8. Take Care My Sister

271 12 0
                                    

"Sshh." Ringisan yang keluar dari mulut Jeno, begitu dia membuka matanya. Netranya langsung menatap sekitar, untuk memastikan sedang berada di mana dia. Selagi melihat sekitar, Jeno juga mengingat apa yang telah ia alami tadi malam.

*cklek* suara pintu yang terbuka, sukses membuat perhatian Jeno teralihkan. Lamunannya juga buyar karena ini.

"Loh, udah bangun?"

"Loh, kenapa lo ada di sini?"

Pertanyaan yang di ucapkan secara bersamaan. Begitu Jaemin melihat Jeno yang sudah bangun, dan Jeno yang melihat Jaemin yang masuk ke dalam ruang kamar Jeno.

Jaemin langsung berdecak kasar, begitu mendengar pertanyaan yang di lontarkan Jeno. "Lo yang telepon gue pagi-pagi buta. Tepatnya jam 3 pagi, pas gue lagi editing video. Gue juga yang ngebawa lo ke sini, karena gue tau nanti lo di omelin Daddy lo." Jelas Jaemin, seraya menaruh sup peredah pengar, serta minuman peredah pengar, dan segelas air putih.

"Tuh makan sama minum, buat ilangin kobam lo." Titah Jaemin, yang langsung mengambil duduk di sofa kamarnya Jeno.

"Masa sih?" Tanya Jeno, seraya meminum segelas air putih, lalu memakan sup buatan Jaemin.

"Hm. Coba lo inget-inget lagi." Jawab Jaemin, yang saat ini tengah sibuk memainkan ponselnya. Sibuk memberikan kabar kepada kedua orang tuanya, untuk memberikan alasan yang logis mengenai dirinya yang keluar tengah malam hampir pagi.

Jeno pun berusaha mengingat kejadian semalam, seraya memakan sup buatan Jaemin. Dan setelah semuanya telah ia ingat, dia langsung tersenyum senang. "Renjunnya mana?" Tanya Jeno, yang masih menunjukkan senyumannya.

Sementara Jaemin langsung memutarkan kedua bola matanya jengah, begitu melihat wajah Jeno. "Sampe mana lo ingetnya?" Tanya Jaemin terlebih dahulu, sebelum menjawab pertanyaan Jeno, mengenai keberadaan Renjun.

"Sampe gue sama dia ciuman. Emang ada kelanjutan peristiwa lainnya?" Tanya Jeno, yang langsung di balas gelengan kepala oleh Jaemin.

"Terus, Renjunnya mana? Pasti dia nganterin gue pulang kan?" Tanya Jeno, dengan nada senangnya.

'Pala lo! Boro-boro nganterin pulang! Abis ciuman sama lo, lo langsung di tinggal anying!' Ingin sekali ia meluapkan apa yang sedang ia katakan dalam hatinya. Namun begitu melihat ekspresi senangnya Jeno, Jaemin mengurungkan niatnya.

"Hm. Udah pulang dia tadi malem. Pas abis nganterin lo balik, dia langsung pulang. Taro sendirian di rumah, Ibu sama Ayah gue lagi pergi." Dusta Jaemin, hanya untuk membuat Jeno senang.

Dan benar saja! Setelah Jaemin mengatakan itu, senyum Jeno semakin lebar. Bahkan matanya gak kelihatan karena senyumannya yang lebar. Jaemin yang melihat itu pun bergidik geli. Ia langsung melemparkan bantal sofa kepada Jeno.

"Nanti supnya tumpah anjir!" Peringat Jeno, setelah lemparan Jaemin mengenai kepalanya. Untung saja responnya cepat. Jadi bantalnya gak kena sup, dan supnya juga gak tumpah karena keseimbangan tubuhnya yang bagus. Gatau juga kolerasinya di mana.

"Geli anjir! Muka lo udah kayak om-om pedo!" Ledek Jaemin, yang hanya di balas decakan kasar oleh Jeno.

"Yehhh! Sirik aja yang jomblo!" Ledek balik Jeno, yang semakin membuat Jaemin geli.

Baru saja ia ingin membalas ucapan Jeno. Suara deringan ponselnya sukses membuat niat dia terurungkan. Jaemin lebih memilih untuk mengangkat panggilan telepon dari Haechan, teman satu-satunya yang bertahan dengan tingkahnya Jaemin, begitu juga sebaliknya.

"Diem njir!" Peringat Jaemin kepada Jeno, sebelum menjawab telepon Haechan.

"Hallo Chan! Ada apaan?!" Tanya Jaemin to the point, begitu pertama kali mengangkat teleponnya.

"Lo dimana?" Tanya balik Haechan.

"Kepo banget! Udah buruan kenapa?!" Tanya Jaemin yang tidak ingin menjawab pertanyaan Haechan.

"Adik lo di gang bang ini! Lo buat masalah apaan lagi sama orang?!" Ujar Haechan, dengan nada paniknya.

"Siapa? Renjun? Biarin aja dia mah!" Acuh Jaemin, yang hendak menutup panggilan teleponnya. Namun tertahan karena ucapan Haechan.

"Itu mah kakak lo bodoh! Ini si Taro lagi di gang bang. Mereka mau bawa dia ke tempat sepi anjir! Buruan ke Taman Tebet yang baru buka!" Seru Haechan.

"Lah anjir iya! Adek gue kan si Taro ya?! Terus si Sungchan kemana? Masa iya ade gue gak sama Sungchan?! Terus lo ngapain telepon gue? Bantuin ade gue ngentod!" Kalimat racauan yang di keluarkan Jaemin, atas sikap Haechan yang gak jelas.

"Dia rame-rame ya Njing! Kalo gue sendirian ya kalah. Udah buruan ke sini Tod! Ngebut ye Njing! Kalo ade lo kenapa-napa karena lo yang kurang gercep? Gue gak mau tanggung jawab ya anjir!" Peringat Haechan, yang langsung menutup panggilan teleponnya secara sepihak.

"Chan! Chan! Ya ngetod di matiin!" Maki Jaemin kesal, karena sikap Haechan yang main nutup teleponnya begitu saja.

Jaemin langsung beranjak dari duduknya. Menghampiri Jeno, dan menaruh semua yang ada di atas pangkuan Jeno, ke atas nakas samping ranjangnya. Setelahnya, dia langsung membuka laci nakasnya, dan mengambil kunci motor yang ada di dalamnya.

"Ikut gue!" Titah Jaemin, yang langsung menarik Jeno.

Jeno yang masih tidak paham dengan ini semua, dan masih dalam keadaan yang belum sepenuhnya sadar, hanya bisa mengikuti kemana Jaemin membawanya.

---

Sementara di lain sisi, Renjun yang saat ini tengah jalan bersama Mark karena alasan tertentu, juga mendapatkan telepon dari temannya. Siapa lagi kalau bukan Shuhua. Sahabatnya yang sangat bawel nan berisik. 11 12 sama kayak Haechan, temennya Jaemin.

"Hallo Asu, kenapa?" Kesamaan Renjun dan Jaemin yang sama-sama to the point.

"Anjing! Nama gue Shuhua ya njir! Panggil Shua!" Protes Shuhua, yang langsung meralat nama panggilannya.

"Bodo amat. Udah buruan! Kenapa sih?!" Tanya Renjun, yang sangat malas bertelepon dengan seseorang. Dia lebih suka mengirim pesan, daripada bertelepon.

"Lo dimana? Ini gue lihat adik lo lagi di geng bang banyak orang. Dia bawa adik lo ke tempat sepi ini." Ujar Shuhua dengan nada paniknya.

"Siapa? Jaemin? Dia bisa berkelahi. Biarin aja! Bakalan menang kok dia." Balas Renjun, yang memang sudah tau kehebatan Jaemin dalam bela diri, atau lebih tepatnya berkelahi.

"Bukan Jaemin njir! Jaemin mah gue juga tau, dan gak repot ngasih tau lo! Tapi ini si Taro! Lo tau sendiri kan Taro kayak gimana orangnya? Always keep smile di segala posisi." Ujar Shuhua di sebrang telepon sana.

"Lah Taro? Ngapain dia? Dia gak pernah punya salah sama orang. Bentar Shu." Ujar Renjun, yang langsung meminta Mark memutar balikkan mobilnya, yang pada saat itu ingin pergi ke suatu tempat.

"Alamatnya di mana Shu?" Tanya Renjun.

"Taman Tebet yang baru buka itu loh. Yang sekarang udah jadi bagus." Jawab Shuhua.

"Mark, ke taman Honda sekarang Mark!" Pinta Renjun, yang langsung di turuti Mark.

"Shu, tolong liatin ade gue dulu ya. Jagain dia, sampe gue dateng ke sana."

I LOVE YOU, BUT I'M LETTING YOU GO - NAKAMOTO FAMILY & JUNG FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang