Bagian 42

5.6K 796 91
                                    

Happy reading

Enjoyyy...

***

"Argh!"

Giandra mengaduh ketika kakinya menginjak salah satu mainan Kaivan yang berserakan di lantai. Kepalanya menggeleng saat melihat beberapa mainan Kaivan berjejer mengitari Giana yang sedang tertidur. Hari ini Giandra bertugas menjaga kedua anaknya karena Maisha pergi bersama Alisa. Katanya girl's time.

Putri kecilnya yang sudah memasuki usia enam bulan itu tampak pulas diatas kasur lantainya. Giandra meletakan piring berisi cemilan ke meja. Lalu mengambil mainan Kaivan yang tidak sengaja dia injak. Tangan mainan itu lepas dan retak. Namun Giandra memasangkan kembali lalu meletakkannya ke tempat yang lebih aman. Setidaknya Kaivan tidak melihat mainan itu rusak. Karena kalau ketahuan bisa mengamuk.

Tangannya membereskan beberapa mainan yang mengitari Giana lalu memasukkannya ke kotak mainan.

"Papa!"

"Sstt. Jangan teriak gitu. Adek kan lagi bobo."

"Kenapa mainannya diberesin? Kan mainannya lagi jagain adek bobo," ucap Kaivan.

"Sekarang kan udah ada papa buat jagain adek. Lagian mainan kamu berserakan kemana-mana. Nanti kalo ada yang hilang gimana? Terus kalo keinjak sama kamu atau papa dan mama itu kan bahaya."

"Tadi aku pengen pipis. Tapi papa lagi didapur jadi biar Superman sama Goku yang jagain adek selama aku pipis."

Kaivan bergerak mendekati kotak mainannya. Tangannya kembali mengeluarkan mainan itu. Dia terkejut saat salah satu tangan mainannya lepas.

"Hah?! Kok lepas. Papa kok mainan aku tangannya lepas? Papa apain?" Nada bicaranya terkesan menuduh Giandra.

"Diih mana papa tau."

"Papa yang beresin mainan aku tadi. Berarti papa yang rusakin," tuduhnya.

"Kenapa nuduh papa? Kamu sendiri yang gak simpan mainannya dengan rapi."

Giandra lupa kalau anaknya ini sangat peka dengan sesuatu yang menurutnya tidak masuk akal atau suasana yang kurang nyaman. Kaivan memperhatikan bagian tangan lalu menemukan sebuah retakan disana.

"Tuh! Ini ada retaknya. Papa apain?!"

"Gak papa apa-apain, Kai. Serius," sanggah Giandra.

"Bohong."

"Papa gak bohong."

"Mama pulang."

Mendengar suara Maisha dari arah pintu membuat Kaivan bergerak dengan cepat mendekati sang mama. "Mama, liat! Mainan aku rusak gara-gara papa," adunya.

Begitu sampai diruang tengah Maisha meminta Kaivan untuk menunggunya berganti baju. Lima menit kemudian Maisha sudah keluar dan kembali menghampiri Kaivan.

"Oke, tadi kenapa sayang?" tanya Maisha begitu sudah dekat dengan Kaivan.

"Tuh, Ma! Mainan aku rusak. Tangannya copot terus retak gara-gara papa," tuduhnya dengan menunjuk ke arah Giandra.

"Diih. Kenapa nuduh papa?"

"Kan papa yang beresin mainan aku tadi," ucapnya. Dia beralih kearah Maisha lalu berkata, "Coba mama cek TV-TV kaya waktu mama cek sepeda aku yang hilang."

"Cctv, sayang," jelas Maisha.

Beberapa minggu terakhir, di komplek tempat tinggal mereka sedang rawan aksi pencurian. Bahkan sepeda Kaivan turut menjadi sasaran aksi tersebut. Anak itu menangis dengan keras saat tahu sepedanya di curi. Akhirnya Giandra memutuskan untuk memasang cctv  dibeberapa sudut rumah.

FamilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang