-15-

116 21 8
                                    

Kala kedua netranya menatap lurus ke luar melalui jendela kamarnya yang tertutup, rebas-rebas air hujan masih tampak turun seakan dengan meninggalkan bekas genangan-genangannya yang tampak kotor.

Suara gemericik air hujan dengan hawa dinginnya yang terasa menyapu epidermis dan aroma petrikor yang menyeruak melalui celah-celah ventilasi serta tak lupa cahaya di luar yang tampak redup, merupakan salah satu dari banyaknya kesukaan Jihye.

Jihye selalu menyukai hujan, tetapi dengan dirinya yang tengah bernaung. Namun, perasaan hatinya tidak mendukung suasana yang menyejukkan saat ini. Tampak Jihye yang berulang kali menghela napasnya kasar dengan bibir yang sedikit mengerucut.

Jihye sungguhan gundah saat ini. Bagaimana tidak, pria kesayangannya yang baru saat ini tampak merajuk. Kendati ini adalah kesalahannya karena sudah lebih dari dua kali pulang terlambat karena pergi dengan Taehyung sepulang sekolah dan itu tanpa mengabari kedua pria tuanya.

Papanya tidak marah sebab tidak tahu, tetapi pria Min itu yang mendiamkan Jihye. Sudah dua hari gadis itu didiamkan seperti ini. Pria Min itu memergoki dirinya yang baru pulang pada pukul sembilan malam dan itu diantar oleh Taehyung. Bukan karena Taehyung yang mengantarnya hingga membuat pria itu kesal, tetapi karena ternyata pria Min itu sempat mengirim pesan dan panggilan yang tak terjawab hingga lebih dari lima kali. Sebelum-sebelumnya Min Yoongi tidak tahu karena Jihye selalu pulang saat senja walaupun sedikit lebih telat daripada itu dan kebetulan juga pria itu sedang pulang larut-larutnya.

Jihye yakin pria itu marah bukan karena cemburu mengingat bagaimana cara berpikir dan bersikapnya Min Yoongi, tetapi karena dirinya tidak mengabari pria itu ataupun Papanya.

"Tidak peduli Taehyung teman mu yang sudah selama apa. Setidaknya jika tidak ingin mengabari saya, kabari Tuan Park. Bagaimanapun beliau menitipkan kamu kepada saya."

Kata-kata masih terngiang dan itu membuat Jihye semakin merasa bersalah.

Jihye menghembuskan napasnya untuk yang kesekian kalinya lagi. Jihye bukan tipe perayu seseorang ketika sedang merajuk, justru Jihye yang lebih sering dirayu ketika marah. Bahkan ketika Taehyung marah, terkadang Jihye memberikan ancaman dan balik merajuk yang sehingga harus Taehyung lagi yang mereda.

Dengan pakaian sekolahnya yang belum terganti, Jihye menatap keadaan luar tanpa minat. Namun, entah bagaimana minatnya untuk menatap ke luar kembali datang ketika netranya mendapati kendaraan roda empat berwarna hitam milik pria kesayangannya itu.

Jihye segera bangkit dan bergegas membuka pintu kamar, tetapi terhenti sebentar untuk mengambil parfum yang tergeletak di meja belajarnya.

Hawa dingin menjadikan Jihye sedikit malas untuk sekadar mengganti pakaian. Lagi pula Jihye sedang tidak mungkin memeluk pria yang sedang marah itu. Takut tergigit sebab rupa Min Yoongi saat marah mirip kucing kampung yang senang kawin seperti di tempat neneknya. Jauh berbeda dengan Yoyo yang tampak lucu dan penurut.

Jihye menghampiri pria yang saat ini tampak melepas sepatu mengkilap miliknya itu. Yoongi bahkan tidak berminat sekadar melirik sebentar untuk melihat siapa yang menghampirinya.

Tidak apa-apa, dari dulu juga Paman Min seperti itu.

"Kak Yoon baru pulang ya?"

Aksara yang terdengar seakan menimbulkan kesan ceria dari sang pelantun, tetapi itu tidak mempengaruhi air muka pria batu di hadapan gadis Park itu.

STARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang