Ethan merebahkan tubuh nya di atas lantai aula yang benar-benar dingin itu. Nafas nya ia atur setelah berjam-jam memandu acara penyambutan mahasiswa baru. Lelah sekali. Dia bahkan ingat jika belum sempat sarapan dan makan siang, pantas saja sekarang perut nya protes minta segera di isi.
"Permisi"
Suara dari depan pintu aula membangunkan Ethan dari tidur-tiduran nya. Oh, itu adik tingkat nya. Ia kenal.
"Sean? Cari siapa?"tanya Ethan ramah.
"Mas Jarves kemana ya, kak?"
"Duh, aku juga belum ketemu dari pagi. Udah kamu coba telpon belum?"
"Udah. Tapi ngga di angkat"
"Penting?"
"Lumayan sih. Ini bude barusan telpon, bilang kalo nenek masuk rumah sakit lagi. Aku mau ajak mas Jarves ke rumah sakit bareng"(bude=kakak dari ibu)
Oh ya, ibu Jarves adalah kakak dari ibu Sean yang otomatis membuat dua sepupu itu dekat.
"Coba aku telponin ya? Kamu masuk dulu sini"
Menurut, Sean mendekat ke arah Ethan lalu ikut bergabung duduk di sebelah Ethan yang sudah sibuk mencari kontak salah satu teman nya.
"Halo? Ves, di cari Sean"
"Anak nya dimana?"
"Aula, sama gue. Buruan"Ethan menatap Sean yang memperhatikan nya dengan seksama, sepertinya penasaran isi percakapan singkat nya dengan sang kakak sepupu. Mata jernih milik Sean terlihat berbinar penasaran, membuat Ethan menahan tawa nya karna wajah lucu itu.
"Sebentar lagi kesini, tunggu ya?"ujar Ethan setelah memutuskan komunikasi dengan Jarves, teman baik nya.
"Iya. Makasih ya, kak"Di amati sekali lagi wajah adik tingkat nya ini. Untuk ukuran seorang lelaki, Sean termasuk yang tidak tampan. Anak itu memiliki wajah yang manis. Bahkan cantik. Lihat saja bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir merah. Seperti perempuan saja. Eh?
Ethan menggelengkan kepalanya beberapa kali menghilangkan pemikiran rusak nya baru saja. Aneh sekali.
"Sean!!!"
Keduanya terlonjak. Jarves sudah berdiri di depan pintu aula lalu berlari kecil masuk menghampiri adik sepupu nya itu. Jarves usap kepala Sean lembut saat lelaki itu membungkuk untuk duduk.
"Kenapa cariin mas? Butuh apa?"tanya Jarves.
"Simbah masuk rumah sakit lagi, mas. Bude tadi telpon. Mas ngga di telpon bude?"(Simbah = nenek)
"Hah? Tadi ada telpon dari ibu tapi ngga sempet mas angkat. Yaudah ini terus gimana? Kita ke rumah sakit sekarang? Kelas mu udah semua?"Jarves mulai panik.
"Tenang, mas. Simbah udah nggapapa, bude cuma kasih tau. Kita kesana nya nanti. Kelas mas Jarves udah selesai belum?"tanya Sean dengan nada lembut nya, jemari lentik itu mengusap-usap pundak Jarves bermaksud menenangkan.Ethan terkekeh saat melihat teman baik nya itu kembali tenang namun masih dengan wajah tegang, sungguh meskipun Jarves termasuk lelaki tampan tapi wajah tegang nya adalah yang paling jelek.
"Mas masih ada kelas satu lagi, 30 menit aja. Kamu mau nungguin? Apa mas bolos aja?"
Plakk
Pukulan mendarat di lengan Jarves, jelas Sean yang memukul. Siapa lagi?
"Ngga boleh bolos. Sean tunggu disini biar mas ngga bingung kecarian nanti"
"Ya udah, mas ke kelas ya? Kamu jangan kemana-mana"
"Iya"
"Than, titip Sean ya? Jangan boleh pergi"Anggukan yakin Ethan berikan, dengan begitu Jarves kembali meninggalkan ruang aula. Menyisakan Ethan dan Sean yang sudah sibuk dengan ponsel masing-masing. Sesekali Ethan melirik Sean yang menggerutu pada ponsel nya. Bibir nya mengerucut lucu.
"Se"panggil Ethan.
"Kenapa, kak?"
"Kamu kan orang Bandung, kenapa panggil Jarves nya mas?"
"Soal nya aku besar disini, kak. Jadi ya bahasa ku ikut orang sini"
"Jadi dari kecil kamu bareng-bareng sama Jarves terus?"
"Iya. Kan ayah nya mas Jarves asli orang sini, kebetulan bunda ku dapet kerja disini dari masih hamil aku. Mau nggak mau bunda pindah kesini, jadi ya dari kecil barengan terus"
"Udah kayak Juna sama Juan dong"
"Beda nya mereka kandung, kalo kami sepupu"kata Sean.
"Makan! Butuh makan! Makan!"Sean menjatuhkan ponsel nya saat lagi-lagi ada yang masuk ke aula tanpa salam dan dengan suara keras yang mengiringi.
"Suara Lo!"omel Ethan yang masih mengelus dada nya, ia juga kaget omong-omong.
"Eh, ada Sean. Ngapain, Se?"tanya yang baru saja datang, kebetulan teman satu geng Jarves juga
"Nungguin mas Jarves, kak Saga"Itu Sagara, salah satu teman Ethan dan Jarves juga. Pawakan nya tinggi, putih, tampan, dia terlihat kalem tapi itu bohong. Tenang, anak nya tetap baik dan setia kawan.
"Udah makan belum, Se? Kakak mau pesen McD nih"tawar Sagara.
"Mau ice cream nya aja, kak. Boleh?"
"Boleh. Ngga makan?"
"Engga, nanti sama mas Jarves aja"
"Lo mau ikutan makan ngga?"tanya Sagara pada Ethan yang sejak tadi hanya menjadi penonton obrolan dua orang di depan nya.
"Panas 2 ya, pake duit Lo dulu"
"Biasaaaaaaaaaa"Sean terkekeh, wajah Sagara lucu sekali. Yang paling lucu, oh bukan ada satu lagi. Kalau Sean menjuluki nya duo komedian karna memang kalau sudah bersatu pasti ada saja yang lucu dan pantas di tertawakan.
"Makan!!"
Nah, itu komedian lainnya sudah datang. Namanya Juna, kakak kandung dari sahabat baik Sean sekaligus teman kakak sepupu nya.
"Suara!"omel Sagara.
"Lo pikir suara Lo gimana tadi? Lembut?"sindir Ethan.
"Canda, sayang"Sagara mencubit lengan Ethan gemas.
"Anjing!"
"Loh, ada dek Sean. Cari apa, dek?"tanya Juna dengan senyum lebar.Info saja, Juna memang memanggil Sean dengan "dek" karna usia nya yang sama dengan adik nya dan lagi Sean sangat dekat dengan sang adik sampai Juna sendiri sudah tidak asing pada sosok Sean.
"Nunggu Jarves"ini yang menjawab Sagara.
"Gue tanya Sean!"
"Yang penting udah di jawab kan?"
"Anjing!"Selesai berdebat dengan pesanan mereka akhirnya pesanan datang bertepatan dengan kembali nya Jarves ke aula.
"Makan, makan sendiri"
"Lo abis kelas kan? Ngga usah mancing keributan deh"hardik Sagara dengan mulut penuh nasi.
"Stop! Geli banget, telen dulu!"omel Juna.
"Mas, udah kan?"tanya Sean.
"Udah. Kamu ngga di kasih makan sama mereka?"
"Aku di beliin kak Saga ice cream, makan nya sama mas aja. Ayo sekarang aja ke tempat simbah"ajak Sean yang masih sesekali memakan ice cream nya.
"Yuk"Jarves mengusap bekas ice cream yang belepotan di sekitar bibir adik nya itu.
"Kak, makasih ice cream nya ya? Pamit dulu ya, kakak-kakak semua"pamit Sean.
"Hati-hati ya, dek Sean" - Juna.
"Sama-sama, besok kalo mau boleh minta lagi" - Sagara.
"Hati-hati" - Ethan.
"Duluan ya"pamit Jarves yang hanya di balas deheman dari ketiga teman nya itu.
"Diskriminasi banget, anjing"omel Jarves sebelum merangkul Sean keluar dari aula.Suasana hening beberapa saat sebelum Sagara akhirnya meminum soda nya.
"Sean bisa cantik gitu gimana ya? Laki-laki padahal, bro"ujar Sagara.
"Emak nya cantik"jawab Juna.
"Tau dari mana?"tanya Ethan penasaran.
"Kan temen si Juan. Gue sering jemput Juan di rumah nya atau liat Sean di jemput mama nya. Mirip banget sih, cantik"
"Kalo perempuan pasti yang antri banyak sih tuh"gumam Sagara.
"Gue rasa dia laki-laki pun yang ngejar juga engga sedikit. Bukan cuma gender lawan, gender sendiripun juga demen"kata Juna dengan wajah santai.
"Anjing! Aslian? Ngeri bener, di kasih apa sama emak nya sampe pelet nya kuat begitu"ucap Sagara terheran-heran.Ethan tak lagi ikut menanggapi, ia lebih memilih menghabiskan makan siang nya dengan pikiran yang sedikit melayang pada sosok yang beberapa menit lalu masih duduk di dekat nya. Sagara memang benar, Sean cantik. Berarti pemikirannya tadi normal karna bukan hanya dia yang berpikir seperti itu. Iya kan?
TBC
Haloooo kali ini aku datang bawa Sunoo ku sayang sama Heeseung mai lop wkwkwk
Semoga suka dan sabar nunggu update nya ya?
Book ini nggak punya banyak chapter kok, jadi baca nya bisa santaiMohon dukungan nya ya teman~
Oh iya, salam kenal
