chapter 19

147 79 147
                                    

Bell istirahat sudah berbunyi sejak tadi kini semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin mengisi perut yang kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bell istirahat sudah berbunyi sejak tadi kini semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin mengisi perut yang kosong.

Begitu pula dengan Galvin Ardan dan Bagas sudah duduk anteng di meja legend mereka.

"Gila reme banget, pesen apaan lo berdua?" Tanya Bagas mengedarkan pandangan nya.

"Namanya juga kantin maszeh yah pasti rame lah, lo kalo mau sepi noh di belakang sekolahan" sahut Ardan gemas.

"Biasa" jawab Galvin ikut melihat sekeliling kantin, memang istirahat ini ramai sekali biasanya tidak seperti ini.

"Lo pesen apa Dan-cok? Komen Mulu!" tanya Bagas yang sudah puas melihat sekeliling kantin.

"Biasa juga dah biar cepet" balas Ardan dianguki Bagas, lalu pergi memesan makanan mereka.

Karna Bagas malas menunggu, dia ingin berbalik kemejanya tapi pangilan abang-abang pedagang memberhentikan langkah.

"Ey! Gas mau kemana?" Tanya mamang penjual batagor.

"Mau ditinggal mang? Nanti anterin ya kemeja biasa" pesan Bagas.

"Aduhhh Gas, gak bisa nganter-nganter ini mah ck lagi Rame iyeu uii, tungguin aja nyaa kasep!" tawar amangnya.

"Buset, emang berapa lagi mang?" Tanya Bagas.

"Sedikit" jawab si amang tanpa menoleh.

"Ya, sedikit nya berapa?" Bagas sejak tadi juga menunggu tapi karna pikiran bisa dianter mangkanya dia mau balik kemeja.

"Eumm lima lagi lah, dikit kan?" Ujar si Abang.

"Hah lima? Lima mang Lima? Sedikit piye toh kih?" pantas saja pesanan mereka tidak jadi-jadi.

"Hooh dikit pan, sabar atuh orang sabar pacarnya cantik" ucap si mamang .

"Pacarnya Ava mang!" Jawab Bagas ngaco.

"Saha? Ava?" Tanya mamang memperjelas.

"Iya Ava anak kelas sebelah, mamang nyaho tee?" Jawab Bagas sambil menirukan logat Sunda.

"Duka te wawuh amang mah" ucap amang.

"Jangan di jawab bahasa Sunda semua, gak paham saya mang hikss!" keluh Bagas.

"Haha belajar atuh Gas, Ardan kan budak Sunda lin?"

"Nah kalo Ardan top marko top bahasa sundanya, thebest!" Ujar Bagas, bagaimana tidak fasih berbahasa Sunda Ardan asli Bandung dan masih kental Sunda alusnya.

Pernah sekali Bagas diajak ke rumah Ardan yang di bandung memang sejuk masih asri bahkan kabut masih terlihat di jam sembilan pagi.

Tapi karna hawa dingin yang sangat-sangat sejuk di sana, Bagas yang tidak biasa suhu dingin tinggi di buat flu, selama dibsana mandi hanya satu kali karna kalau pagi airnya seperti dari kulkas.

GALVIN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang