Bab Lima

96 6 0
                                    

Jangan lupa like and comment nya ya

Chocomellow

###

Arkan

Apa kau begitu yakin cinta sejati akan ada? Hidup bahagia selamanya terdengar mustahil begitu kau membuka televisi dan melihat gosip perceraian para artis.

***

Arkan membawa Audrey ke salah satu hipermarket yang dekat dikawasan rumahnya. Wanita itu memakai jeans biru yang pas di kakinya, dangan oversize hoodie yang dipasangkan dengan jaket denim. Audrey keluar dengan bucket bag nya. Yang sepertinya berisi seluruh hidupnya. Tas itu cukup besar dan terlihat berat. Ketika wanita itu melihatnya, rambut hitam panjang itu tergerai, dan jatuh saat wanita itu memasang sneakersnya.

"Ready?" Arkan mengunci pintu begitu menyaksikan Audrey mencepol rambutnya asalan dengan ikat rambut.

"Yes."

Arkan mengeluarkan mobilnya. Dia menunggu Audrey menutup pintu gerbang, lalu masuk ke mobil. Ia melirik Audrey sesekali ketika wanita itu kembali mengatur rambutnya agar lebih rapi. Arkan tak pernah keluar bersama wanita yang begitu cuek. Audrey adalah wanita yang paling cuek yang pernah dikenalnya. Ia bahkan tak memakai lipstik. Hanya lipglos pink natural yang terlihat selalu di pasang dibirnya. Membuat bibirnya terlihat lembab dan lembut. Bibirnya yang mengkilap selalu menarik perhatian Arkan. Audrey tak butuh perona pipi, karena pipi putih nya cukup mudah berubah warna saat wanita itu malu. Audrey juga selalu berpakaian santai dan tertutup di depannya. Jika itu wanita lain yang diajak Arkan keluar, mereka pasti menggunakan baju yang mengekspose sebanyak mungkin kulit dan lekuk tubuh mereka. Lalu menutupi wajah mereka dengan fundation dan lipsitik yang membuat kesan mereka ceria dan enak dipandang.

Disisinya Audrey tampak lebih natural dan polos. Audrey sangat mudah di baca, sehingga Arkan tak perlu menerka-nerka isi pikirannya. Jujur, Arkan lebih menyukainya. Dia bosan dengan wanita yang mengatakan 'tidak apa-apa' atau 'aku baik-baik saja' sebagai senjata dan makna yang berlawanan. Jadi ketika ia membaca ekspresi Audrey, Arkan merasa... stabil.

"Kau membawa payung?" tanya Arkan melirik isi tas Audrey ketika wanita itu membuka tasnya untuk mengambil ponsel.

"Ya, buat jaga-jaga, takut hujan."

"Kita pakai mobil. Bukan berjalan kaki. Apa lagi isinya selain payung? Tas mu terlihat berat." Arkan membelokan mobil dengan lancar. Memasuki kawasan ramai kendaraan.

"Aku membawanya bukan hanya untuk hujan. Ini senjata. Aku terbiasa membawa payung kemanapun aku pergi untuk jaga jaga jika terjadi sesuatu yang memerlukan senjata. Kau mungkin tak tahu, banyak kejahatan yang mengincar wanita di luar sana." Jelas Audrey. Dia mengetik sesuatu di ponselnya mengirim pesan pada kakaknya, lalu melirik jalanan yang ramai. Wanita itu kembali memasukan ponselnya, dan mengeluarkan isi tasnya satu persatu, memperlihatkannya pada Arkan. "Selain payung ada dompet, tisu basah, minyak kayu putih, semprot merica, notes, tempat pensil, lipglos dan parfum. Apa kau mau?" tanya Audrey sambil menyodorkan botol parfumya.

"Tidak, aku tak mau berbau bunga," kata Arkan dan Audrey kembali meletakan barang itu ke dalam tasnya. Menyusunnya serapi mungkin. Arkan menebak bahwa Audrey sering mengalami pelecehan di tempat umum. Meski ia tak bepenampilan terbuka, bisa jadi Audrey pernah mengalaminya. Rasa khawatir bercampur takut mewarnai pikirannya. Indra-indra Arkan langsung waspada, ia menduga Audrey korban pelecehan. Arkan mengerutkan hidungnya, bertanya dengan penuh rasa antisipasi, "apa kau pernah mengalaminya? Maksudku kejahatan ditempat umum, karena itukah kau membawanya kemana-mana?" Dia bertanya dengan hati-hati, menunjukan ia khawatir dan wanita itu bisa percaya padanya.

"Aku pernah di buntuti oleh orang asing saat turun dari Transjakarta. Dia sudah mengikutiku saat aku masuk, dan melirikku sepanjang jalan. Tempat umum bisa berbahaya jika kau tak hati-hati." Aku Audrey. "Dan ini bukan bau bunga, ini vanila." Audrey membuka botol parfumnya, dan menciumnya, sekali lagi dia menyodorkan botol kaca putih bening itu pada Arkan. "Benarkan?" Arkan mengangguk setuju, tapi pikirannya mengarah pada hal lain. Audrey tidak hanya mengalami pelecehan, tapi bisa jadi perampokan, penculikan atau bahkan pemerkosaan. Jika dilihat dari ketidaknyamanannya bersama laki-laki, ini menjelaskan alasan kenapa wanita itu sering waspada dengan laki-laki.

The Future Diaries Of AudreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang