itu digenggam sama Sangyeon, pelan-pelan diajak buat terbuka. Lalu sang Mas ngarahin anak itu buat nyentuh dadanya sendiri. Ngerasain degup jantungnya yang memburu karena marah dan sedih jadi satu.

Bocah itu langsung natap Masnya yang senyum tipis seolah nenangin dia.

"Tarik napas," ujar Sangyeon pelan yang diikuti Mbih. "Habis itu buang. Bilang apa sama diri Mbih sendiri?"

Agak enggan, tapi bocah itu kemudian bersuara. "Jangan marah, Mbih. Astaghfirullah."

"Bagus," puji Masnya lagi. Lalu ngusap surai sebahu adeknya itu yang berantakan akibat ngebogem temen-temen kelasan Jiya di pinggir jalan. "Tadi kenapa Mbih marah, sayang?"

Mbih tersentak. Lalu nunjuk belakang Sangyeon dengan emosi.

"Dia yang gangguin Jiya, Mas! Yang ngambil pensil berbienya Jiya, penghapus, sama uang jajannya!" serunya marah. "Kamu, kamu sama kamu! Awas aja kalo berani jahatin adek aku lagi!"

"Heeh anak kecil gak tau adab!" cerca Ibu-ibu yang baru datang. Sangyeon segera bangkit dari posisinya yang semula berjongkok, buat ngehadap orang itu. "Main fitnah-fitnah anak saya! Mukul begitu lagi kayak preman aja. Ada bukti anak saya berbuat begitu hah?!"

Sangyeon menghela napas. Posisi mereka masih di pinggir jalan tempat pawai kota berlangsung. Kebetulan pas acara perayaan kemerdakaan sekolah Jiya dan Mbih bertepatan sama pawai kota, makanya rame banget.

Awalnya damai namun berakhir plot twist. Mbih ngamuk sewaktu ngeliat anak-anak kelas Jiya ketawa-ketawa tanpa beban sementara ditangan mereka ada pensil, penghapus berbie punya Jiya. Mereka saling pamer ceritanya.

Mbih tau gimana Jiya ngerasain takut yang amat sangat setelah dipukul dan diledekin parah sama orang-orang itu.

"Bu, maaf. Ini adek saya," ujar Sangyeon berusaha tenang. "Saya minta maaf karena adek saya sudah mukul anak ibu-"

"Kita gak perlu minta maaf, Mas!" sela Mbih kesal. Dia gak sadar kalau pandangan orang-orang mengarah ke dia. Bahkan Changmin, Chanhee dan Sunwoo udah nyamperin keduanya karena ngeliat mereka jadi pusat perhatian disana. "Harusnya dia yang minta maaf. Kamu udah mukul adekku, ngerampas uangnya dan barangnya. Terus sekarang malah play victim sok-sok an nangis!"

Please, jangan biarin Mbih lama bergaul sama Kevin dan Jacob. Bahasanya udah lain lagi ini.

"Anak gak sopan!" Ibu-ibu itu hampir ngehampirin Mbih. Tapi dengan cepat Sangyeon pasang badan buat ngelindungin adeknya. "Kamu gak di didik orangtuamu hah? Mulutnya kasar banget kayak gak pernah diajarin!"

"Bukannya justru ibu yang gak sopan?" sahut Sangyeon dengan alis bertaut heran. "Adek saya cuma nyebutin kesalahan anak Ibu loh, kenapa sekarang bawa-bawa orangtua? Harusnya ibu tanya anak ibu sendiri, ngelakuin apa enggak. Biar ngebuktiin ucapan adek saya bener apa enggak."

Ibu-ibu dengan wajah masam itu mengendikkan bahu. "Gak mungkin anak saya berbuat gak beradab kayak gitu! Kami ini orang mampu!" ucapnya pedas. "Ayo cepet bilang, kamu gak ngelakuin itu kan?!"

Anak itu nunduk saat Mbih natap dia tajam. Lalu dengan cepat mengangguk.

"Aku enggak begitu kok!" dustanya. "Kamu salah orang!"

"SALAH ORANG APANYA KALO KAMU JELAS-JELAS NGEDORONG JIYA SAMPE JATUH DI LAPANGAN SEKOLAH?!" Mbih maju dan ngeraih kerah baju anak itu keras. "KAMU BILANG JIYA ANAK MISKIN, ANAK JELEK, DAN ANAK HARAM KARENA GAK ADA ORANGTUA! AKU DENGER SENDIRI!"

Our Beloved Sisters (Will be) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang