VII. Hujan

6 1 0
                                    

Allo gaisss, kita ketemu lagiii. Maaf aku ngaret ya up-nya. Aku lagi banyak kesibukan nih... Jadi, ayo mulai. Jangan lupa, musik.

Hujan - Jourdy Pranata


"Hujan, temani sedihku hari ini, turunlah dengan derasnya, agar aku bisa merasa sedikit lebih tenang."

Tengah malam, yang diiringi gemercik hujan, menimbulkan kesan yang sangat menenangkan untuk Nadir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tengah malam, yang diiringi gemercik hujan, menimbulkan kesan yang sangat menenangkan untuk Nadir. Teduh, tenang, dan hanya ditemani riuh air hujan diluar. Nadir sangat suka hujan. Apalagi, dengan aroma petrichor yang menusuk ke hidungnya. Betul-betul berkesan. Tiba-tiba, Nadir teringat akan Renjana. Dia, sedang apa sekarang? Apakah Renjana sudah tidur? Entahlah. Nadir, sangat rindu pada Renjana. Padahal, baru tadi sore mereka bertemu. Nadir, mengambil sweater rajut yang Renjana buat khusus untuknya. Senyum Nadir terukir, ketika melihat motif sweater itu. Sangat cantik, dan artistik.

"Lo niat banget sih Jan." Batinnya.

"Nadir, kamu udah minum obat?" Tanya Mama padanya.

"Udah Ma."

"Istirahat, ya. Besok kan mau sekolah?"

"Iya." Nadir tersenyum sumir.

Nadir masih tidak menyangka perihal sakit yang dia derita. Dia, masih punya banyak hal yang ingin diwujudkan, masih banyak orang yang ingin dia bahagiakan, dan masih banyak tempat yang ingin dia tuju. Dia, tidak bisa meminta banyak. Namun, dia berharap pada Tuhan untuk menambah durasi hidupnya. Setidaknya, ketika dia sudah berhasil membasuh luka-luka Renjana.

🌼🌼🌼

"Ini semua gara-gara kamu Mas! Kamu selalu aja gitu! Aku kurang sabar gimana selama ini ngehadapin kamu?" Pekik Mama Renjana dari lantai bawah.

Ini masih pagi. Matahari pun belum keluar seutuhnya. Tapi, keributan sudah terjadi di rumah Renjana. Tengah malam tadi, orang tua nya pulang. Selama mereka tak ada, Renjana serasa menemukan surga. Tenang, sungguh tenang. Taoi sekarang? Keributan itu hadir lagi.

"Jelita, berkali-kali Mas bilang, Mas udah gak cinta sama kamu. Mas capek sama kamu."

"Jangan bilang Mas ada perempuan lain?"

Dunia untuk RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang