Trang
Trang
Trang
Suara pedang beradu, bau anyir darah di atas tanah yang tandus dan kering itu. Banyak nyawa yang menghilang, suara kuda yang memekik di telinga. Ribuan anak panah yang menghujani lautan darah itu dan suara bom yang menggelegar.
Seorang wanita memiliki tubuhnya kokoh, menggunakan zirah besi dan memegang pedang. Rambutnya diikat satu dengan simpul pita berwarna merah. Dia berteriak dengan tegas, mengacungkan pedangnya dan menyerang lawannya.
Ribuan kuda itu berlari kencang dengan Arahan sang Jenderal. Yunzi, wanita yang memiliki aura tegas, matanya yang tajam bagaikan elang, hidung yang sangat mancung dan bibir mungil semerah buah ceri.
Trang
Yunzi mengayunkan pedangnya ke arah lawannya, beberapa musuhnya menyerang dalam waktu bersamaan. Dia meloncat dari kudanya dan menginjak ujung sebuah tombak, hingga tombak itu memantul ke atas. Sebelah tangannya pun dengan cepat menangkap tombak yang melayang di udara itu.
Kini di tangannya ada pedang dan tombak yang dimainkan, Yunzi kembali menyerang musuhnya secara brutal. Dia menunduk saat pedang itu melayang ke tubuhnya, kemudian berdiri tegak dan langsung menusuk tubuh lawannya di bawah.
Yunzi menarik pedangnya dan darah mengalir deras dari perut prajurit itu, serta darah segar yang mengalir dari mulutnya.
Yunzi merasakan seseorang mendekat di belakangnya, ia pun memperhatikan hal itu di belakang dan di perutnya.
Selama beberapa jam, perang itu pun akhirnya berhenti. Kebengisan Yunzi, Jenderal wanita itu membuat musuh berjatuhan dan kini hanya ada beberapa puluhan orang saja termasuk Jenderalnya.
"Anda sudah mengaku kalah?" Tanya Yunzi tersenyum sinis. Perlahan mendekat di mengikuti ratusan prajurit di belakang. Dia pun tersenyum sinis melihat Jenderal sombong dihargai sangat panik.
Jenderal yang bertubuh tegas, sebelah matanya tertutup itu menatap secara tajam, dia mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak terima dengan kekalahannya saat ini.
"Anda boleh tersenyum, tapi kali ini tidak." Salah satu prajurit mengeluarkan petasan. Sebuah kuda berwarna coklat melaju kencang ke arah mereka.
Jenderal wanita itu begitu terkejut, dia melihat seseorang yang dia kenal, yaitu adiknya.
"Bangsat, adikku!" teriaknya. Dia pun menuju ke arahnya, namun seseorang menghentikan langkahnya.
"Turunkan pedang anda!"
Yunzi melemparkan pedang itu, tanpa menggunakan pedang ia bisa melawan musuhnya.
Jenderal Yan tersenyum sinis, dia pun melirik adik Yunzi. Adik semata wayangnya, setelah kedua orang tuanya meninggal Yunzi menjadi yatim piatu, dia harus mencari nafkah untuk adik perempuannya. Dengan mengutamakan Yunzi melindungi adiknya, dia sangat menjaga adiknya. Bahkan tangisannya pun, Yunzi tidak bisa menahan sakitnya. Seluruh dunia tahu siapa yang mengganggu adiknya akan meregang nyawa di tangannya.
Jenderal Yan mendekat, dia memutari Yunzi. Tanpa Jenderal Yan sadari, Yunzi melirik sang adik dan mengamati langkah Jendral Yan, mengikuti langkah itu, hingga langkah itu mendekat. Dengan sigap Yunzi menghadang tangan Jenderal Yan yang ingin menghunuskan pedang ke arahnya. Dia meremas tangan Jenderal Yan dengan kuat dengan mata yang melotot tajam.
"Bangsat!" Jenderal Yan menendang tubuh Yunzi, namun wanita berputar dan menendang perut Jenderal Yan.
Arkh
Brugh
Yunzi langsung berlari dan memeluk adiknya. Ia tidak ingin sesuatu terjadi pada adiknya.
"Kak." wanita itu mencengkram baju Yunzi yang bau darah, dia menangis dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Selir Ketiga Sang Presdir (Fizzo)
FantasyPindah Ke Fizzo dengan Judul yang sama Seorang Jenderal zaman kuno melintasi waktu menjadi Aluna Young si cupu, seorang wanita yang menjadi Selir ketiga Presdir Jansen Lu, hanya karena ayah Aluna Young memiliki hutang yang sangat banyak pada Jansen...