10. PARTNER BALAPAN

223 27 4
                                    

10. PARTNER

"Aku mau di manja-manja."

"Manja-manja," sambung Hendry.

"Tapi kamu cuek-cuek aja," Dewan bernyanyi dan bergoyang di koridor depan kelas sambil memamerkan kunci mobil, uang serta handphone di tangannya membuat semua orang yang berlalu-lalang disana menggeleng geli melihat tingkahnya yang diluar nalar.

"Aku bete sama kamu. Aku sebel sama kamu. Aku keki sama kamu. Aku bete, bete, bete," dendang Dewan, asik. Ia sudah seperti orang mabuk berat. Merasa bahwa dirinya adalah sugar daddy.

"Ngapa tuh temen lo?" Ago datang-datang menepuk bahu Seno yang tengah duduk di bangku panjang bersama Hendry membuat cowok yang tadinya memperhatikan Dewan sedang berjoget-joget itu menoleh padanya.

"Pesong dia," ucap Seno yang artinya gila.

"Dari dulu kali," timpal Ago.

"WAN, ko buat orang trauma lewat kelas kita woi! Tengok, pada balek semua orang tuh," kata Seno mendapati siswi-siswi yang justru balik arah, tidak jadi melewati kelas mereka lantaran ketakutan. Namun Dewan tidak peduli.

"Agak laen ku tengok kawan kelen yang satu ini, iya betol aku. Masih pagi padahal. Udah habis aja obatnya," Seno menggaruk kepalanya, mumet.

"Garda kemana? Belum datang?" Ago tidak melihat kehadiran ketuanya disana. Dewan, Hendry dan Seno berada di luar. Sementara Nugi di dalam kelas. Lantas, Garda ada dimana?

"Udah datang anaknya. Tuh, duduk alone. Udah kayak anak pinggiran aja," ujar Hendry menunjuk Garda duduk sendiri di bangku bawah pohon tepat di pinggir lapangan.

Garda termenung sambil menautkan kedua tangannya di atas lutut dengan pandangan lurus ke depan. Memperhatikan kawasan sekolah yang mulai ramai seiring berdatangannya orang-orang. Sesekali Garda tersenyum kecil atau sekedar menggerakkan kepalanya menjawab sapaan orang-orang yang menyapanya.

Tiba-tiba Ashila melintas membuat atensi Garda tertuju pada cewek dengan tas berwarna pastel tersebut. Disetiap langkah perempuan itu, pandangan Garda tak lepas kemana-mana. Ashila menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga dan entah kenapa Garda tersenyum kecil melihatnya. Tapi Garda tidak menyadari itu. Selang beberapa detik kemudian, seseorang menghampiri Ashila. Berdiri disebelah cewek itu. Tanpa sadar, raut wajah Garda berubah tak suka seketika.

"Ada apa?" tanya Ashila pada Shwan.

"Buku lo."

Ashila menepuk jidatnya, tidak ingat. Setelah makan kemarin, ia sampai lupa bukunya masih ada di Shwan. Ashila menerima buku yang dipegang Shwan. "Eh, iya, iya. Makasih Shwan. Sorry, gue lupa banget kemarin."

"Mau ke kelas?" tanya Shwan.

"Iya," jawab Ashila. "Kelas lo lewat kelas gue kan? Barengan aja."

Lantas, keduanya berjalan bersisian menuju kelas. Shwan anak IPA I dan Ashila anak IPA V. Anehnya, entah kenapa menyaksikan Ashila berjalan bersama Shwan seperti itu ditambah Ashila mengobrol dan tertawa membuat perasaan Garda menjadi tidak menentu.

"Liatin siapa?" Garda terkejut ketika seseorang menyentuh pundaknya dari belakang. Garda menoleh. Ternyata Loli pelakunya. Cewek itu lalu duduk di sebelah Garda.

"Liatin siapa sih Gar serius banget kayaknya?" Loli mengulangi pertanyaannya.

Sejak dari tadi, Loli sudah tau arah pandang Garda ke siapa. Hal itu membuat hati Loli panas tapi dia tidak mau berburuk sangka dulu. Sebelum menghampiri cowok itu, Loli sudah memantaunya dari jauh. Garda memperhatikan Ashila. Baru kali ini Loli melihat Garda memperhatikan perempuan seintens itu. Bahkan dirinya saja yang sudah sejak lama mengincar Garda saja tak pernah.

GARDASHILA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang