Hai, kita bertemu lagi di part selanjutnya. Oke gais, kita nikmati setiap alurnya. Jangan lupa vote sama komennya. Tandai Typo!!! Jangan lupa, puter musiknyaPengecut-Fiersa Besari
"Perasaan ini begitu rumit. Ingin sekali kunyatakan agar kamu juga mengerti. Namun, aku juga takut jika perasaan ini kunyatakan, hubungan kita akan asing, dan berakhir saling pergi."
_______________________________________ _______________________________________
Abrisam, yang kala itu sedang menemani Analisa di toko buku, mendadak merindukan momentnya bersama Renjana. Seharusnya, book store date nya ini dengan Renjana, bukan dengan Analisa. Namun, karena rasa kagum sesaat, dan termakan nafsu, akhirnya Abrisam mau tak mau harus melakukannya bersama Analisa. Andai saja, waktu bisa diulang kembali, Abrisam akan memperlakukan Renjana sebaik-baiknya. Sekarang, Abrisam hanya bisa berharap menemukan sekilas tentang dia dan Renjana di dalam diri Analisa. Meskipun rasanya mungkin takkan sama.
"Kak Abi, ini bukunya bagus gak?" Tanya Analisa tatkala ia menunjukkan sebuah buku novel remaja keluaran terbaru.
"Bagus An."
Respon Abrisam sangat singkat, dia hanya sibuk membulak-balikkan buku yang dia pegang, tanpa menoleh sedikitpun pada Analisa.
"Kak Abi, kamu belum liat ish."
"An, udah, bagus kok."
"Ini ceritanya gimana ya?"
"Aku gak tau An. Aku belum pernah baca."
"Kak Abi, kakak berubah sekarang. Kakak gak seasik dulu."
"An, kamu jangan berpikiran kalo aku gak suka sama kamu. Kalo iya aku gak suka sama kamu, aku gak akan mutusin Renjana gitu aja. Jadi, jangan overthinking terus."
"Iya, jiwanya Kak Abi sama aku, tapi aku kayak ngerasa hatinya Kakak itu masih sama Kak Renjana. Kakak emang milik aku, tapi gesture Kakak mengisyaratkan kalo kakak gak suka lagi sama aku. Kak Abi gak seasik sewaktu kita masih pendekatan dulu."
Abrisam geming, ia tak tau apalagi yang harus ia katakan pada Analisa, karena ada benarnya juga. Ia memang milik Analisa, tapi hatinya masih tertaut pada Renjana. Susah memang.
"Kak Abi, kalo Kak Abi gini terus, let's break up Kak."
"An?"
"Iya, kita udahin aja. Mungkin, ini karma buat aku karena udah jadi pihak yang nyakitin buat Kak Renjana."