Dilema (13)

2.4K 208 52
                                    

YOU POV

Keesokan harinya..

Mataku mengerjap perlahan seiring kesadaran yang kembali memenuhi diri dari tidur yang panjang. Pagi ini cuaca tak sebagus biasanya, walau waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi keadaan diluar masih sangat gelap dengan angin yang berhembus kencang. Aku ingin menyingkap selimut yang menutupi tubuhku, hingga aku menyadari sebuah tangan kekar yang melingkar indah di pinggangku. Tangan itu ber-tattoo yang aku yakini adalah milik sahabatku bernama Jeon Jungkook. Langsung aku angkat tangan lelaki itu untuk mengubah posisi tidurku menghadap lelaki itu. Aku tenggelamkan wajahku pada pelukan lelaki itu yang sukses membangunkan Jungkook dari tidur panjangnya. Dapat ku dengar Jungkook yang terkekeh pelan lalu mengecup puncak kepalaku dengan lembut.

"Good morning, baby." Jungkook menyapaku dengan suara yang berat dan serak, khas seseorang yang baru terbangun dari tidurnya. Aku perhatikan wajah Jungkook yang tersenyum namun dalam keadaan mata yang masih tertutup. Membuatku tertawa pelan dan ikut menutup mataku sebelum aku menyadari sebuah kecupan singkat yang Jungkook berikan di bibirku. Membuatku tersadar dari kantuk yang terus melanda. Entah mengapa, wajahku terasa panas dibuatnya padahal cuaca hari ini sangatlah dingin dan seperti akan terjadi badai besar. Jungkook buka sebelah matanya lalu tertawa pelan melihat ekspresi terkejut di wajahku.

Lelaki itu kembali menarik tubuhku ke dalam pelukannya sambil ia usap belakang kepalaku dengan lembut, "Kita masih punya waktu satu jam untuk tertidur." bisik Jungkook membuatku ikut mengantuk di dalam pelukannya. Memang terasa sangat nyaman dan aman, itulah sebabnya aku perbolehkan Jungkook memeluk tubuhku semalaman penuh. Aku rasa, aku tak hanya menyukai Jungkook sebagai sahabatku tapi mulai bisa menerima keberadaannya lebih dari seorang sahabat. Memang tak mudah, namun aku yakin aku pasti bisa membangun perasaan cinta untuknya suatu hari nanti.

""""""""""""""""

Jungkook genggam tanganku saat kami menaiki tangga menuju lantai tiga gedung dekanat yang akan digunakan sebagai tempat pertemuan mahasiswa akhir fakultas Ekonomi dan Bisnis. Setelah mengisi absensi yang berada di depan ruangan tersebut, aku sempat menyapa beberapa teman wanitaku sebelum Jungkook ajak aku duduk di bangku bagian tengah pojok. Aku sengaja menyisakan satu bangku tepat di sebelahku teman wanitaku bernama Sonia, kami telah berteman dekat sejak masih maba namun Sonia dan Jungkook tak begitu mengenal dekat seolah mereka tak bisa mengakrabkan diri. Harus ada aku diantara mereka berdua, jika tidak mereka akan bersikap acuh tak acuh satu sama lain padahal hanya mereka teman akrabku saat ini. Sisa temanku sudah pada lulus dan menjalani kehidupan mereka masing-masing.

Jungkook sibuk berbincang dengan teman lelakinya yang berada tepat di depan baris duduk kami. Sementara aku hanya memperhatikan Jungkook dalam diam sambil memikirkan banyak hal mengenai lelaki itu. Sadar atas perhatian yang aku berikan, Jungkook genggam tanganku secara tiba-tiba yang sukses memecah candaan teman-temannya. "Jadi kalian sudah jadi nih? Masa selama enam tahun kita kuliah, kau tak bisa mendapatkan hatinya juga, kook!" goda teman Jungkook bernama Yugyeom. Aku remas tangan Jungkook yang menggenggamku lalu mengalihkan pandangku ke arah lain karena merasa begitu malu.

Aku tak peduli atas alasan apa yang Jungkook berikan pada teman-temannya itu, hingga akhirnya acara pengarahan mahasiswa akhir tersebut dimulai. Dekan dan beberapa orang dosen yang menjadi perwakilan antar Jurusan memasuki ruangan acara. Namun, satu hal yang begitu mengejutkanku dan Jungkook hingga membuat kami saling menatap bingung, yaitu keberadaan dosen yang tak asing sebagai perwakilan jurusan kami yaitu Akuntansi. Pak Heeseung, dosen sekaligus karakter permainan yang aku mainkan, ENPLAY! Bagaimana bisa?!!

Drtttt drttt!!

Handphone ku terus bergetar dalam saku celana hingga aku menyadari ibu dekan yang berbicara di depan podium meminta mahasiswa yang baru saja datang untuk mendudukkan diri di bangku tepat di sebelahku. Baru aku ingin melihat handphone milikku, Jungkook tiba-tiba menyenggol lenganku dan memintaku memperhatikan lelaki yang duduk tepat di bangku yang sengaja aku jagakan untuk Sonia. Lelaki itu tersenyum dari balik masker yang ia kenakan, tatapan matanya begitu tajam seolah bersiap membunuhku detik itu juga. Langsung aku buang tatapan darinya lalu menelan ludahku sengan susah. Disaat aku membuang tatapan dari lelaki yang tak lain adalah karakter Sunghoon, tatapanku malah bertemu dengan seorang dosen yang duduk di samping podium itu. Dosen itu menatapku tajam seolah ingin membunuhku melalui tatapannya. Langsung aku tundukkan kepalaku hingga aku menyadari bisikan Jungkook di telingaku, "It's okay, ada aku. Mereka pasti akan memaksamu kembali memainkan permainan itu." Jungkook berusaha menenangkan ku dengan menggenggam tanganku erat, sementara lelaki yang duduk di sebelah kiri ku tertawa pelan melihat hal tersebut.

Aku gigit bibir bawahku, tak berani menatap siapapun lagi kecuali ibu dekan yang menjelaskan mengenai akhir masa perkuliahan yang menanti kami hingga setengah jam berlalu. Setelah melalui sesi tanya jawab dan penjelasan akhir, tanpa sadar aku remas tangan Jungkook yang terus menggenggam tanganku saat melihat dosen Heeseung meminjam mic ibu dekan setelah beliau mengakhiri acara tersebut, "Mahasiswa bernama Y/n, harap temui saya sekarang ya!".

Oh tuhan.

Refleks genggaman tanganku dan Jungkook terlepas saat perhatian seisi ruangan tersebut tertuju padaku. Mau tak mau, aku bertukar tatapan dengan dosen Heeseung itu dari kejauhan lalu menganggukkan kepala sebagai jawaban atas perintahnya. Sempat ku hembuskan napas kasar sebelum seorang teman Jungkook bertanya, " Lu buat masalah apa sama pak Heeseung, Y/n?" begitu kepo sehingga Jungkook harus menjelaskan kalau, "Pak Heeseung dosen pembimbingnya Y/n. Mungkin seputar skripsi aja." jelas Jungkook kembali membuat temannya menggoda, "Harus lu temanin sih Kook, takut Y/n digoda bapak tampan itu." sengaja agar Jungkook ketar ketir dan semakin posesif padaku hingga aku merasakan tangan ku yang diremas oleh seseorang, "Wow, kalian bahkan tak malu lagi menunjukkan perselingkuhan ini di depan umum!" ucap Sunghoon suksed menarik perhatian banyak orang, terutama teman-teman Jungkook yang berada di dekat kami.

Baru aku ingin menjelaskan pada Sunghoon seorang mahasiswi dari jurusan manajemen menghampiriku untuk mengatakan, "Y/n, ditunggu pak Heeseung tuh! Buruan!" Sungguh aku tak bisa mendeskripsikan betapa gugupnya aku saat ini. Sadar atas pertengkaran yang hampir saja pecah antara Jungkook dan Sunghoon, keduanya diajak keluar dari ruangan dekanat tersebut sementara aku memberanikan diri untuk datang memenuhi panggilan pak Heeseung.

Beliau telah menungguku di ujung balkon gedung dekanat sambil menikmati rokok di tangannya. Tak adalagi dosen yang berlalu-lalang melewati pintu belakang ini, hal itulah yang membuat pak Heeseung semakin nekat hingga menggenggam kedua lenganku keras saat aku baru saja datang menghampirinya. Jantungku berdegup sangat kencang seiring rasa takut perlahan memenuhi diriku hingga membuat kakiku melemas.

"Perlukah bapak turun tangan untuk membunuh karakter Sunghoon?" bisik lelaki itu sungguh membuatku bingung. Baru aku ingin menatap mata pak Heeseung, seorang mahasiswa keluar dari pintu belakang dan tak sengaja memergoki kami berdua. Tunggu, dia bukan mahasiswa sembarangan karena aku mengenal lelaki itu sebagai pihak yang paling membuatku susah dalam permainan yang sebelumnya aku mainkan. Dia adalah karakter Jay Park. Tunggu, jadi dia satu angkatan dan fakultas denganku? atau semua ini hanya akal-akalan game itu saja agar membuatku kembali memainkannya?

Langsung Heeseung bawa tubuhku berlindung di belakangnya saat Jay Park berjalan perlahan menghampiri kami berdua. "Ketemu juga kau, akhirnya!" ucap Jay membuatku ketakutan setengah mati. Oh tuhan, perasaan aku belum membunuh Sunghoon tetapi kenapa permainan itu kembali dimulai?

TBC

EN-PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang