Imperial - Kingdom
[based on manhwa with same name]
The fanfiction will be include: toxic family, angst, drama, romance, mention of dead
⚠️boys love - bxb
-story.
Eiji merupakan anak ke dua dari bangsawan count yang keberadaannya disembunyikan oleh...
Kepala Eiji berdenyut nyeri ketika dengan sengaja dibangunkan oleh orang tuanya terlebih ayahnya dengan nada tinggi.
"EIJI! Kamu ngasih makan pinggir jalan ke Via?!!"
Eiji tersentak menatap ayahnya "Iya, tadi dia nitip kebetulan Eiji keluar"
Sang duke menghelakan nafasnya sambil memijat keningnya. Begitupula duchess dibelakangnya, terlihat memasang wajah khawatir.
"ha....kamu kamu tau kan Via gak boleh makan sembarangan?"
'kirain kenapa mereka kesini....tapi kan aku cuman beli apa yang Via minta'
"Apa ada sesuatu dengan Via?"
Duke tersulut emosi ketika mendengar perkataan Eiji, hal itu sangat terlihat ketika muka duke yang memerah dan tangan yang siap Dengan itu muka duke langsung merah padam emosi.
"Adek mu muntah muntah!! bahkan sampai ke gejala dehidrasi. Kenapa sebagai kakak kamu gak bisa mikir kesana??!!"
Sang duchess mengelus bahu suami dengan wajah khawatir "Ayahmu benar Eiji, kamu kan udah dewasa harusnya bisa lebih hati-hati"
"Tapi tadi Via yang—"
"JANGAN BANYAK ALASAN!" bentak duke.
Eiji kamu harus bisa menahannya....
Seperti biasa, semua akan selesai kalau kamu minta maaf Eiji...
Mulai bermunculan suara satu per satu dalam benak Eiji. Orang tuanya seperti itu pasti khawatir oleh kesehatan sang bungsu.
Tapi, kenapa hanya dirinya yang selalu disalahkan.
Kali ini, Eiji hanya ingin menyayangin dirinya. Hanya ingin ia bisa menyelamatkan dirinya dari suatu yang sama sekali ia tak perbuat.
Dengan lantang Eiji bertanya "Lalu...?"
"Hah?"
"Eiji tanya, lalu Eiji harus apa?"
Karena, sampai kapan dirinya harus terus menahannya. Haruskah ia bersabar sampai satu tahun lagi? sampai dirinya mati nanti? sedangkan yang menjadi pertanyaan
Apakah orang tuanya tau kalau dirinya akan mati?
"Mana sopan san—"
"Aku cuman beli karena via yang minta. Harusnya, bukankah tugas ayah untuk mengingatkannya? bilang kalo dia gak boleh makan makanan kayak gitu karena gak bagus buat kesehatannya"
"Harus ayah yang bicara? apa kamu gak begitu peduli sampai harus diingat—"
"Gak" Eiji menatap kedua bolamata ayahnya "Aku hanya anggap Via minta dibeliin karena kondisinya baik-baik aja"
Kedua orangtuanya kaget dengan Eiji yang dapat membalas perkataan mereka.
"Eiji...kamu ngomong yang sopan sama ayahmu"
Akh....kepalaku...pusing
"Gak sopan gimana Ibu? kayaknya Eiji cuman ngomong pendapat dari sisi Eiji aja, dan gak ada yang menyalahi etiket"
Eiji tambah "Selain hal itu, Eiji beli karena setalah Eiji coba ya gapapa, gak ada yang salah sama makanan itu. Tapi selanjutnya, Eiji akan hati hati dan tolong ingatkan juga kepada Via"
Duke memijat pelipisnya sambil menghelakan nafas "Baiklah, tolong hati hati"
Setelah itu, duchess mengajak duke untuk pergi meninggalkan kamar Eiji. Karena dirasa anaknya sudah menyesal dan pembicaraan telah usai, selain itu kini sudah jam 2 dini pagi hari. Ia perlu mengecek keadaan si bungsu lagi dikamarnya.
Sebelum duke menutup pintu kamar Eiji, ia berbicara lagi kepada Eiji
"Eiji...Sejak lahir adikmu itu udah punya penyakit, kamu tahu kan? ayah tau kamu pasti ada diposisi gak terima, tapi kamu kan sehat. Jadi ayah minta tolong, ngertiin ini"
"Maklumi ayahmu ya Eiji, dia panik Via tia-tiba pingsan dikamarnya. Kamu gak merasa marah atau tersinggung kan?"
Eiji menghempaskan dirinya dikasur tak bisa menahan rasa pusing yang diteritanya. Ia pijatkan kepalanya, dan tak kuasa ia menetaskan air matanya.
Selalu alasan sehat, disini gak hanya aku doang yang sehat kan? ada kak dion yang sehat...
Kenapa aku selalu merasa disini aku selalu berkorban
"Jadi kalian dateng kesini cuman ngomong ini aja?"
Sebenarnya Eiji hanya berguman, tapi nyatanya orangtuanya membalikan badannya karena mendengar ucapan Eiji barusan.
"Aku bahkan gak nyangka mereka masih inget kamar ini"
"Tentu aja kami tahu"
Eiji melirik asal suara, dan sedikit terkejut ketika orangtuanya masih dikamarnya.
"Ahhh maaf...cuman tadi kira Eiji kalian lupa"
Orangtua Eiji pun terkejut dengan ucapan anak, terlebih duchess yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya.
"Eiji mau istirahat, tolong tutup pintunya"
....
Dan lagi...
Beberapa menit setelah orangtuanya pergi dari kamarnya, Eiji mendudukan dirinya sejenak sebelum memutuskan untuk berdiri menuju sisi ruang kamarnya.
Ditempat ruang kerjanya, yang terdapat banyak kertas berserakan dilantai bahkan dimeja ia abaikan. Tujuan Eiji satu
Menuju tempat dimana ia menyimpan canvas-canvasnya.
Eiji ambil salah satu dari banyak ukuran canvas, ia letakkan di Easel setelahnya ia memposisikan dirinya duduk berhadapan dengan media yang masih putih kosong itu.
Tangannya mulai menari nari, membentuk sebuah titik. Titik menjadi garis. Dari garis terbentuklah sebuah pola-pola yang berasal dari imajinasinya.
Tanpa sadar, jiwanya sudah terlarut dalam sebuah gambar.
Butuh sekitar 4 jam, sampai akhirnya Eiji tersadar ketika ada sebuah hewan yang menyentuh kaki, dan pundaknya.
Eiji tersenyum ketika hewan itu menggerang dengan manis.
"Hallo..."
Lalu Eiji elus bulu anak anjing dari hasil yang ia gambar kemudian memeluknya hangat.
Gapapa...
Lakukan aja seperti biasanya....
Karena hanyalah ini yang membuatnya lupa akan penderitaannya....
Tempat ia bisa bernafas....
Meskipun ia harus rela, hidupnya digerogoti oleh keajaiban ini....
Karena, setidaknya hanyalah itu yang menjadi segalanya bagi Eiji Lancaster.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.