00

556 40 0
                                    


🌵🌵🌵

"Mas, abang, adek sarapan dulu" teriak Windi dari arah dapur. Rutinitas di pagi hari yaitu membangunkan ketiga anak nya yang kebo. Dan kebetulan hari ini weekend.

"Iya ini mau otw mom" sahut daresh dari arah kamar. Daresh berjalan menuju ruang makan, disusul oleh Jefri.

Sedangkan Chandra sudah ada di ruang makan, sambil menikmati secangkir kopi pahit buatan istrinya. Windi menghampiri Chandra dan duduk di sebelahnya.

"Selamat pagi, tuan putri dan pangeran buruk rupa" sapa Daresh dengan cengiran lebarnya. Chandra mendengus sebal. Anak sulung nya ini memang minim akhlak, selalu aja bikin kesal, sama seperti si bungsu.

"Heh yang sopan kamu, dasar anak durjana" hardik Chandra. Windi hanya tersenyum kecil. Daresh pura-pura tidak mendengar tapi sesekali ia tertawa.  

"Hallo mommy cantik, jeje boleh minta peluk gak?" Tanya Jefri dengan sedikit menggoda. Membuat Chandra cemburu.

"Boleh dong, sini sayang" Windi merentangkan tangan nya, setelah itu mereka berpelukan. Chandra memutar bola mata nya malas.

"Mommy, kenapa adek nggak diajak?" ucap seseorang yang baru saja turun dari tangga, wajah nya menekuk, bibir nya mengerucut lucu. Gemas.

"Ulu ulu adek mau di peluk juga?" Tanya mommy. Setelah melepas pelukannya.

"Hu'um" anak itu berjalan kearah Windi dan langsung memeluknya. Windi tersenyum senang dan langsung mencium kening sang anak.

"Gendong" rengeknya. Membuat kakak dan daddy nya gemas.

"Yaampun dek, kamu udah besar, mommy gak kuat gendong kamu, ntar mommy encok dong" ucap Windi. Renza melepas pelukan nya dan berjalan lesu kearah tempat duduknya.

'Yah ngambek'-batin windi

"Jangan cemberut dong dek, nanti mas atau abang aja yang gendong ya" bujuk daresh. Renza hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Jefri mengelus pucuk rambut Renza yang kebetulan duduk ditengah-tengah dirinya dan daresh.

"Yaudah kalo gitu, daddy aja yang gendong kamu" final Chandra. Renza menatap kearah Chandra, dan sedetik kemudian Renza tersenyum senang. Renza menganggukkan kepala dan memberi dua jempol pada daddy-nya.

"Giliran di bujuk daddy mau, tadi aja dibujuk kita kagak mau lu dek" kesal Jefri. Sambil memasukkan kecap kedalam piring nya.

"Lagi gak mood, mau nya sama daddy" ucapnya, yang membuat chandra tersenyum lebar. Renza berjalan kearah Chandra dan langsung duduk dipangkuan nya, yang membuat daresh mendelik tidak suka.

"Dipangku aja ya, di gendong nya nanti" ucap Chandra, renza hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Yaampun anak mommy manja banget sih" windi mengusap surai halus milik renza. "Ayo makan, nanti keburu dingin lho" ajaknya.

Semua makan dengan tenang, tidak ada pembicaraan sama sekali, hanya ada dentingan sendok dan piring yang saling beradu.

Setelah selesai makan windi mencuci piring dibantu oleh daresh, jefri membersihkan meja, renza dan chandra? di ruang keluarga sedang ngemil buah sebagai cuci mulut nya. 

"Harusnya daddy yang masak mom" ucap daresh sebal. Setelah membantu Windi cuci piring, kakinya melangkah menuju ruang keluarga dan langsung mendudukkan pantat nya di sebelah kiri si bungsu. Disana juga sudah ada Jefri yang duduk lesehan sambil memainkan ponsel.

"Loh kok Daddy?" tanya chandra heran. Windi yang baru datang dari arah dapur langsung duduk di sebelah Chandra.

"Iya lah, kan daddy nggak ngapa-ngapain, cuma numpang makan doang, gak adil dong,  aku sama jeje udah bantuin mommy sedangkan daddy cuma enak nya aja."

"Betul itu" sahut Jefri, yang kini telah menyimpan hp nya di saku.

"Yaudah kalo daddy yang masak, berarti adek ikutan juga dong?" ucapnya usil.

"Gak boleh!" tolak daresh dan Jefri bersamaan.

"Nanti kalo adek manis nya mas kenapa-napa gimana" ucap daresh sedikit khawatir, "Adek renren gak boleh masak pokonya" tambah jefri, memeluk tubuh renza posesif.

Renza hanya tersenyum kecut, dua kakaknya ini memang bucin dan posesif. Padahal dirinya sudah besar, sudah memasuki SMA. Tapi masih diperlakukan seperti bayi.

"Dih pilih kasih, katanya tadi harus adil" ucapnya ketus. Windi tidak mau membela dia hanya pasrah dan memakan kripik singkong.

"Itu hanya berlaku buat daddy aja, kalo adek mah bebas kan ganteng" ucap renza santai. Tangan nya meraih ponsel yang berada di saku celana nya.

"Mom, renza izin keluar ya" ucapnya tiba-tiba. Jefri melepaskan pelukannya dan menatap renza selidik.

"Keluar kemana dek?" tanya Windi.

"Ini mau kumpul sama anak-anak di cafe buana, sekalian beli perlengkapan buat MOS"

"Mau mas anterin dek?"tanya daresh, renza menggeleng.

"Gak usah mas, adek pergi sendiri aja, abang adek pinjem motor ya"

"Gak, gak boleh" tegas Jefri

"Ih Abang jahat " ucapnya manyun.

"Gak boleh, biar Abang aja  yang anterin hehe" ucapnya senang, dan disetujui oleh keluarga nya.

Renza menghela nafas kasar, setelahnya Jefri mengambil kunci motor di kamarnya.

"Ayok dek" ajaknya kepada renza. "Kita berangkat mom, dad, mas" pamitnya.

"Yo, hati-hati kalian jangan ngebut" ucap Daddy.

"Adek manis nya mas jagain, Jangan sampai lecet" tambah daresh. Jefri hanya mengacungkan kedua jempol nya dan berlalu pergi bersama renza di samping nya.

Sebelum berangkat Renza udah dikasih uang cash sama daddy chandra buat beli perlengkapan MOS nya. Niatnya Renza beli sendiri tuh biar gak dikatain anak mommy Mulu. Tapi tetep aja ada dua kakaknya yg gak bakalan bisa lepas dari dia.  Dengan otak cerdas nya renza merengek dan pura-pura marah ke abang nya supaya gak ngikutin dia ke mall, cukup nganterin aja. Dan berhasil jefri akhirnya setuju walaupun ada sedikit tidak rela.


tbc.

My Home • Wenyeol ft Nct Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang