Prolog

15 4 4
                                    

Hai all. Aku kembali dengan cerita baruku. Iya, I know, dua cerita baruku masih belum selesai wkwk. Maaf gengs. Oke, ayo kita arungi bersama. Tandai typo jangan lupa.

______________________________________________________________________________

Hari demi hari telah dilalui Renjana. Orang-orang baru, suasana baru, dan warna baru ditempat yang baru pula. Namun, ada satu hal yang mengalihkan atensinya. Tentang tujuh tahun yang lalu, tentang masa SMA nya dulu, dan tentang seseorang yang membuatnya jatuh cinta pada dunia sastra, seperti saat ini.

dua tahun yang lalu.

"Nadir, sepuluh tahun kemudian, kita masih bisa kayak gini gak ya?"

"Jangankan sepuluh tahun kemudian. Besok, lusa, seterusnya, kita bakalan tetep kayak gini. Sepuluh tahun, dua puluh tahun, dan seumur hidup, kita bakalan kayak gini terus Jan."

"Kenapa seumur hidup?" Pertanyaan Renjana terdengar retoris.

"Karena, kalau selamanya itu gak mungkin. Ya, kan gak ada yang bisa menjamin kita hidup sampai kapan."

"Aku mau tetap sama kamu Nadir."

Nadir mendekap Renjana dan mengusap puncak kepalanya dengan lembut dibawah swastamita yang senang menunjukkan keindahannya.

Jalan Braga, langit senja, dan satu cup matcha latte, menjadi saksi bisu antara dua hati yang saling mencintai.

"Renjana, kamu percaya gak, kalau kamu ulang tahun, setiap tahunnya, aku bakalan ngasih dunia ke kamu."

Renjana menoleh ke arah Nadir dengan tatapan heran.

"Aku gak percaya dong Nadir. Masa mau kasih dunia."

"Tapi aku bakalan buktiin. Kalau, aku bisa kasih itu ke kamu. Di setiap tahunnya."

Terdengar mustahil, namun hati kecil Renjana seolah memaksanya untuk yakin pada Nadir.

"Kenapa kamu mau lakuin itu buat aku?" Tanya Renjana

"Karena aku suka kamu, karena aku cinta kamu."

Renjana diam. Ia tersenyum sumir. Perihal masa lalu, memang ia tak bisa sebegitu mudahnya melupakan.

"Nadir, sebenernya aku takut. Aku takut kalo semisal, hal yang terjadi sama aku dulu, sekarang terjadi lagi. Aku takut sama perpisahan. Aku gak mau nangis lagi. Aku, banyak lukanya buat kamu yang super sempurna, Dir."

"Jan, sama kamu emang banyak lukanya. Tapi, kalo gak sama kamu, aku kayaknya bakalan mati perlahan."

Langit sudah mulai redup. Kala itu, Renjana dibuat kehabisan kata oleh pernyataan Nadir tadi. Nadir mampu menghipnotisnya.

🍂🍂🍂

"Renjana? Kamu oke kan?"

Pertanyan itu, membuat Renjana tersadar dari lamunannya.

"Ha? Iya, aku oke."

Renjana menghapus air matanya pelan. Ingatannya tentang masa itu, membuatnya menitikkan air mata lagi. Sudah cukup, Renjana tidak ingin menangis lagi. Yang lalu, biarkanlah. Sekarang, waktunya ia meniti hidup baru.

"Na, jangan sedih lagi, ya. Kamu bisa, aku yakin."

"Aku coba, ya."

Renjana tersenyum sumir.

"Aku bakalan selalu sama kamu Renjana. Jangan takut, dunia ini gak sejahat apa yang kamu kira. Aku tau kamu kuat, kamu bisa. Segimanapun luka kamu, hal itu gak bakalan bikin rasa cinta aku berkurang sama kamu. Satu hal lagi, aku bakalan ngasih dunia buat kamu. Iya, dunia yang sempat hilang itu. Percaya atau nggak, aku bakal kembaliin."

Renjana menoleh, dari jarak sepersekian jengkal, ada rasa hangat yang menjalar halus di dadanya. Ketik menatap binar mata itu, rasa cinta yang pernah ia rasakan hadir kembali, ia melihat keseriusan terpancar dari obsidian hitam legam lelaki itu.  Ia tahu, tatapan itu seolah menyiratkan makna yang dalam. Menjabarkan sesuatu dengan analogi
'Mengembalikan dunia yang hilang' itu, membuat Renjana mencoba untuk yakin.

______________________________________________________________________________

Hai, jangan lupa vote ya. Ramaikan setiap paragraf. Semoga suka. Aamiin

Once more, cerita ini aku buat pas lagi bingung ngerjain tugas PPKn. Dan, inspirasi bikin cerita ini tuh, pas chattan semalem. Sama someone Wkwk.

Jangan lupa follow Instagram

@gvabllh

Sampai jumpa di bab 1

Dunia untuk RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang