Bagian 4

13.2K 1.4K 34
                                    

Enjoyyy guysss

****

Yang paling sering terjadi dikehidupan, manusia akan lebih sering menyalahkan sesuatu atau seseorang atas kegagalan yang diterimanya. Padahal ada beberapa hal yang memang berada diluar kendali kita. Seperti pendapat orang, tingkah laku orang, mimpi yang kita susun, sesuatu yang kita inginkan, serta masih banyak lagi hal yang notabene itu diluar kendali kita.

Waktu Avi tahu pacarnya selingkuh dengan teman dekatnya, tentu dia marah bukan main. Dia bahkan menyalahkan dirinya sendiri dibanding kedua orang itu. Ya, tentu siapa yang tidak sakit hati, kalau mergokin pacar dan teman yang kita jadikan tempat curhat soal pacar ternyata mereka berdua main belakang.

Avi terus bertanya pada diri sendiri apa yang salah dari dia, apa yang kurang dari diri dia. Kadang, ketika kita ditinggalkan oleh orang yang kita cintai, kita akan lebih banyak menyalahkan mereka yang meninggalkan kita, menyalahkan keadaan, dan parahnya menyalahkan diri sendiri. Padahal itu tidak baik untuk diri kita.

Perihal orang-orang yang meninggalkan kita, itu memang sudah waktunya mereka meninggalkan kita. Setiap orang punya masanya masing-masing untuk bersama dengan kita. Ada yang sebentar, ada juga yang lama. Yang membuat sulit ketika ditinggalkan adalah karena kita sudah terbiasa dengan mereka, dan membuat kita lupa bahwa suatu saat kita akan ditinggalkan oleh mereka atau kita yang akan meninggalkan mereka.

"Gue tau dulu gue salah banget karena udah ngerebut Ethan dari lo, vi."

Avi hanya diam. Ya, memangnya dia harus bereaksi seperti apa? Kejadian itu sudah berlalu hampir enam tahun. Dia juga sudah melupakan itu semua. Secara mengejutkan dia kembali bertemu dengan Elea. Gadis yang dulu dia percaya menjadi sahabat dekatnya tetap berkhianat dengan berselingkuh dengan kekasihnya.

"Lo banyak berubah ya, vi."

Avi tersenyum, "ya, namanya hidup pasti akan terus banyak perubahan, 'kan?" dia menatap Elea dalam, "walaupun kita gak berniat berubah, tapi situasi dan kejadian tertentu pasti akan merubah kita."

Elea membalas tatapan sahabatnya itu. Avi banyak berubah, dia tidak secerewet dulu. Bahkan tidak seramah dulu. Dia tersenyum miris. Andai dia tidak membuat temannya ini kecewa, mereka akan tetap berteman sampai sekarang.

"Gue berharap kita bisa kaya dulu lagi, vi," ucapnya.

"Sorry, el. Kita gak bisa kaya dulu lagi."

"Kalo lo nanya gue udah maafin lo atau belum, gue akan jawab udah. Tapi untuk balik lagi kaya dulu gue rasa udah gak bisa. Seperti yang gue bilang tadi, kita mungkin gak niat untuk berubah, tapi keadaan serta situasi bisa bikin kita berubah."

"Vi, gue sadar gue salah."

"Iya, bagus kok kalo lo sadar. Cuma emang kalo lo minta kita kaya dulu lagi, sorry banget gue gak bisa."

Avi ingat bagaimana dulu Elea dan Ethan yang seolah tidak peduli dengannya. Bahkan dia ingat kalimat yang di lontarkan gadis di depannya ini.

"Mikir dikit lah jadi cewek. Lo kira Ethan seserius itu sama cewek bosenin kaya lo? Gue aja yang cewek males banget temenan sama lo," Elea berkelakar.

"Ya. Terus lo itu terlalu cerewet. Kuping gue sakit ngedenger teriakan lo. Lagian percuma juga sih pacaran sama lo, lo tuh naif. Sok gak mau disentuh ama gue."

Serta ucapan menyakitkan lainnya yang diucapkan mereka berdua pada saat itu.
Avi langsung melangkah mundura lalu meninggalkan mereka berdua. Avi terus menyalahkan dirinya sepanjang perjalanan. Dan juga sakit hati atas perbuatan mereka berdua. Sampai akhirnya dia curhat pada Giandra

FamilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang