11

174 25 2
                                    


🌵🌵🌵

"Mommy liat adek ga mau makan nih" rengek jefri yang saat ini tengah berada di ruang makan. Tangan nya masih setia menyodorkan sup ayam ke mulut renza, walaupun anak itu menolaknya dengan sukarela. Jefri hanya bisa pasrah ketika mata renza menatapnya dengan tajam.

Windi yang berada di sebelah nya menggeleng pelan.  Semalam renza terkena demam, dan hari ini anak itu tengah merengek agar dibolehkan sekolah padahal kakinya saja belum sembuh sepenuhnya.

"Makan dulu dek," ajak windi lembut, tangan nya mengambil alih sup yang ada di tangan jefri, lalu mulai menyodorkan nya pada renza.

Dengan gerakan cepat renza buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangan, lalu menggeleng pelan.

"Dek ren, makan dulu ya sayang kalo gak makan nanti digigit kerbau lho" daresh berusaha membujuk sang adik,  alih-alih membujuk kalimat nya justru semakin membuat renza melotot ke arah daresh.

"Aneh lo mas, dipikir dek ren masih balita apa pake takut-takutin digigit kerbau segala ck ck." jefri menggelengkan kepalanya. Mungkin jika renza balita cara itu bakal mempan, tapi kan renza bukan balita lagi.

"Yeu~ jamal gue kan cuma ngikutin orangtua jaman dulu, kalo anak nya susah diatur pasti bakal di takut-takutin tuh sama emaknya. Iya kan mom?"

Windi mengangguk setuju.

"Nah kan bener," sombongnya.

"Iya deh si paling bener!" dengus jefri. "Ck gitu doang sombong," lanjutnya.

"Nyenyenye, serah gue lah mau sombong juga kan mulut gue" timpalnya. 

"Mas, abang! udah jangan berantem!" lerai windi, keduanya langsung menundukkan kepala sambil menyalahkan satu sama lain. Renza yang melihat itu sebenarnya ingin tertawa tapi renza tahan karena masih mode merajuk.

"Adek makan dulu yuk, biar cepet sembuh terus berangkat sekolah lagi" sekali lagi windi membujuk renza, awalnya renza akan meneruskan aksi mogok makannya karena sudah dua hari dirinya tidak masuk sekolah pasca kakinya keseleo ditambah tadi malam renza terserang demam yang membuat keluarga nya bersikeras melarang renza bersekolah, tapi saat melihat wajah keibuan itu membuat renza langsung menurunkan egonya. Tidak mau membuat windi khawatir terhadapnya.

"Aaaaa~" ucapnya sambil membuka mulut, yang membuat windi, daresh, dan jefri terkekeh pelan. Dengan senang hati windi mulai menyuapi renza.

"Lucu banget sih dek" gemas ketiganya, renza hanya mengerutkan keningnya. Perasaan dirinya tidak melakukan apapun tapi kenapa malah di sebut lucu? batinnya bingung.

"Aduh anak mommy pipinya makin mbul, abisin ya dek setelah itu minum obat." ucap windi, tangan satunya ia gunakan untuk mengusap rambut halus renza.

"Minum obat? Tapi kan ren udah ga demam, berati ren udah sembuh dong" polosnya. "Ren bole sekolah ya ya ya" mata indah nya berkedip lucu.

"Ngaak!" tolak ketiga nya. Renza mendengus sebal.

"Demam adek emang udah turun, tapi kan kaki adek masih sakit, terus badan nya masih lemes juga kan?"

Renza mengangguk lesu.

Benar! meskipun demam nya sudah turun tapi kakinya masih sakit untuk digerakkan ditambah tubuhnya yang masih terasa lemas membuat jefri harus menggendong renza ke ruang makan.

Setelah acara sarapan itu selesai, windi kembali ke dapur sedangkan ketiga anak lanang nya sudah berada di ruang tengah. Soal daresh dan jefri keduanya sengaja tak masuk kampus hari ini karena ingin menjaga renza yang sakit, awalnya windi marah dan terus membujuk keduanya untuk berangkat tapi keduanya malah merengek bak anak kecil yang minta mainan. Tentu saja windi kewalahan dan pada akhirnya windi pasrah asal dengan syarat uang jajan dipotong, dan atm disita selama seminggu.  keduanya pun menyetujui itu.

"Pusing," keluhnya, dengan cepat jefri memijit kepala sang adik. Daresh juga melakukan hal yan sama. Saat ini renza berada di tengah-tengah kedua kakaknya.

"Ututu adek gemes abang,  istirahat di rumah dulu ya, sampe sebulan ke depan," tutur jefri lembut.

Tak

Daresh menjitak kepala jefri.

"Sebulan pantat lo kelap kelip, yang ada dek ren ga naik kelas egee karena keseringan bolos," timpal daresh. Jefri hanya mengedikkan bahunya acuh.

Renza tertawa pelan "Mas, abang" panggilnya, keduanya langsung menoleh.

"Hm iya kenapa dek?" 

"Makasih banyak ya, udah sayang sama adek, perhatian sama adek, baik sama adek, pokonya adek beruntung banget punya abang, mas, mommy dan daddy, adek merasa di sayang banget sama kalian, adek minta maaf kalo selama ini adek nyusahin kalian hiks, jangan tinggalin adek" renza menangis, dengan cepat keduanya merengkuh tubuh itu. Entah kenapa perasaan renza hari ini cukup sensitif.

"Adek ga perlu minta maaf dan kita juga ga mungkin tinggalin adek" ucap daresh yang kini sudah mengelus punggung kecil itu. Dalam dekapanya renza terus menangis sesegukan. Hingga...

"Huuaaaa mommy" teriak jefri panik, karena tangisan si bungsu semakin membesar, windi yang mendengar teriakan itu langsung bergegas ke sumber suara.

"Ya ampun adek kenapa?" Ucapnya tak kalah panik.

"Sakit mom" lirih renza.

"Sakit? mana yang sakit? Bilang sama kita" Keduanya berucap heboh. Seraya membolak-balikan tubuh renza.

"Itu" Renza berdecak kesal, tangannya menunjuk ke arah kaki sontak keduanya pun ikut menoleh, ternyata sedaritadi kaki renza diinjak oleh daresh dan jefri.

"Astagfirullah adek maaf" ucapnya bebarengan.

"Mas! Abang!" geramnya, windi segera menjewer telinga keduanya dan memisahkannya dari si bungsu.

"Aw aw aw sakit mom" windi mendelik tajam pada keduanya,

"Mommy," rengek renza. Mendengar lirihan itu windi melepas jeweran nya.

"Kenapa hm?" Ucapnya sambil memeluk renza. Windi tahu bahwa perasaan anak bungsunya sedang tidak baik-baik saja.

"Maafin adek" lirihnya, renza mengeratkan pelukan nya pada windi. Mata sipit itu semakin terlihat sipit.

"Iya mommy maafin adek, tapi adek berhenti nangis ya nanti kepalanya pusing lagi," renza mengangguk dan berhenti menangis.

"Adek mau curhat," windi tersenyum hangat. "Mau di kamar adek atau di kamar mommy?"

"Kamar tamu!" ucapnya antusias. Karena kamar tamu berada di lantai satu.

"Ikutt" ucap keduanya. Renza mendelik tajam.

"Kalian tuh gak diajak! Lagian ren masih marah ya, ren juga belum maafin mas aresh sama bang jeje jadi gak usah ikut-ikutan curhat!" Galaknya.

"Yahhh dekk maafin kita ya" melasnya. Renza hanya pura-pura acuh.

"Mommy" rengek daresh dan jefri. Keduanya menatap windi sendu, meminta bantuan agar si bungsu mau memaafkan nya.

"Aa kasian aa, gak diajak curhat haha" ledek windi. Yang membuat mereka memasang wajah masam.

















Hallo
Masih ada yg baca kah?🤣🤣

My Home • Wenyeol ft Nct Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang