19. TERSANGKA
Garda lari sekencang-kencangnya menaiki anak tangga menuju kelasnya untuk meletakkan kembali tong sampah yang ia bawa. Jika tidak, bisa-bisa Garda akan bermasalah lagi kalau sampai benda tersebut hilang. Selepas menaruhnya di tempat semula, niat hati Garda hendak mengejar Ashila. Namun setelah balik turun ke parkiran hingga berlari ke depan gerbang sekolah pun Garda sama sekali tidak menemukan cewek itu. Garda melihat kiri dan kanan jalan besar yang ada di depan sekolahnya tapi sosoknya tetap tidak ada.
"Baru sebentar gue naik masa dia udah ilang aja," Garda jadi khawatir.
Lalu tangan cowok itu merogoh saku celananya mencari sesuatu. Ia panik sebab tak mendapatinya disana. Sedetik kemudian, Garda mendengus kesal karena baru ingat jika ia menitipkan kunci motornya pada Hendry.
"Sial! Apes banget anjing!"
Tanpa banyak berpikir, Garda kembali berlari menuju belakang sekolah untuk menemui teman-temannya yang berada di tempat tongkrongan yang kerap mereka datangi seusai pulang sekolah. Dengan sekali lompatan, Garda mampu memanjat tembok sekolah tersebut dengan sangat mudah. Garda dan teman-temannya memang acap kali melompat tembok berwarna biru tersebut jika dalam keadaan darurat. Seperti terlambat masuk, bolos belajar sampai lari dari razia. Karena itu satu-satunya tempat yang aman. Akses menuju kesana pun lebih dekat dari belakang dari pada lewat gerbang depan.
Setibanya disana, napas Garda yang sudah engap-engap langsung disambut oleh beberapa anggotanya yang duduk sembari melakukan aktivitas masing-masing. Main catur, UNO, mabar, makan mie, merokok, bergitar bahkan tiduran pun juga ada. Tempat ini sudah menjadi rumah bagi anak-anak Samudra.
"Dikejar dedemit mana lo sampe ngos-ngosan begitu?" tanya Dewan duduk santai dibawah pohon rambutan yang rindang seraya bermain kartu.
"Hendry mana Hendry?" tanya Garda mengabaikan pertanyaan Dewan.
"Noh, di dalem lagi makan gorengan," jawab Dewan. "Kenapa lo?" lanjutnya bertanya tetapi Garda keburu masuk ke dalam warung mencari Hendry.
"Emang boleh ya sejancok itu?" Dewan menggerutu lantaran dua kali pertanyaannya diabaikan begitu saja oleh Garda. Hal itu pun mengundang tawa lawan main Dewan. "Syukur, ingat lo itu bos gue Gar. Kalo gak udah gue gonjreng palalu sampe botak!"
Sementara, Hendry dan Nugi duduk di hadapan Ago beserta Seno yang sedang gondok karena lupa kata sandi akun instagram-nya sendiri. Sudah berulang kali Seno memasukkan sandi yang sama tetapi nihil hasilnya. Ingin sekali ia membanting ponsel tersebut saking geramnya.
"Bisa?" Nugi bertanya.
"Bisa ku campak kan, Nug!" jawab Seno saking pitamnya.
"Udah ku masukan sandinya, tapi dibilangnya salah kata sandi, salah kata sandi, salah kata sandi. Itu teros yang keluar ku tengok. Kek gak ada bahasa laen aja," ucap Seno.
"Contohnya?" tanya Hendry memasukan bakwan ke dalam mulutnya.
"Kata sandi salah," jawab Ago.
"Tumben normal?" tanya Nugi.
"Emang biasanya lo ngeliat gue kagak normal, Nug?" tanya Ago.
"Bukan, bisa juga jawaban lo kalo gini pasti aneh-aneh," ujar Nugi.
"Harusnya bukan salah kata sandi. Tapi, salah sandi kata," ujar Hendry, ngasal.
"Kata salah sandi," timpal Ago.
"Sandi salah kata."
"Salah sandi."
"Sandi salah."
"SEMUA SALAH SANDI!" ujar Ago dan Hendry bersamaan. Lalu, keduanya tertawa dan bertos ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDASHILA
Teen FictionKisah tentang dua insan yang tidak pernah bertegur sapa. Secara tiba-tiba semesta mempertemukan mereka dalam insiden yang begitu klise. Garda Haidar Naksa. Ketua Geng Samudra. Jika bergaul dengan cowok keras kepala ini, siapa saja akan tau bagaimana...