Guys, seneng deh... Kita ketemu lagi. Gimana? Siap? Oke, lanjut. Tandai typo nya ya.
Playlist;
Satu tuju - Raissa Anggiani"I choose you today, tomorrow, and every day after."
____________________________________________________________________________________
9. Searah
Sudah satu minggu, Renjana dan Nadir berpacaran. Selalu banyak hal manis diantara mereka. Perlahan-lahan, Renjana lupa perihal masa lalunya dengan Abrisam. Ya, bukan lupa sih sebenarnya, sampai kapanpun, Abrisam akan tetap ada di ruang hati Renjana, yang tidak akan bisa dijamah oleh siapapun dan kapanpun. Mereka telah usai.
Minggu pagi hari itu, Nadir mengajak Renjana untuk pergi ke sebuah coffee shop yang baru buka. Katanya, coffee shop itu aesthetic dan cocok untuk Renjana datangi.
"Pagi pacar." Nadir menyapa Renjana lewat sambungan video call.
"Apaan sih."
"Kan kamu pacar aku."
"Iya, aku pacar kamu. Nadir, jangan bucin gini astagaaaa. Kamu aja, pas kita deket biasa, pembawaannya cool. Sekarang, kamu over banget Dir."
"Gak apa. Kan sama pacar sendiri."
Nadir tersenyum menyeringai, menampakan deretan gigi rapinya.
"Ucul banget." Renjana tersenyum gemas pada Nadir.
"Oke, kamu tunggu ya Jan, aku mau OTW." Nadir mematikan sambungan video callnya.
Sekarang, Renjana dan Madeira agak lumayan jauh. Mereka, hanya bertemu di kelas dan sesekali saja. Madeira selalu spend time dengan kekasihnya, dan dirinya, sibuk dengan ekskul dan sekarang, Nadir. Iya, seseorang yang selalu memenuhi Isi kepala dan hatinya setiap hari. Bahkan, setiap harinya Renjana selalu terbangun lebih awal, dan selalu memastikan bahwasannya kekasihnya itu masih ada di Bumi ini.
15 menit kemudian, Nadir sampai dirumah Renjana, dengan kemeja flannel berwarna coklat, celana hitam, kaus putih sebagai dalaman, dan sepatu sneakers andalannya. Sederhana memang, namun ketampanannya yang paripurna tak berkurang sedikitpun.
"Hai Renjana."
Renjana tersenyum canggung. Nadir, tak henti-hentinya menatap Renjana lekat, dan mengelus puncak kepalanya.
"Cantik."
Renjana memalingkan wajahnya ke sembarang arah, demi menghindari tatapan hangat dan dalam milik Nadir. Sungguh, Renjana tak sanggup melihat wajah manis Nadir.