#3. Intinya Santuy

4 6 0
                                    

Cewek itu cengo dibuatnya. Pasalnya, kelas sudah selesai 10 menit yang lalu tapi Alexa baru datang.

"Sumpah, kalo gini caranya gimana lo bisa dapet gelar psikologi?" Tanya Kiara, tak habis pikir.

"Sogok dosennya." Ucap Alexa santai lalu mengambil buku yang dibawa Kiara.

Menghela nafas pelan, Kiara menatap iba ke arah Alexa. Dirinya sangat yakin kalau temannya ini pasti sangat gelisah. Namun, Alexa tak pernah ingin menunjukkan hal itu.

"Gue udah catet point penting buat lo pelajari. Inget skripsi."

Alexa menoleh lalu tersenyum miring. Ia mengembalikan buku Kiara dan melambaikan tangan.

"Ada hal yang lebih menyenangkan daripada itu." Ucapnya lalu meninggalkan Kiara yang kembali cengo.

"Anjir?! Kenapa gue bisa betah temenan sama dia, Tuhan?"

•••

Al langsung masuk ke ruangan dosen kesayangannya. Terlihat seorang wanita dengan kacamata yang bertengger di hidungnya, seperti biasa dan sedikit antimainstream.

"Kalo gitu terus namanya kaca idung bukan kacamata." Ucap Alexa sembari terkekeh pelan.

Wanita itu terkejut dengan kedatangan Al yang selalu tiba-tiba. Berdecak pelan, ia menghentikan kegiatannya lalu menyuruh Al duduk di hadapannya.

"Harus berapa kali ibu bilang? Ketuk pintu dulu, Alexa Adriana."

"Sebagai manusia, kita tidak boleh membuang waktu, yang terhormat Ibu Riana."

Wanita yang dipanggil Riana itu mengangkat sebelah alisnya. "Lalu? Apa hubungannya?"

Al menghela nafas pelan lalu menyandarkan punggungnya. "Ketuk pintu itu buang-buang waktu, bu."

Riana cengo dibuatnya. Entah sudah berapa kali dirinya dibuat cengo oleh pemikiran juga tingkah Alexa.

Pantas saja dulu anaknya sangat mengaguminya.

"Mau lanjutin skripsi?" Tanya Riana, mengalihkan pembicaraan.

Al mengangguk lalu mengeluarkan kertas kecil dari saku jaketnya.

"Al udah bikin point penting buat skripsi, tinggal dijabarin aja."

"Kenapa bikinnya harus di ruangan ibu, Al? Kamu bisa bikin di rumah 'kan?"

Al mengardikkan bahunya sembari mengambil laptopnya yang disimpan rapi oleh Riana. Cewek itu tak menjawab, malah anteng mengutik laptopnya.

Tak ada yang tahu jika sebenarnya seorang Alexa Adriana tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai mahasiswi. Cewek itu hanya akan melakukan hal-hal menyenangkan di hadapan orang lain, tak peduli bagaimana tanggapan mereka terhadapnya.

"Alexa, pengetahuan juga keterampilan kamu sudah sangat baik. Tapi kenapa kamu masih bersikap seperti ini, nak?" Tanya Riana hati-hati.

Sontak Alexa berhenti mengetik. Pandangannya beralih menatap kedua manik teduh milik wanita di hadapannya. Seakan tersirat sebuah perintah dan harapan di sana.

"Al bisa apa, bu? Gak akan ada yang ngerti hidup Al selain diri sendiri,"

"Kamu bisa mencari pelampiasan lain, Alexa. Kalau kamu begini terus, dampaknya malah buruk terhadap diri kamu sendiri."

Alexa AdrianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang