06

203 29 0
                                    


🌵🌵🌵

Hari-hari Mos sudah terlewati, kini renza dkk telah resmi menjadi siswa neo alexander school. Mereka memilih jurusan ipa. Renza, nanda, dan jevano berada di ipa tiga sedangkan tiga lainnya di ipa lima. Hari pertama sekolah biasanya diisi dengan perkenalan diri tidak ada pembelajaran, seperti saat ini ke-enam nya tengah berada di lapang basket. Menikmati permainan basket yang jevan mainkan seorang diri. Keadaan disana tidak terlalu ramai hanya ada beberapa orang yang sedang latihan termasuk penonton.

Duk

Lagi-lagi lemparan jevano berhasil memasuki ring, hal itu membuat hegar mencebikkan bibirnya. Berbeda dengan sandi yang menatap kagum kearah jevano.

"Whoaahh" seru nya. Jevano mengusap keringat yang mengucur di wajahnya. Ia berjalan kearah sahabatnya yang berada di samping lapangan.

"Permainan lo makin bagus aja jev" nanda menepuk pundak jevan saat pemuda itu duduk di tengah dirinya dan renza.

"Oh ya jelas" sahutnya, mengambil botol minum dan meneguk nya hingga habis.

"Cih baru segitu doang udah sombong, coba lo lawan renza pasti lo k.o" renza yang disebutkan namanya mendelik sebal kearah hegar, sial hegar baru saja menghina kemampuan nya. Melihat respon renza hegar tentu saja langsung tertawa, menurut renza, hegar adalah manusia menyebalkan sedunia. "Sialan lo" berakhir dengan renza yang mencubit lengan hegar.

"Aww ren~" hegar meringis pelan dengan muka yang dibuat sesedih mungkin, sedangkan yang lainnya mentertawakan ekspresi hegar yang bisa dibilang sangat kocak.

"Hey wassup bro" sapa mahen  menghampiri ke enam adiknya, diikuti oleh kedua perintilannya lion, dan jordi. "Tumben disini biasa nya juga di kantin?" tanyanya.

"Males, kantin rame banget" sahut yandra. Mahen menganggukkan kepalanya. Bener sih tadi kantin rame banget makanya dia kesini.

"Abang-abang ngapain kesini?" Pertanyaan bodoh hegar, mendapat tatapan heran dari ketiga nya.

"Beli cilok" mereka mendudukkan diri nya masing-masing. "Ya nonton basket lah gar, masa nonton bokep."

"Dasar mesum."

Jevan mengambil bola basket yang jatuh tepat didepannya,  lalu melemparnya dari jarak jauh.

Duk

"Wihh keren" matanya menatap takjub "cocok nih kalo ikut ninja waria" celetuk lion.

Jordi menautkan sebelah alisnya"Warrior pe'a." Tangannya menjitak kepala lion dengan gemas.

"Btw ren lu masih suka main basket?" Pertanyaan yang dilontarkan jordi membuat mereka mengalihkan atensi nya pada si mungil.

"Jarang, tapi sesekali gue main kok? kenapa?" Tanya nya. Mereka pernah satu sekolah sebelumnya.

"Gpp sih, mau join club basket?." Jordi memang tidak tahu banyak tentang manusia mungil ini, tapi waktu jordi kelas dua smp dirinya pernah satu club basket dengan renza dan jevano. Tubuh mungilnya membuat ia begitu cekatan dalam bermain, jordi juga sering melihat renza latihan bersama teman-teman nya. Tapi anehnya renza tidak pernah mengikuti pertandingan, hanya jevan yang sering mengikuti nya.

Pertanyaan jordi membuat renza mendengus kesal. Basket adalah hobinya, jika saja hari itu renza tidak terlalu obsesi pada kemampuannya, mungkin saat ini ia masih diperbolehkan bermain basket, sehari sebelum pertandingan itu dimulai, renza benar-benar tumbang, darah terus keluar dari hidung mancung nya, tubuhnya kejang, badan nya panas, yang membuat seluruh keluarga nya khawatir pada si bungsu. Jefri yang tahu kegiatan renza disekolah langsung memberitahukan pada yang lain, awalnya chandra mewanti renza agar tidak mengikuti eskul disekolah, tapi renza merengek, chandra luluh renza boleh mengikuti eskul asal jangan basket dan sejenisnya, dirinya masih trauma begitupun dengan yang lain.

"Gatau males!" Ucapnya ketus. Renza ingin masuk club tapi kalo ketahuan bisa berabe. Dirinya terlalu malas mendengar ocehan daddy dan kedua abang nya.

Toh jordi juga tidak mempersalahkan jawaban ketusnya.

"Ih bocil ngambek" usil nanda yang dapat pelototan dari renza.

"Sembarangan lu nan, lu sama renza lebih tua renza anjai" sahut jevan.

"Umur itu cuma angka jev, renza tetep aja kek bocil." kekeh nya.

"Karena gue pendek?" Sewot renza.

"Tuh tau" sahut nanda dan hegar.

"Bajingan" renza memukul kedua punggung sahabatnya. Dan berakhir mereka saling ejek. Mahen menjadi penonton setia begitupun dengan yang lainnya.

"Udah woy, mau pulang gak?" Sentak sandi berusaha menghentikan aksi ribut mereka. Lama-lama ia jadi jengah sendiri, lagian bel sekolah juga sudah berbunyi. Waktunya pulang.

"MAUUUU" suara cempreng mereka bertiga membuat yang ada disana menutup telinga nya rapat-rapat.

"Yaudah hayuuu~" ucapnya sambil keluar dari lapangan basket.

Seperti biasa renza selalu menunggu jemputan, tadinya ingin ikut dengan jevan, tapi diurungkan karena daresh sedang menuju ke sekolahnya.

Renza menghentakkan kakinya, bosan. Sudah sepuluh menit menunggu tapi belum ada hilal, diujung sana renza melihat dua wanita seksi sedang berjalan ke arah minimarket, buru-buru dirinya memotret wanita itu lalu mengirim nya di grup. Jika sahabat-sahabat nya masih disini renza yakin mereka pasti akan menggoda nya.

Dan benar saja, grup nya jadi heboh setelah renza post poto tadi. Bahkan nanda ingin putar balik ke sekolah hanya untuk menghampiri wanita yang sempat renza kirimkan di grup.

Duapuluh menit, akhirnya daresh datang dirinya langsung membuka kaca mobil dan melambaikan tangan nya ke renza.

Renza menghampiri kakaknya. Baru saja ingin membuka pintu belakang mobil daresh buru-buru mencegahnya.

"Di depan dek." Ucap nya lembut, tangannya membukakan pintu depan mobil. "Turun! Duduk di belakang." Usir daresh pada manusia bongsor disebelahnya.  Jefri langsung turun dari mobil dan menyeret renza lembut untuk duduk dibelakang dengannya.

Renza hanya menurut pasrah, jika ketiga nya disatukan pasti bakal ada persaingan sengit antara kedua kakaknya itu.

"Yak!" Lagi-lagi jefri membuat daresh kesal, tadi saat ingin menjemput dek renren nya, jefri tiba-tiba menelpon nya berkata kalo motor nya masih di bengkel dan tidak mau naik grab takut kejadian sebelumnya terulang lagi, alhasil dirinya menunggu jefri selesai matkul. Itulah kenapa daresh sedikit telat menjemput renza.

"Jalan pak supir" ledek jefri, daresh mendengus kesal.

Jefri memeluk renza erat. Melihat itu daresh jadi badmood, tapi perlahan-lahan mood daresh berlangsung membaik karena ocehan renza, emang bener cuma renza obat yang paling muzarab.









Tbc.

My Home • Wenyeol ft Nct Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang