Bagian 9

9.2K 1.3K 56
                                    

Enjoyyy guysss

****

Tiap manusia pasti pernah ada diposisi paling rendah dalam hidupnya. Dan semuanya itu sudah tertulis di catatan hidup kita.

Begitupun Yumna. Dia tidak menyangka dua hal terjadi sekaligus dalam hidupnya. Robby pergi meninggalkannya hari itu dan disaat yang sama dia harus menyaksikan suaminya yang hampir meregang nyawa.

Jay menjadi korban kecelakaan yang disebabkan oleh sebuah mobil box yang mengalami rem blong. Tubuh laki-laki itu terjepit dan butuh waktu hampir dua jam untuk berhasil dievakuasi.

Sudah enam hari Jay belum sadar juga. Tiap harinya airmata Yumna seolah tak pernah habis untuk terus keluar.

Teman-temannya dan teman Jay silih berganti datang untuk menjenguknya. Merapalkan doa untuk kesembuhan Jay.

Yumna masih terus memegang tangan sang suami sambil berceloteh tak jelas. Hingga matanya menangkap mata Jay yang perlahan terbuka.

Laki-laki itu mengerang sesekali sambil membiasakan penglihatannya. Yumna mendekatkan tubuhnya pada Jay yang mulai menatap ke arahnya.

"Na..." lirihnya.

"Iya. Aku disini. Aku panggilin dokter, ya."

Yumna memencet tombol di atas kepala Jay. Tangannya terus menggenggam tangan suaminya yang masih lemah.

"Na...sakit..."

"Gapapa. Bentar lagi sakitnya sembuh."

"Na...kok kaki aku gak bisa digerakin?"

"Kan kamu baru sadar. Jadi masih lemas. Besok-besok balik normal lagi kok."

Dokter datang guna memeriksa keadaan Jay. Dia menatap dalam kearah Yumna begitu selesai memeriksa keadaan Jay lalu memintanya untuk ikut ke ruangannya.

"Aku tinggal bentar, ya."

Yumna melangkah keluar mengikuti langkah dokter perempuan itu. Dia langsung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan sang dokter.

"Dok, suami saya bilang kakinya gak bisa digerakin," ujar Yumna. Dokter itu menghembuskan nafas pelan.

"Seperti dugaan awal yang saya temukan, Pak Javian mengalami kelumpuhan."

DEG!

Yumna benar-benar merasa kehilangan poros hidupnya. Kemampuan bicaranya seolah lenyap begitu saja. Dia tidak tahu bagaimana. Sedih sudah pasti. Tapi Jay pasti jauh lebih sedih dan hancur. Dia buru-buru menghapus air mata yang jatuh dipipinya.

"Kalo mau nangis, gapapa. Kamu bisa luapin tangisan kamu dulu disini. Setidaknya temui dia dalam keadaan yang lebih baik lagi."

Dan diruangan itu tangisan Yumna pecah. Suaranya seolah mengajak orang lain untuk ikut merasakan kesakitan yang tengah dia rasakan.

'Aku butuh ayah'

****

Jay memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menatap wajah istrinya.

Dia merasa malu dengan kondisinya. Bagaimana dia bisa menjaga istrinya kalau berjalan saja dia tidak bisa.

Meski Yumna tidak mengatakan apapun perihal apa yang dia alami saat ini, Jay jelas tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dia benar-benar merasa tak berguna.

"Jay, sekarang makan, ya."

Yumna bergerak menaikan crank tempat tidur untuk membuat Jay nyaman ketika makan. Yumna menyendokan sedikit makanan lalu berniat menyuapi suaminya. Tapi tangannya tetap berada di udara kala dia melihat air mata Jay sudah jatuh dipipinya.

FamilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang