9. Love - Hate.

67 28 93
                                    

Orang bilang, cinta dan benci tak jauh beda. Benarkah? Aku tidak percaya!.

Kim Yuri_

Selamat membaca:))

Hari ini Yuri bahagia, kenapa? Karena jadwalnya dikampus kosong, jadi dia bisa memanfaatkan hari ini sebagai hari istirahatnya.

Mengerjakan tugas karena mengejar deadline sampai begadang membuatnya sangat lelah, belum lagi dengan kejadian setelah kerja part time-nya semalam yang diketahui Jeno. Alhasil pria tak tahu malu itu memberitahu kakaknya. Sungguh Yuri benar - benar kesal setengah mati pada orang yang bernama Lee Jeno itu, bahkan jika bisa dia ingin membuat wajah tampannya itu terkoyak sampai tak berbentuk. Namun, Yuri tak sejahat itu.

Jadi hari ini dia ingin berada dirumah seharian untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Tanpa ada yang mengganggu!.

Ngomong - ngomong, gadis itu baru bangun tidur, lalu langkah kaki yang masih sempoyongan itu membawanya turun kebawah, menghampiri sang kakak yang tengah memanggang roti dengan penampilan formal  yang telah siap berangkat ke kantor.

Di ujung tangga, Yuri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sesekali dia akan menguap dengan ekspresi bodohnya. Percayalah, dia terlihat seperti orang gila dengan rambut yang berantakkan seperti itu. Rambut sebahunya itu seperti sarang burung sekarang.

Oh ayolah Yuri, kau bisa membenahi dirimu dahulu sebelum melakukan aktivitas.

Tiba - tiba Yuri mendecih tak percaya, menghembuskan napas pendek, “Masih gak percaya aja gitu kakak akhirnya kerja kantoran” suaranya parau khas bangun tidur.

Doyoung menoleh pada adiknya sekilas lalu terkekeh. “Kakak yang lebih gak percaya” singkatnya, kemudian tangannya dengan cekatan memindahkan roti yang telah matang itu pada sebuah piring.

Yuri berjalan menghampiri sang kakak, “Kok bisa ya Jeno ngelakuin ini?” lalu menyandarkan dirinya di meja dapur, menatap sang kakak.

Doyoung  yang tengah menuangkan susu murni ke dalam gelas tinggi itu lalu tersenyum tipis, “Dia emang penuh dengan kejutan, ya?” katanya.

Yuri mengangkat kedua bahunya tanpa berniat membalas perkataan Doyoung barusan. Hening setelahnya, sampai Doyoung membuka suara setelah menghabiskan susu putihnya.

“Kakak juga masih gak percaya kamu berani bohongin kakak.” katanya.

Yuri memelototkan matanya mendengar penuturan sang kakak, “Ya aku kan...euum itu...”

“Itu apa? Kamu jangan pernah kayak gitu lagi. Asal kamu tau, perbuatan kamu itu gak bisa dianggap spele dek" Doyoung seketika berubah menjadi begitu serius.

Yuri mengerucutkan bibirnya, merasa bersalah. “Ya maaf, aku cuman mau ringanin beban kakak kok.” Kepalanya menunduk menatap ujung ibu jarinya yang bergerak abstrak karena gelisah.

Doyoung menghela, “Kakak tau, niat kamu itu baik tapi cara kamu yang salah, pake segala kerja part time tanpa kasih tau kakak.” lanjutnya.

Yuri meringis menampakan deretan gigi kecilnya, “Yaudah si, jangan marah mulu kan aku udah minta maaf juga.” nadanya sedikit kesal.

“Gegara si Jeno inimah” gerutunya sedikit berbisik.

“Jangan nyalahin Jeno, dia itu baik kamunya aja yang keterlaluan.” balas Doyoung, yang membuat Yuri kaget karena dia mengira Doyoung tak mendengar gerutuannya barusan.

Yuri menghentakkan sebelah kakinya “Baik sih, tapi nyebelin.” ketusnya.

Diam - diam Doyoung terkekeh, lucu saja melihat adik perempuannya begitu benci pada seorang pria. Namun, tak ada jaminan jika pada akhirnya Yuri juga akan jatuh cinta pada Jeno.

I Love U Doctor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang