Babak V : Petunjuk Tersirat

151 20 6
                                    


----------------------------------------------------

SEDIAKALA
by : reescarlet

NARUTO © Masashi Kishimoto

Itachi Uchiha x Naruto Namikaze (fem)

Rate T

WARNING!!!
OOC, AU, genderbend, typo(s), bahasa tidak sesuai kaidah KBBI, dll.

Selamat membaca!

(๑^᎑^๑)

----------------------------------------------------


Tidak sedikit dari lalu lalang di salah satu stasiun Tokyo yang memperhatikan lama rombongan mahasiswa yang baru tiba dari kereta jurusan prefektur Shikoku. Bawaan mereka berupa koper-koper ataupun tas besar menggelembung tampak mencolok, menunjukkan bahwa mereka akan berangkat atau telah melewati perjalanan panjang yang memakan waktu yang tak sebentar.

Enam muda-mudi itu segera menyingkir dari sisi rel dan menuju pintu keluar. Wajah mereka tampak kelelahan, baik akibat menahan kantuk ataupun kurang nyamannya tidur di kereta. Begitu keluar dari stasiun, langit gelap yang tak ditemani bintang-bintang karena kalah saing dengan cahaya gemerlap metropolis menyambut kepulangan mereka. Begitu berbeda dengan Iya Valley yang cakrawala malamnya tidak pernah sepi akan bintang kecuali bila awannya berarak meminta bagian peran.

Sebelum berpisah -dijemput keluarga atau mencari transportasi umum untuk pulang ke rumah masing-masing- Naruto membagi pemberian warga desa pada teman-temannya. Kiba yang ajaibnya hanya membawa sebuah tas duffel dan tas selempang kecil secara otomatis mendapat jatah paling banyak. Meski cowok itu sempat mengajukan protes yang jelas-jelas setengah hati, Naruto tetap menjejalkan oleh-oleh itu ke tas maupun lengan Kiba yang menganggur. Naruto hanya menyisakan soba dan buah-buah kesemak hutan untuk dibawa pulang.

Tak perlu waktu lama Naruto menunggu Jiraya tiba menjemput. Ia memeluk sang kakek sekilas demi melepas rindu dan masuk ke sisi sebelah setir setelah memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil.

Niat hati ingin segera mengintrogasi Jiraya tentang keresahan di destinasi prokernya dua minggu terakhir. Namun letih fisik dan psikis membuat Naruto lekas terlelap begitu kepalanya menyentuh sandaran kursi. Bahkan begitu terbangun di kasur dalam balutan piyama keesokan paginya, Naruto tidak ingat bagaimana ia tiba di kediaman Namikaze, masuk ke kamar, dan berganti pakaian.

Setelah mengumpulkan nyawa, barulah terasa perutnya keroncongan. Dengan malas Naruto bangun dan pergi ke dapur. Kelopak matanya yang berat seketika terbuka lebar begitu melihat penampakan Jiraya di depan kompor sambil memegang panci.

"Kakek, stop!" seru Naruto panik sambil merebut panci dari Jiraya. Ia dorong Jiraya supaya menjauh, tidak memedulikan kakeknya yang langsung merengut. "Duduk saja, oke? Atau buat kopi saja. Ini area terlarang buat Kakek." Naruto menarik garis imajiner di sekitar kompor dengan panci.

Meski masih tidak terima diperlakukan begitu, Jiraya patuh. Beralih ke teko listrik dan mengambil bubuk kopi dan gula dari kabinet dinding. Tak lupa sambil menggerutu, "Selama setengah bulan sendirian aku baik-baik saja, tuh."

"Karena aku sudah meminta Emi-san untuk belanja dan memasak selama aku tidak di rumah," balas Naruto tidak mau kalah. Emi adalah asisten rumah tangga yang datang setiap dua hari sekali untuk membersihkan rumah.

Sediakala (Itafemnaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang