7. He Need You

227 10 0
                                    

*tok tok tok* *tok tok tok* ketukan pintu kamar milik Renjun, yang di ketuk secara berulang kali oleh Jaemin.

"Njun! Buka anjing! Gue tau lo belum tidur!" Teriakan yang menggelegar dari luar, sukses membuat Renjun mendecak kesal.

"Ya emangnya kenapa kalau belum tidur? Kalau gak di bukain atau gak di jawab itu, tandanya orang itu gak mau ketemu sama lo Nakamoto Jaemin! Kebanyakan main sama Jeno nih orang! Jadi apa-apa harus di turutin. Punya kembaran gini amat!" Semua ocehan yang keluar dari mulut Renjun, untuk tingkahnya Jaemin. Namun ia tetap beranjak dari kasurnya.

Sebenarmya dia gak mau membukakan pintu untuk Jaemin. Pasalnya dia baru saja selesai menangis, setelah beberapa jam menangis. Kalau dia membukakan pintunya, nanti Jaemin tau kalau dia habis nangis. Nanti dia di katain cengeng dan sebagainya. Mana dia belum sempat kompres mata pake air dingin, supaya bengkak pada matanya hilang. Alhasil dia memilih untuk memakai kacatama yang ada di lacinya, sebelum pergi membukakan pintu.

*cklek* pintu yang di buka oleh Renjun, yang langsung menampakkan sosok Jaemin di hadapannya.

"Ada ap--" belum sempat Renjun mengeluarkan semua protesannya, Jaemin sudah lebih dulu menariknya.

"Yak Nakamoto Jaemin! Lo mau bawa gue kemana anjir?!" Pertanyaan yang terus Renjun keluarkan, selama Jaemin menariknya secara paksa. Membawanya entah kemana.

Sampai akhirnya mereka tiba di garasi mobil. Jaemin langsung memasukkan Renjun ke dalam mobilnya, di susul dirinya yang juga ikut masuk ke dalam.

"Jaem! Seben--" Lagi dan lagi, ucapan Renjun di potong oleh Jaemin. Sepertinya Jaemin enggan menjawab pertanyaannya.

"Pakai seatbelt-nya." Perintah Jaemin, lalu menjalankan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Sebelum Renjun membalas ucapannya, dan memakai seatbelt.

Di sepanjang perjalanan, baik Renjun maupun Jaemin sama-sama diam. Renjun yang sibuk dengan pemikirannya sendiri, serta berdoa agar dirinya selamat sampai tujuan, karena cara menyetirnya Jaemin yang benar-benar gila. Sementara Jaemin yang sedang fokus menyetir, dan memperhatikan jalanan ibu kota yang mulai renggang, atau hampir tidak ada kendaraan, karena hari yang sudah memasuki pagi. Lebih tepatnya pukul 3 dini hari.

Setelah beberapa menit membelah jalanan ibu kota. Mobil Jaemin akhirnya terpakir di depan sebuah bangunan. Jaemin yang langsung turun dari mobilnya. Di susul Renjun yang juga turun dari mobil Jaemin, karena Jaemin yang memaksanya keluar.

"Jaemin! Lo belajar gila? Lo ngapain bawa gue ke Hollywings? Sejak kapan lo mabok?! Kalo ketauan Ibu sama Ayah? Bisa habis lo!" Ocehan yang keluar dari mulut Renjun, di sepanjang jalan Jaemin menarik dia untuk masuk.

Sumpah gak bohong! Cengkraman tangan Jaemin pada tangannya sangat kencang. Tenaga Jaemin saat ini benar-benar tidak di ragukan. Renjun sangat kesulitan melepaskan cengkraman tangan Jaemin dari tangannya.

Sementara Jaemin, dia tidak memperdulikan segala pertanyaan, protesan, atau bahkan ocehan yang keluar dari mulut Renjun. Dia terus menarik Renjun untuk masuk ke dalam.

Sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang dia cari, barulah dia melepaskan tangannya Renjun. Lebih tepatnya menghempaskan Renjun, kepada orang itu.

"Shhh." Ringisan yang Renjun keluarkan, sewaktu dirinya menabrak sudut meja bar, karena ulah Jaemin.

"Lo lihat sendiri, atas ulah yang lo lakuin ke dia!" Teriak Jaemin, agar Renjun dapat mendengar ucapannya. Karena sungguh, di dalam ruangan ini sangat berisik.

Mendengar ucapan Jaemin, serta arah pandang Jaemin. Membuat Renjun yang tadinya fokus menatap Jaemin, jadi menoleh. Mengikuti arah pandang Jaemin yang menunjuk tepat di sampingnya.

Netra Renjun membola begitu menemukan Jeno yang sudah mabuk. Jeno yang terus meminum alkohol entah jenis apa, padahal dirinya sudah sangat mabuk.

Tanpa tunggu lama, Renjun langsung menghentikan Jeno, yang berniat ingin meminum kembali minumannya. Renjun langsung menahan gelasnya Jeno. Membuat racauan Jeno terhenti, dan segera menoleh untuk menatap dirinya.

"Lo siapa sih? Kenapa lo ngelarang gue? Dan kenapa muka lo mirip banget sama orang yang gue sayang? Jangan kayak gitu! Renjun itu cuma 1! Lo jangan sok-sokan ikutin dia. Apalagi muka lo yang mirip banget sama dia! Lo oplas di mana? Kok bisa sama banget sama dia sih?! Gue gak bisa ini! Apa gue harus hancurin muka lo dulu, biar lo oplas lagi wajah lo, supaya gak mirip sama Renjunnya gue?" Racauan yang keluar dari mulut Jeno, sukses membuat hati Renjun tambah sedih.

"Dia mabuk Na! Sebaiknya lo bawa pul--" ucapan Renjun terhenti, karena Jeno yang tiba-tiba mencium bibirnya.

Bukan cuma ciuman singkat. Tapi ciuman di sertai lumatan, dan sangat menuntut di dalamnya. Jaemin yang melihat itu, ia langsung mengalihkan pandangannya. Hatinya sungguh sakit, begitu melihat orang yang dia sayang, mencium atau berciuman dengan kekasihnya sendiri. Walaupun status Jeno dan Renjun sudah berubah menjadi mantan kekasih, tapi tetap saja Jaemin sakit melihatnya.

"Hhhh." Renjun terengah, begitu dia berhasil melepaskan ciuman Jeno.

"Na! Sepertinya dia udah mabok parah. Lebih baik lo bawa dia pulang deh!" Ujar Renjun, yang sukses membuat Jaemin membola.

"Gue?!" Tanya Jaemin, seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lo. Lo kan sahabatnya. Jadi, lo urus dia. Gue udah gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia." Ujar Renjun, yang langsung memapah Jeno, dan memberikan Jeno kepada Jaemin.

"Tapi dia butuh lo, Njun! Sedaritadi dia terus meracau nama lo!" Peringat Jaemin.

Iyap! Tadi dia sempat dapat telepon dari Jeno, ketika dia sedang asyik mengedit video, dan beberapa foto lainnya.

Ia kira, Jeno meneleponnya karena ada suatu hal yang sangat penting. Jadi dia langsung mengangkat telepon itu. Ah tidak! Jaemin selalu mengangkat semua telepon masuk dari Jeno. Kalau pun gak ke-angkat, dia pasti bakalan telepon balik Jeno.

Dan kalian tau kalimat pertama kali yang di ucapkan Jeno? Yup! Kalian benar! Nama Renjun-lah yang menjadi kalimat pertama yang di lontarkan Jeno. Seperti Renjun aku sayang kamu, aku cinta banget sama kamu Njun, please jangan tinggalin aku, dan masih banyak lagi.

Tadinya, Jaemin ingin segera mematikan teleponnya secara sepihak. Namun begitu dia mendengar suara di sebrang sana sangat berisik, ia langsung bisa menebak kalau Jeno sedang berada di dalam club, dan dengan keadaan yang sudah sangat mabuk parah. Maka dari itu, Jaemin langsung meninggalkan kegiatannya, dan langsung pergi ke kamar Renjun, untuk membawa Renjun kemari.

"Gue gak perduli Jaemin. Yang jelas, gue gak ada sangkut pautnya lagi sama dia. Gue titip dia ya! Lo sahabatnya dia, dia yakin lo bisa jaga dia." Ujar Renjun, yang langsung mengambil kunci mobil milik Jaemin, yang ada di dalam saku jaketnya Jaemin. Setelahnya, dia langsung pergi dari hadapan Jaemin.

"Woy! Anjing! Renjun! Brengsek! Bangsat banget itu orang, ngentod!" Semua kalimat makian yang terus di lontarkan Jaemin kepada Renjun. Namun ia tetap membawa Jeno pergi dari sini.

Untung saja tempat ini selalu stanby taksi. Jadi, begitu dia keluar, sudah ada taksi yang standby di sana. Dan Jaemin pun tinggal melangkah bersama dengan Jeno, menuju taksi yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Jaemin pun langsung memasukkan Jeno ke dalam taksi, di ikuti dirinya yang juga ikut masuk ke dalam. Memasangkan seatbelt untuk dirinya dan juga Jeno. "Apartemen 127 Pak." Ujar Jaemin, menyebutkan alamat yang ia tuju, kepada supir taksi.

Taksi pun berangkat sesuai dengan alamat yang di sebutkan Jaemin. Tanpa mereka sadari kalau sedari tadi Renjun terus mengikuti mereka dari belakang.

I LOVE YOU, BUT I'M LETTING YOU GO - NAKAMOTO FAMILY & JUNG FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang