Bagian 20

7.4K 1K 35
                                    

Enjooyyyy....

****

Setelah kejadian malam itu, hubungan Giandra dan Maisha cukup merenggang. Maisha lebih banyak diam.

Dia tahu, memang itu semua urusan Giandra. Perihal memaafkan atau tidak memang urusannya. Tapi, Maisha hanya tidak ingin Giandra tenggelam dalam emosinya lalu berefek padanya.

Maisha tidak masalah jika memang Giandra tidak ingin dekat dengan Kamila, tapi dia hanya tidak ingin suaminya terus memendam emosi pada ibunya.

Juga, itu pertama kalinya Giandra berteriak padanya. Selama ini, Giandra jarang sekali berbicara dengan nada tinggi seperti itu. Biasanya dia akan berbicara santai bahkan terkesan lembut.

Lalu, Maisha juga paham kenapa Giandra bisa seemosi itu jika menyangkut soal Kamila. Mungkin orang-orang akan berpikir Giandra seperti anak durhaka. Lantas berpendapat bahwa Giandra sangat keterlaluan. Ketahuilah, hal yang menurut kita bisa kita maafkan atau kita lupakan, bisa jadi hal itu sulit dilakukan oleh orang lain.

Kita tidak akan paham hal apa sih yang membuat seseorang bisa seemosi itu. Hal apa yang membuat orang bisa sampai memutus tali hubungan keluarga.

Makanya Maisha paham kemarin Giandra bisa bersikap seperti itu. Selama ini Giandra selalu mewanti-wanti dia untuk tidak bertemu dengan Kamila. Tapi kejadian tempo hari itu bisa jadi membuat Giandra salah paham karena melihat Maisha berpelukan dengan Kamila.

Giandra hanya memandangi Maisha yang tengah membantu Kaivan berkemas. Semalam dia mengirimkan pesan pada Alisa untuk menjemput Kaivan karena dia ingin segera mengakhiri perang dinginnya dengan sang istri.

"Mama..."

"Iya, Kai."

"Mama lagi sedih?"

"Kenapa Kai nanya gitu?"

"Mama banyak diam. Telus jalang senyum."

"Mama gak sedih, kok. Mama cuma lagi merasa pusing aja. Tapi sekarang udah nggak, kok. Nih, mama udah senyum," jawab Maisha sambil menerbitkan senyumnya.

"Nanti kalau butuh sesuatu minta tolong sama opa dan ummi, ya. Ngomongnya harus baik-baik, gak boleh teriak-teriak."

"Oke, mama."

"Harus baik-baik sama Abang Zidan dan kakak Salwa. Gak boleh jahilin mereka."

"Siap, mama."

Beberapa waktu lalu, Zidan dibuat 'trauma' oleh Kaivan. Waktu itu mereka sedang membantu Marko menanam pohon mangga. Ketika menggali tanah beberapa ekor cacing mencuat.

Kaivan yang penasaran langsung memegangnya. Sedangkan Zidan bergidik ngeri. Kaivan yang melihat reaksi Zidan langsung berlari mengejarnya.

Hap!

Kaivan melempar cacing itu kearah Zidah dan tepat mengenai lengannya. Anak itu langsung berteriak histeris bahkan hingga menangis. Sedangkan bocah itu hanya tertawa riang.

"Udah siap?"

"Siap mama.."

Didepan sudah ada Alisa dan Marko serta kedua anaknya. Mereka berencana akan kekebun binatang. Kaivan ingin bertemu buaya katanya.

"Dadah, mama.."

"Dadah, papa.."

Mereka berdua melambaikan tangan pada putranya yang sudah berada didalam mobil. Maisha langsung masuk kedalam begitu mobil mertuanya sudah melewati gerbang rumahnya.

Dia memilih memasuki dapur. Membuat beberapa makanan atau bahan makanan lainnya. Rambutnya tergelung keatas menampilkan belakang lehernya.
Tangannya nampak lincah meracik makanan.

FamilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang