----------------------------------------------------SEDIAKALA
by : reescarletNARUTO © Masashi Kishimoto
Itachi Uchiha x Naruto Namikaze (fem)
Rate T
WARNING!!!
OOC, AU, genderbend, typo(s), bahasa tidak sesuai kaidah KBBI, dll.Selamat membaca!
(๑^᎑^๑)
----------------------------------------------------
Beberapa menit berlalu semenjak jemari Naruto berhenti scroll dan menatap satu kontak nomor di layar ponsel pintarnya lekat-lekat. Ia berbaring telentang tak bergerak di kasur kamar, tidak mengacuhkan angin dingin menggigit yang menyusup dari jendela terbuka.
Andai Ino dan Sakura melihat, keduanya pasti mencak-mencak karena sudah menolak ajakan mereka hangout hanya untuk bengong tidak jelas. Padahal jarang-jarang kelas siang mereka kosong perihal dosen yang dijadwalkan mengajar berhalangan hadir. Tapi Naruto menolak tegas mesti kedua sohibnya itu merengek dan berlagak mengambek.
Selama ini meski sering kontak dengan Tsunade, neneknya, baik melalui telepon atau bertukar pesan elektronik, Naruto ragu untuk membahas kegundahannya di proker kampusnya musim panas lalu. Ia masih kecewa dengan keberatan Jiraya untuk memberinya secuil saja informasi. Selama berbulan lewat, Naruto pun memutuskan. Tekadnya sudah bulat semalam untuk menanyai Tsunade soal Desa Ochiai saat ini juga setelah memikirkannya masak-masak. Dan rupanya Tuhan merestui niat Naruto dengan mempercepat waktu senggangnya hari ini, Jiraya juga belum pulang.
Layar smartphone sudah menggelap, memilih tidur sebab tidak diutak-atik si pemilik selain dipelototi. Naruto memejamkan mata sejenak. Menarik napas dalam dan membuka mata. Lalu mengaktifkan smartphone dan lekas menyentuh ikon telepon sebelum hatinya kembali menciut seperti pengecut. Nada panggil terdengar jelas begitu ia meletakkan ponselnya ke sisi telinga, berdering cukup lama sebelum orang seberang mengangkat telepon.
"Hai, Nenek!" sapa Naruto terlalu cepat. Gugup sehingga suaranya nyaris melengking.
"Iya, halo Naruto," balas Tsunade. Naruto lega Tsunade tidak menyadari perbedaan cara bicara dan nada suaranya. Mungkin dia menganggap cucunya terlalu bersemangat setelah lumayan lama tak bercakap langsung. "Tumben menelpon, biasanya kau lebih suka berkirim pesan."
"Hehe memangnya enggak boleh? Aku kangen suara Nenek."
"Pasti ada maunya ya. Tingkahmu tidak biasanya."
Rupanya Tsunade sama pekanya dengan Ino. Naruto menelan ludah dan berusaha terdengar ceria. "Iih Nenek. Mana mungkin aku bersikap baik pada Nenek cuma kalau ada maunya."
Tsunade berdengung 'hum' panjang, tanda skeptis. "Biasanya memang begitu, tuh."
"Apa Nenek sedang sibuk?" tanya Naruto mengalihkan pembicaraan.
"Hmm tidak juga. Sebentar lagi ada pasien yang perlu dioperasi, tapi kasusnya mudah." Terdengar suara kertas-kertas dibalik. "Jadi aku berencana menyerahkannya pada dokter magang yang kubina."
"Ooh 'gitu."
"Memangnya kenapa, Nar?"
Naruto menggeleng, gerak refleks meski tahu Tsunade tidak bisa melihatnya. "Enggak ada apa-apa sih, Nek. Aku cuma ingin bertanya sedikit mengenai tempat aku proker tempo hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sediakala (Itafemnaru)
FanfictionKeindahan Iya Valley yang kaya akan destinasi wisata tidak lantas membuat Naruto bisa menikmatinya. Tatkala teman-teman sekelompok program kerja jurusannya asyik bersenang-senang, benak Naruto sering terusik dengan perasaan deja vu. Padahal ia baru...