» 1 :: Kelahiran Yeri

827 87 28
                                    

Oeekkk oeekkk!!

Tangisan bayi memenuhi ruangan. Eunbi berhasil melahirkan putrinya dengan sempurna tanpa kekurangan suatu apa pun.

"Bayi nyaa udah lahir Bi"

Irene terharu atas perjuangan Eunbi melahirkan anaknya ke dunia ini. Eunbi hanya tersenyum sambil menatap sang putri kecilnya. Ia rasa ini adalah pertemuan pertamanya dan terakhir kali bersama putrinya.

"Kakak..."

"Iyaa Bi?"

"Aku titip anak aku yaa"

Irene menyergitkan alisnya, apa maksud pembicaraan adiknya ini? Mungkin saja ini adalah efek obat.

"Kamu ngomong apa sih Bi?"

"Aku ga kuat kak..... sakit"

Hati Irene sakit mendengarnya, ia membenci faktanya bahwa Eunbi memiliki penyakit kanker ginjal. Dan ia lebih mempertahankan janinnya daripada dirinya sendiri.

Mata Eunbi mulai berkaca-kaca, ditatapnya lagi sang bayi yang berada di dadanya ini. Lalu Eunbi menggenggam erat tangan Irene.

"Nama dia Yeri yaa kak"

"Eunbi kamu jangan ngaco deh!"

"Tolong rawat..... Yeri seperti anak kakak sendiri yaa..... aku sayang sama kakak"

"Eunbi jangan please..."

Irene mulai menangis, ia mengusap pelan surai Eunbi. Ia sangat menyayangi adik satu-satunya ini dan hanya Eunbi yang ia punya

"Mama sayang sama kamu Yeri, mama pergi yaa. Aku juga pamit kak, maafin..... aku"

Mata Eunbi mulai tertutup, Irene yang melihat itu seketika panik dan langsung memanggil para dokter.

"Ibu mohon tunggu diluar yaa"

"Tolong selamatin adik saya dok!!"

Dokter segera menangani Eunbi, meskipun alat mesin pendeteksi detak jantung sudah berbunyi. Irene hanya bisa menangis, berdoa supaya keajaiban terjadi pada hidup adiknya. Ia tidak ingin kehilangan Eunbi.












































"Maaf..."




































"Pasien tidak bisa kami selamatkan, dia sudah meninggal"

"Sialan!!"

"Untuk pemakamannya..."

Seterusnya Irene tidak mendengar pembicaraan dokter. Irene menangis tersedu-sedu, ia tidak peduli dengan orang yang berada di sekitarnya. Kenapa Tuhan memberinya cobaan yang berat? Ayah dan Ibunya sudah pergi meninggalkannya. Dan bahkan sekarang adiknya juga?

Sekarang ia sendiri disini, ah tidak. Eunbi menitipkan seorang bayi untuknya. Huh, hidup bersama orang dewasa saja berat. Bagaimana dia bisa hidup bersama seorang anak bayi?

Irene mengusap air matanya, berusaha menerima semua ini. Tetapi ia mulai kembali menangis. Nyatanya, sulit..... sangat sulit baginya.

"Kenapa kamu ninggalin kakak Bi"

Irene bingung, bagaimana ia menghadapi semua ini? Rasanya ia ingin sekali ikut bersama dengan keluarganya diatas sana. Tetapi jika belum waktunya, artinya kita telah mengecewakan sang Maha Pencipta.

"Permisi"

Irene menengok kepada seseorang yang menyapanya. Siapa dia? Bisakah jangan menganggu seseorang yang tengah bersedih?!

"Ibu keluarga dari pasien Bae Eunbi?"

"Iya sus"

"Baiklah, apa sudah ada nama untuk bayinya?"

Irene terdiam, lalu ia menghela napasnya. Berusaha untuk menjawab pertanyaan sang suster.

"Yeri... namanya Bae Yeri"

"Terima kasih, jika ibu ingin melihat bayinya. Ibu bisa melihatnya di ruangan bayi lantai 3"

"Yaa sus, makasih"

Setelah suster pergi, Irene berinisiatif untuk melihat bayi Eunbi. Irene masih memiliki belas kasihan, ia tidak membenci Yeri sama sekali. Bagaimana pun juga bayi ini merupakan keluarganya.

Sekarang Irene tengah melihat bayi Eunbi dari luar. Tangannya meraba kaca pembatas ruangan bayi.

"Yeri, ini tante..."

"Mama kamu udah pergi..."

"Tante yang bakal jadi mommy kamu yaa?"

"Mama sayang sama Yeri, mommy juga sayang sama kamu"

Tanpa ia sadari air mata telah jatuh dari wajahnya. Menyedihkan sekali hidupnya bukan?

"Mommy bakal anggep kamu sebagai anak momy sendiri"

"Sebentar lagi kita pulang, jangan rewel yaa"

Dokter mengakatan bahwa Yeri sudah bisa pulang nanti sore. Andaikan saja Eunbi juga ikut pulang dengannya...

"Kakak bakal berusaha yaa Bi"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kini Yeri berada di gendongan Irene. Yeri sudah bisa dibawa pulang. Irene membuka pintu rumahnya

Hening~

Lagi-lagi cairan bening itu jatuh dari mata Irene. Ia masih belum bisa menerima semua kenyataan pahit ini.

"Kamu dimana Bi?"

Irene menghela napasnya, lalu tersenyum kecut. Bodoh, jelas-jelas Eunbi sudah tiada.

"Eunghh"

Irene langsung menatap ke arah Yeri yang berada di gendongannya. Bukan hanya ia saja yang kehilangan Eunbi, Yeri juga.

"Kasian banget kamu Yer"

"Sekecil ini kamu udah ditinggal sama mama kamu"

Irene dan Eunbi ditinggal oleh orangtua mereka sekitar 2 tahun lalu. Karena sebuah kecelakaan tragis. Sedangkan Yeri? Baru lahir saja ia sudah ditinggal oleh sang ibu. Bahkan mengingat wajah Eunbi saja ia belum bisa.

Ia sadar bahwa hidup Yeri mungkin lebih menyedihkan darinya. Tetapi itu tidak boleh terjadi, Yeri harus bahagia, Yeri harus mendapat kasih sayang seorang ibu, Yeri pantas mendapatkannya. Meskipun Irene belum tahu bagaimana cara mengurus seorang bayi.

Selama ini hanya Eunbi yang belajar bagaimana caranya menjadi seorang ibu. Bahkan ia sangat semangat mendengar cerita dari ibu-ibu yang baru memiliki anak. Meski ia sudah tahu, bahwa dirinya mustahil untuk selamat ketika melahirkan.

Ia mengorbankan nyawanya demi Yeri. Ia ingin Yeri dapat merasakan yang namanya hidup. Walaupun Irene pernah mengatakan, bahwa lebih baik sang bayi mati daripada Eunbi yang mati.

Meski begitu, hal tersebut tidak mengubah semua keputusan Eunbi. Ia tahu, ia telah menyerahkan bayinya di tangan yang tepat. Karena Yeri memang ditakdirkan bersama dengan Irene.




AUOUOUOUOUOUOUOU. saya udah ada ide cerita yerene niiih. semangat banget sayaa hehehe. jangan lupa vote dan comment, love love 😊💗

Stay With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang