Chapter 22

144 68 197
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul tiga sore, Ardan dan Bagas sedang berkumpul di rumah Galvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam dinding menunjukkan pukul tiga sore, Ardan dan Bagas sedang berkumpul di rumah Galvin.

Niat mereka malam nanti akan mengantarkan Bagas ke bandara karena keberangkatannya dimajukan dari hari yang ditentukan.

"Libur telah tiba horee, horeee, anjir horeee!" sorak Bagas sambil menepuk-nepuk Ardan, supaya ikut bersorak seperti dia.

"Gue tau Gas kalo lo mau healing, tapi minimal gak usah kaya monyet dikeluarin dari kandanglah!" ujar Ardan tanpa menoleh pada Bagas karena dia sedang sibuk mabar bareng Galvin.

"Ardan kalo ngomong langsung ulti!" ledek Galvin.

"Emang! Kerongkongan Dan-cok kan gak ada filternya Gal" ucap Bagas sinis.

"Sorry sorry gue bercanda, jujur gue galau karna bakal di tinggal lo berdua buat beberapa hari" ucap Ardan meletakan ponselnya lalu mengambil minuman di depannya, membuat Galvin dan Bagas memperhatikan Ardan.

"Kalian kan tau, gue gak punya temen lagi selain lo berdua." lanjutnya.

"Lo bantuin di ladangnya kira-kira sampe kapan?" tanya Galvin.

"Sampe masuk sekolah lagi kayanya" jawab Ardan.

"Yah, jadi lo gak bisa nikmatin libur sekolah dong?" tanya Bagas lesu.

"Gitu lah, tapi gak papa gue tunggu lo berdua balik aja"

"Kalo gue ajak lo ke Semarang mau nggak?" tanya Galvin.

"Bukanya gue nggak mau Gal, bapak gue gak ngizinin gue buat pergi-pergi jauh"

"Kalo yang deket boleh dong?" tanya Bagas.

"Boleh, tapi males kalo pergi sendirian mah atuh"

"Gal gimana kalo kita nanti perginya gak usah lama-lama, biar kita ada istirahat sama liburan disini bareng Ardan sampe nunggu masuk sekolah?" saran Bagas.

"Boleh, gue usahain" jawab Galvin.

"Eh gak usah lah, lo berdua pergi juga bukan cuman liburan doang tapi ada urusan juga kan? Selesain urusan lo berdua baru balik dah" ucap Ardan.

"Makin gak tega gua ninggalin lo, Dan walaupun lo kampret, tapi lo bestod gue yang paling baik sepanjang tol Cikampek" balas Bagas dramatis.

"Ehemm! Ehemm!" dehem Galvin merasa tak diajak.

"Diem! Lo itu gak diajak Gal! Iyakan bestod Ardan?" ledek Bagas.

GALVIN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang