8. CHAOS

266 30 3
                                    

8. CHAOS

"WOI! WOI! WOIIIIIIIIIIIIIIIIK!"

Teriakan panjang dan melengking dari salah seorang anak Samudra yang berlari kencang di lorong menuju kelas XII IPS II itu membuat Garda, Dewan, Nugi, Ago, Hendry beserta Seno yang tengah membenahi buku mereka untuk pulang langsung menoleh cepat ke arah pintu.

"Wai! Woi! Wai! Woi! Udah kek bekantan aja lo! Nape sih?!" tanya Ago.

"BARITON NGANCURIN SATA!" lapor cowok itu lalu menetralkan dadanya yang naik turun dengan mengambil nafas sedalam-dalamnya. Keningnya bercucur keringat hanya untuk menyampaikan berita ini pada sang ketua.

"Yang betollah ko?" tanya Seno tak percaya.

"Ngapain gue bohong, No. Jastin sama antek-anteknya datang tiba-tiba ke Sata. Buruan dah lo semua liat kesana," katanya. Mendengar itu, Garda refleks berdiri. Aura wajahnya seketika berubah garang. Seperti ingin memakan orang hidup-hidup. Tangannya mengepal kuat hingga urat cowok itu tampak sangat jelas.

"Bangsat!" desis Garda menumbuk kuat mejanya sendri.

"Ke belakang sekarang juga!" titah Garda.

Tanpa berlama-lama, ketua Samudra itu berjalan keluar dari bangkunya. Langkah kakinya berdentum menuju tempat dimana mereka selalu berkumpul menghabiskan waktu bersama. Bercerita, bercanda, nobar, merokok, main gitar hingga yang paling seru adalah bernyanyi ramai-ramai layaknya sebuah konser. Garda benar-benar tidak terima atas perlakuan Bariton yang tanpa ada masalah menghancurkan rumah kedua baginya. Garda akan memberinya perhitungan.

"Maju-maju kali ah," ucap Seno disela langkah kakinya yang cepat.

"Kalau enggak cari masalah gak idop dia," ujar Dewan.

"Ciri-ciri manusia cari mati," ujar Nugi kalem namun menohok.

Satu atap sama rata. Atau disingkat Sata. Tempat ini merupakan basecamp anak Samudra yang berada tepat dibelakang sekolah SMA Bhayangkara. Akses menuju ke tempat itu pun cukup mudah. Tinggal memanjat tembok menggunakan tangga atau dibantu dengan kursi dan meja yang sudah tidak digunakan lagi lalu melompati parit besar maka akan langsung sampai ke seberang. Tempat itu selalu ramai anak SMA Bhayangkara. Pagi, siang maupun sore. Kadang-kadang, jika malam minggu tempat itu tidak absen dari anak Samudra.

Jika disuruh memilih seru nongkrong di cafe mahal atau Sata. Tidak usah diragukan lagi, pasti jawabnya adalah Sata.

Sata juga merupakan satu-satunya tempat bolos paling meyakinkan. Sebab berada diluar sekolah. Makanya, warung legendaris yang sudah berdiri berbarengan dengan SMA Bhayangkara itu banyak menyimpan kenangan senior-senior mereka terdahulu.

Setibanya disana, Garda berhenti berlari disusul kelima temannya di belakang cowok itu. Mereka sungguh terkejut melihat tempat itu sudah hancur porak poranda bak terkena bencana alam. Bangku-bangku beserta meja sudah patah. Samsak yang digantung di pohon ceri pun sudah hilang entah kemana. Beberapa motor anak Samudra lainnya yang terparkir disana juga berjatuhan.

Dengan emosi, Garda menoleh kearah kanan. Disana ada Jastin dan antek-anteknya. Cowok itu memadang Garda dengan senyum penuh kemenangan karena telah menghancurkan tempat tongkrongan mereka. Jiwanya begitu puas. Garda menghampiri Jastin dan mencengkram kerah baju cowok itu erat-erat. Garda tidak ada takut-takutnya meskipun anak buah Jastin tepat dihadapan cowok itu.

"Maksud lo apa anjing ngelakuin ini, hah?! MAKSUD LO APA?!" Garda menatapnya berapi-api.

Jastin mendorong kuat bahu Garda sehingga cengkraman cowok itu lepas. "MAKSUD LO YANG APA NGEHINA HINA GENG GUE BANGSAT?!"

"HEBAT GENG LO?!" balas Jastin berteriak dimuka Garda.

"Lo duluan yang cari masalah sama gue!" sengitnya lagi.

GARDASHILA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang