Jansen mendorong Aluna dengan kasar dan jatuh ke bawah dan membuat Aluna mendorong di kedua lantainya.Sebagai seorang Jenderal di masa lalu, dia tidak terima. Ia bangkit dengan amarah yang meluap-luap.
"Kau pikir siapa, hah?! memperlakukan aku seperti ini!" teriak Aluna menggema di ruang tamu itu.
"Lalu kau pikir pikir mengganggu acara ku?" tanya Jansen balik dengan nada menekan.
"Aku manusia yang memiliki hati dan pikiran, apa karena kau memiliki kekuasaan kau bisa bertindak semau mu?" tanya Aluna tersenyum sinis.
"Pelayan Ana, bawakan aku cambuk." Titah Jansen Lu. Ia benar-benar di buat setengah mati oleh gadis ingusan di kesal.
Pelayan Ana pun segera menjalankan titah tuannya, sedangkan Hana dia sudah menangis dan memohon di samping Jansen Lu. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada majikan mudanya.
"Aku ingin melihat, apa kau bisa berteriak dengan sombong beberapa menit lagi," ejek Jansen Lu. Dia tidak suka ada yang membantah atau melawannya."Ini Tuan," ucap pelayan Ana sambil menyodorkan sebuah cambuk.
"Pengawal!!" teriak Jansen Lu. merupakan kedua penjaga yang berada di luar pintu utama berlari menghampirinya. "Pegang bocah ingusan itu," titah Jansen Lu sambil menunjuk Aluna.
"Baik Tuan,"
"Tuan saya mohon jangan lakukan ini, saya berjanji akan menjaga Nyonya muda dengan baik dan tidak akan mengganggu Tuan," ucap Hana memohon sambil mengatupkan kedua kalinya.
Aluna melirik ke kanan kiri, saat kedua pria bertubuh kekar itu hendak memegang kedua tangan Aluna, sontak Aluna menariknya dengan kasar.
"Mohon Nyonya menurut agar tidak mengalami kekerasan," ucap salah satu dari mereka.
Aluna mengepalkan kedua tangannya, tangan kananya mengepal kuat dan meniupnya, ia pun langsung menjuruskan satu pukulan di sudut bibir salah satu pria itu dan membuatnya terhuyung ke belakang sambil memegang sudut pandang."Kau!" bentak pria itu tidak terima.
Pria yang berada di belakang Aluna memegang lengan salah satunya, dia mencengkram satu tangan Aluna dengan erat.
Aluna kembali melayangkan tinjuan tinjunya menggunakan tangan kiri dan pria itu kembali seperti semula. Tonjokan Aluna seolah meremukkan wajah mereka.
Jansen Lu membocorkan kedua penjaganya yang memegang masing-masing sudut pandang."Kau benar-benar!"
Dia melayangkan pecutannya ke lantai dengan nyaring, lalu beberapa langkah maju dan melayangkan cambuknya ke kaki Aluna. Dengan sigap Aluna menahannya, lalu menariknya.
Sorot mata keduanya saling beradu, saling memancarkan aura kebencian, Aluna yang ingin membakar Jansen hidup-hidup, sama halnya dengan Jansen, dia akan meningkatkannya."Kau,"
Jansen menarik cambuk itu dan Aluna tak kalah, dia menarik cambuk itu sehingga kedua saling tarik-menarik. "Lepaskan! kau sudah mengacaukan kesenangan ku."
"Atau kau akan mendapatkan yang lebih dari ini." Ancam Jansen. Pria itu melirik kedua pengawal itu dan mengatakan untuk maju.
pengawal itu pun maju, Aluna berlari satu kali untuk menendang kedua perutnya, kemudian berputar dan menendang perut pria lainnya lagi. Sehingga membuat kedua pria itu berguling di lantai, tendangan itu sangat tepat mengenai titik vitalnya."Nyonya hentikan, Tuan akan marah," bujuk Hana. Dia menangis sejadi-jadinya, memohon pada pelayan Ana dan lainnya yang sedang menyaksikan perseteruan itu. Namun tidak ada yang bergerak sama sekali. Siapa yang berani maju maka nyawa mereka akan melayang.
Sedangkan Liera, istri kedua Jansen juga tak kalah terkejut, semenjak kapan wanita yang ia kenal penakut itu kini mengeluarkan taring di depan Jansen? buat senyum sinis ke arah Jansen Lu. Kini ada seorang wanita yang akan melawan Jansen Lu.
"Jangan memohon, dia hanya memiliki jantung tapi tidak punya hati."
"Cepat kalian panggil beberapa pengawal, aku tidak sudi memegang kulit gadis ingusan ini."
Harga diri Yunzi terasa terinjak-injak, kulit putih Aluna yang ia tempati bahkan akan najis jika di sentuh oleh Jansen. Selama menjadi seorang Jenderal, dialah yang di puji-puji oleh kaum wanita dan kaum pria.
"Kulit ku akan kotor kalau kau menyentuhnya, bisa saja mengelupas kulit tubuh ku."
"Tuan," sapa seorang pengawal tadi, kedua pria itu berhasil membawa lima pengawal.
"Tangkap dia, kalau perlu patahkan saja salah satu tangan."
Aluna memutar tubuhnya, dia langsung mengalungkan ke salah satu pengawal yang ingin menangkapnya. Dengan lincah, dia menendang perut dan meninju tubuhnya.
Aluna melepaskan cengkraman cambuk yang ia pegang, dia kabur ke luar dan mencari tempat yang luas.
Jansen Lu, pria itu mencengkram kuat cambuk di tangan, kalau ia tidak bisa membuat Aluna menyerah, ia bukan Jansen Lu dan akan berubah menjadi gigolo. Harga dirinya yang sangat tinggi, tidak bisa direndahkan oleh siapa pun.
"Aluna!"
Aluna tersenyum miring, dia mengambil langkah untuk menyerang ke lima penjaga yang memutarinya. Sedangkan Jansen Lu akan menjadi penonton yang menikmatinya.
Aluna menepis salah satu tangan yang hendak menyerangnya. Dia memukul dua perut pria di atas dan membuat pria itu berguling di tanah berumput dan mengadu nyaman.
"Majulah,"
Kedua pria itu maju, dia pun menyerang secara bersamaan dan dengan mudahnya Aluna kembali menjatuhkan kedua pria itu dengan kalah telak.
"Aaaa!!!"
Teriakan nyaring itu membuat fokus Aluna teralihkan pada dua penjaga di gawang dan salah satu penjaga yang berhasil mengarahkannya.
"Hah!"
Dadanya naik turun, memegangi tangan sambil memegangi perutnya, peluh keringat membasahi kaos oblongnya, ia menahan di perutnya sambil mengeluarkan Hana yang menangis.
"Kau licik Jansen!!" teriak Aluna. Tentu saja saya tidak akan terima Jansen melukai Hana.
"Menurut lah, atau Hana mu dan Ayah mu itu tidak bisa hidup damai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Selir Ketiga Sang Presdir (Fizzo)
FantasyPindah Ke Fizzo dengan Judul yang sama Seorang Jenderal zaman kuno melintasi waktu menjadi Aluna Young si cupu, seorang wanita yang menjadi Selir ketiga Presdir Jansen Lu, hanya karena ayah Aluna Young memiliki hutang yang sangat banyak pada Jansen...