-01-

371 36 3
                                    

Angin berhembus sedikit kencang dengan langit yang tampak cerah membuat pohon-pohon bergerak sesuai arah angin membawanya hingga beberapa helai daun kering rontok dari pohonnya. Kawasan sekitar perumahan cukup ramai dengan suara anak-anak yang ikut menyambangi. Raut ceria dengan suara yang riang tampak pada paras masing-masing anak di bawah sana, kendati salah dari seorang anak dengan surainya yang terkuncir dua di masing-masing sisinya terlihat menangis entah disebabkan karena apa.

Gadis dengan surai sepunggung itu hanya diam dengan mendudukkan diri di balkon kamarnya. Seraya menyesap minuman kaleng bersoda miliknya dengan wajah yang sesekali mengernyit dengan alis yang bertaut kala merasakan lidahnya tercubit kecil ketika minuman itu mengaliri tenggorokannya.

Agaknya pemandangan luar dengan suara berisik anak-anak di luar sana lebih menarik ketimbang lembaran kertas juga tumpukan buku yang meraung meminta untuk segera diselesaikan agar tak menambah beban bagi sang pemilik. Namun, gadis itu lebih memilih untuk apatis terhadap tugasnya dan memilih untuk menikmati angin sore yang sesekali menerbangkan rambut miliknya nakal.

Hari Jumat yang menenangkan, pikirnya.

Anak-anak yang berkumpul di tengah jalan satu persatu menyingkirkan diri tak terkecuali anak perempuan yang sebelumnya sempat menangis tadi, menepi di pinggir jalan. Seperdetik kemudian, mobil pickup datang dengan banyak barang di belakangnya bersamaan dengan mobil pribadi hitam yang mengekori di belakangnya, setelahnya berhenti di seberang rumahnya. Si gadis yang melihat itu hanya mengerutkan kening dalam dengan raut penuh tanya. Satu persatu orang-orang yang berada dalam mobil pickup itu keluar dan segera mengangkat barang-barang yang mereka bawa dari mobil belakangnya.

Gadis itu beranjak turun dari kamarnya menuju ruang tamu yang berisikan sang papa yang sedang meminum kopi miliknya dengan katalog yang berada di tangan kirinya. Menuruni satu persatu tangga seraya berujar dengan netra yang memandang pria paruh baya di depannya. "Papa, rumah depan sudah ada yang membeli, ya?"

Yang dipanggil menoleh menatap perawakan anak gadisnya yang mulai mendekati dirinya, mengambil posisi di sebelah kanannya menatap sang papa penuh tanya. "Entah, Jihye tahu dari mana?"

"Tadi Jihye lihat sendiri. Rumah kosong yang di seberang didatangi mobil pickup dengan muatan banyak, Jihye pikir akan ada tetangga baru."

Sang Papa menyesap kopinya sekali dan detik selanjutnya meletakkannya di atas meja. "Berarti akan ada tetangga baru, kita harus mengunjungi mereka nanti," ujar Papa Jihye dengan senyum manis berhiaskan dimple di pipi kirinya.

Jihye mengangguk mengiyakan ucapan sang Papa. Jihye bangkit berdiri dan melangkahkan tungkainya menuju dapur. Tangannya terulur membuka lemari pendingin dan menuangkan sebotol air dingin ke dalam gelas beningnya. "Kita akan membawa apa untuk berkunjung nanti?" Jihye bertanya setelah air dingin itu melesak masuk ke dalam tenggorokannya.

Papa Jihye terlihat berpikir sebelum akhirnya berujar. "Nanti akan Papa belikan injeolmi sebagai buah tangan."

-o★o-

Lingkungan rumah terlihat sedikit sepi. Tak seramai sore tadi yang dipenuhi suara bising anak-anak. Lampu jalan menyala hingga tak menimbulkan suasana gelap yang mencekam kendati tetap dilingkupi keheningan. Sesekali terdengar suara burung malam meskipun hari belum terlalu larut.

Sudah bel ketiga yang dibunyikan oleh Papa Jihye dengan Jihye yang memegang keranjang berukuran kecil yang terbuat dari rotan, namun tak ada tanda-tanda bahwa sang pemilik akan membukakan pintu kendati mobil Kia Sportage berwarna hitam terparkir apik di halaman rumahnya.

"Pa, mungkin memang tidak ada orang atau mereka sedang istirahat. Kita pulang saja, ya?" Bujuk Jihye yang sudah kesekian kalinya. Benar-benar sepi tanpa suara apapun yang menghiasi. Membuat Jihye sedikit takut, ngomong-ngomong.

STARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang