Bab 7 : Ciera & The Gank

551 117 7
                                    

Aluna yang di sapa Yunzi itu melihat kanan kiri, dia pun bingung harus ke arah mana dan mengikuti alur motornya yang melaju itu.

Selang beberapa saat Aluna sampai di sebuah gedung bertingkat. Dia kembali melihat arah motor yang melintas di depannya dan harus kemana, dia pun mengikuti di belakang dan di sinilah dia, di tempat parkiran.

Dia membuka helm yang berada di atas kepalanya, merapikan kaca matanya.

"Al !!!" Seseorang berteriak, dia berlari ke arah Aluna.

"Ka-kau su-sudah da-datang?"

Karena merasa aneh menggunakan kaca mata, dia sedikit menurunkan kaca matanya menatap pria di depannya dan sebuah ingatan melintas.

"Ah iya," ucap Aluna.

Pria berkacamata itu menunjuk ke arah kacamatanya agar tidak terlepas, dahinya berkerut dan merasa heran. Ia merasa wanita di depannya bukan Aluna.

"Ka-kau Al-aluna kan?"

"Tentu saja, apa aku memiliki kembaran? Tidak kan?"

Kenzo mengangguk, dan Aluna masih menatap pria di depannya. Dia akui, penampilan pria di depannya wajahnya yang cukup tampan, alis tebal, hidung mancung jangan lupakan kedua bulu matanya yang melengkung ke atas. Hanya saja, cara pakaiannya saja yang terlihat culun.

"Ya sudah ayo kita masuk," ucap Aluna. Dia menggandeng lengan Kenzo. Beberapa Mahasiswa pun melirik Aluna dan Kenzo. Akan tetapi Aluna bersikap acuh dan tak acuh, dia terus berjalan dengan tatapan lurus ke depannya tanpa sadar pria di sampingnya, wajahnya bagaikan kepiting rebus dan jantungnya bagaikan terkena boom.

"A-Al,"

Kenzo membenarkan kaca matanya. Dia ingin menyingkirkan tangan Aluna, tapi kehangatan tangannya membuatnya enggan.

Kenzo dan Aluna masuk di ruangan yang sama, kebetulan mereka memang mengambil jurusan yang sama.

"Em, Al."

Aluna menoleh ke arah Kenzo dan tersenyum manis membuat pria itu seketika membuang wajahnya. Melihat wajah Aluna yang menggemaskan, ia tidak waktu berlalu begitu saja.

"Ka-kau sudah se-sembuh?"

Aluna mengangguk, dia pun menopang dagu menatap kedua manik Kenzo.

"Lumayan," ujar Aluna. Dia mengamati wajah bagaikan malaikat itu, sangat tampan. Tanpa sadar pikirannya langsung  membayangkan wajah Jansen Lu, dia pun melirik ke atas langit, menyumpahi otaknya jangan sampai ternodai oleh wajah Jansen Lu.

Kenzo mengurungkan niatnya memanggil Aluna saat bel berbunyi dan wanita itu sudah menghadap ke depan, siap untuk menerima pelajaran.

Aluna bersendekap sambil bersandar di kursinya, mengamati dan mencerna penjelasan pria yang tidak memiliki rambut separuhnya. Dia teringat Aluna, sosok yang sangat cerdas. Namun, mudah di tindas.

Selang beberapa saat pun, jam pelajaran telah usai. Kenzo mengambil alih percakapannya tadi yang belum selesai.

"Em, Al ki-kita ma-makan bareng."

"Ayo!" Ajak Aluna. Dia merasa kasihan pada Kenzo yang sering di tindas karena membelanya. Walaupun juga sering Kenzo mengalami penindasan. Entah apa salahnya dan Kenzo?

Aluna memakan beberapa camilan, dia enggan sekali memakan nasi dan beberapa sayuran.

"Al ka-kamu gak makan? Tu-tumben?"

"Aku kenyang," jawab Aluna.

Kenzo memakan nasinya, tapi ia merasa aneh dengan sikap Aluna yang tidak seperti biasa. Wanita itu biasa akan menunduk dan memakan nasinya, kadang ia gemas ingin mencubit pipinya.

"Ih, ada genk cucu nih." Seorang wanita berpando merah dengan rambut pirang dan berambut pink. Dia memutar rambutnya dengan jari telunjuknya.

Dua temannya pun tertawa, tanpa basa-basi dia merebut beberapa snak milik Aluna yang berada di atas meja.

Aluna menaruh camilan yang tinggal separuh itu. Dia mendongak dan menatap ketiga wanita yang tertawa mengejeknya.

"Apa?" Salah satu wanita yang berdiri di depan sebagai ketuanya, dia pun mendorong pipi Aluna sampai separuh wajahnya di tutupi oleh sebagian rambutnya.

Aluna tersenyum sinis, dia ingat siapa wanita di depannya yang tak lain Ciera, wanita yang selalu mengusik Aluna dan selalu mengerjai Aluna. Bahkan Ciera pun tak segan untuk menyakiti Aluna. Pantas saja Aluna sering mengalami memar di tubuhnya.

Aluna meregangkan ototnya, dia langsung berdiri menatap sengit wanita di hadapannya. Kedua matanya menyala bagaikan harimau yang ingin mencabik-cabik mangsanya.

Seketika Ciera merasa ketakutan, namun dengan cepat dia menghilangkan ketakutan di wajahnya. Dia pun melirik kedua temannya yang sama-sama meneguk ludahnya.

Tangan Ciera ingin menunjuk ke dahi Aluna, namun dengan cepat Aluna menangkap lengannya.

"Tangan ini kan?" Tanya Aluna berkata dingin. Dia meremas kuat tangan Ciera dan membuat sang empu kesakitan.

"Lepaskan aku! Sialan! Apa yang mau kau lakukan gadis culun!" Ciera menarik lengannya, namun sia-sia tangan Aluna sangat kuat, tulangnya seakan retak. "Lepaskan aku!"

"Kenapa kalian diam saja? Cepat beri pelajaran pada gadis sialan ini!"

Kedua wanita yang berdiri di samping Ciera pun maju. Aluna menatap kedua dengan tajam. Kaki kanannya pun menendang perut di samping kanan Ciera dan membuatnya terdorong jauh hingga tubuhnya menabrak kursi.

Reinkarnasi Selir Ketiga Sang Presdir (Fizzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang