Eight plus one, NINE : Kisah Sepulang Kerja

185 42 16
                                    

"Akhirnya Mas pulang juga."

Sangyeon yang baru aja naruh sepatunya di rak susun disebelah pintu itu reflek mengulas senyum saat denger ucapan si adik tertuanya, Mbih, yang tampak asik ngerjain pr di ruang televisi.

"Ngapain nungguin Mas pulang, kakak Mbih? Kan bisa makan duluan sama Dek Jiya," ucap cowok itu sembari ngasih tas kerjanya yang diterima Mbih buat ditaruh di kursi. "Lah mana Dek Jiya?".

Mbih nunjuk kamar mandi dengan jempol kanannya. "Lagi keramas kayaknya. Tadi shamponya baru bisa beli abis isya, kan seharian hujan deres." jelasnya lalu diem sebentar. "Mas, Kakak Mbih mau cerita."

Sangyeon ber oh ria lalu mencuci tangan dan kakinya di kran air tempat wudhu di ruang nyuci. "Makan dulu yuk? Mas udah laper." katanya sambil senyum lagi.

Bertepatan Jiya keluar dari kamar mandi dengan rambut di gelung handuk, Mbih ngangguk dan bergegas nyiapin makan malam.

"Mas baru pulang jam segini, capek ya?" Setelah salim tangan Masnya, Jiya beralih bantuin Mbih nyusun nasi dan lauk keatas meja. "Kakak Mbih nungguin Mas dari sore."

"Gak sabar banget nih ceritanya?"

"Banget, Mas," timpal si cantik yang sekarang hobinya ikut kelas karate mulu. "Kakak Mbih bingung banget soalnya, ya Allah."

Cowok itu ngusak rambut Mbih lalu duduk dikursinya, diseberang kedua bersaudari itu. "Mau cerita apa sih?" tanyanya dengan senyum mengembang. "Kakak Mbih kepilih ikut lomba?"

"Bukan, Mas. Kalo itu mah udah kemaren. Ini lain lagi," Jiya menimpali. "Kakak Mbih, ini nuggetnya kayaknya kelebihan."

"Gapapa, Kakak Mbih sengaja goreng lebih buat Jiya."

"Hehe makasih kakak Mbih."

"Your welcome."

Jadi, sudah sepekan ini status Jiya dan Mbih beralih jadi SMP! Jiya kelas tujuh, dan Mbih kelas delapan. Sangyeon juga udah mulai ngebolehin kedua kakak beradik itu buat masak, tapi yang simpel aja. Kayak masak nasi, mie instan, dan ngegoreng makanan beku, telur atau ayam.

Jangan ikan.

Soalnya Sangyeon gamau adeknya malah bikin panik tetangganya karena nggoreng ikan yang bikin minyaknya muncrat-muncrat dan teriakan mereka yang menggelegar.

"Jadi gini loh, Mas," ucap Mbih. "Tadi pas kakak Mbih habis dari perpus dan kembali ke kelas, Kakak Mbih sadar sama kotak bekalnya Kakak Mbih yang di laci warnanya beda. Kakak Mbih kira kenapa, ternyata karena ada semacam amplop kecil gitu warna pink diatasnya."

Jiya ngangguk-ngangguk sementara Sangyeon masih dengerin dengan seksama.

"Kakak Mbih buka aja tuh kan, eh ternyata isinya aneh gitu. Kakak Mbih kaget banget, terus langsung kakak Mbih simpen biar gak diliat sama temen yang lain."

Tangan cewek itu ngeluarin sesuatu dari kantong piyama abu-abu mudanya.

Amplop pink dengan stiker love. Sangyeon agak ngeh sama situasinya.

"Kakak minta Mas baca ini?" tanyanya yang diangguki sama Mbih dengan semangat. Alisnya berkerut seolah minta dia buat segera baca. "Gapapa?"

"Gapapa lah, Mas. Kan Mas Sangyeon Masku."

Hadeuh gemas.

"Yaudah, Mas baca ya."

Mbih sama Jiya lanjut makan dalam diam. Diem-diem sebenernya mereka merhatiin ekspresi Sangyeon yang ngebaca surat singkat itu setelah makan beberapa suap nasi dan nugget ayam.

To: Maura Binisha
From : Siapa ya?? Tebak dong.

Aku suka sama kamu.

Mau gak jadi pacar aku?

Our Beloved Sisters (Will be) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang