Bab Dua Puluh

40 1 0
                                    

Hai, Arkan dan Audrey balik lagi. Jangan lupa vote and comment nya ya. Terima kasih

Salam,

Chocomellow. 

###

Arkan

Mungkin dia tak bisa menjadi kesatria berbaju zirah untuk Audrey. Tapi ia bisa menjadi satu-satunya yang membuatnya tersenyum bahagia.

***

"Apa yang akan kau lakukan setelah novelmu selesai?" Arkan menghabiskan minumannya. Menatap Audrey yang masih menyendokki desertnya.

"Aku berencana pulang kampung. Kakakku ingin aku membantu Cecil mengurus pernikahan mereka."

"Kau jadi membelikan kakakmu linggerie sebagai hadiah pernikahan?"

"Jangan membicarakannya." Audrey merona, "kita sudah sepakat tak lagi membahasnya. Aku tak benar-benar berencana membelikannya linggerie."

"Kenapa? Ku rasa itu cocok untuk hadiah pernikahan."

Arkan menatap Audrey yang semakin memerah diseberang meja. Rambutnya diikat ekor kuda, jadi dia bisa melihat dengan jelas leher jenjang Audrey yang ikut merah. Arkan melihat bahu Audrey yang mulus. Gaun floral yang digunakan Audrey menampkan sedikit bahu Audrey yang putih. Arkan bisa melihat persimpangan tulang selangka dan lengannya. Sungguh cantik. Dia menyadari ada tahi lalat mungil di sana.

Arkan penasaran dimana lagi ia bisa menemukan tahi lalat di tubuh Audrey. Audrey seperti biasa, tak memerlukan polesan tebal di wajahnya. Dia hanya mengaplikasikan bedak dan lipglos. Natural dan santai. Gaunnya setengah kaki. Hampir menutupi lututnya. Namun Arkan sangat suka bagaimana kaki jenjang Audrey terlihat dari gaun itu.

Audrey menyelesaikan desertnya. Mengeluarkan notesnya, lalu mulai mencatat sesuatu. Kebiasaan yang harus Arkan terima meski mereka ditengah kencan romantis yang sangat di idamkannnya. Bagaimanapun Arkan tak keberatan, dia menyukai semangat Audrey.

"Kau menemukan ide baru?"

"Ya, sepertinya kencan bohongan kita mendapatkan hasil yang bagus. Aku memikirkan sesuatu ditengah suasana romantis ini." Audrey tersenyum lembut, "usahamu tidak sia-sia bapak Arkananta."

Arkan terdiam. Benar, mereka kencan bohongan. Dia menawarkan versi uji coba kencan pada Audrey. Arkan tak menyadarinya hingga Audrey mengatakannya. Dia terbawa suasana dan menikmati makan malam mereka. Mata Audrey terpaku pada Arkan. Lesung pipinya muncul, Arkan yang menyadari itu menarik tangannya, lalu menyentuhnya.

"Kau memiliki lesung pipi disini." Ucap Arkan terpukau. Dia berhasil menyentuh lesung pipi mungil itu. Sejak lama ia ingin melakukan ini. Audrey mengerjap, kaget. Arkan berdeham. "Aku sudah lama ingin menyentuhnya."

"Dan kau berhasil melakukannya."

Arkan tertawa, "benar, aku berhasil melakukannya."

Audrey mengerutkan dahinya. "Berapa banyak yang ingin kau lakukan?"

Oh tuhan! Dia membahas apa yang ingin dilakukan dengan laki-laki dewasa. Pertanyaan itu terdengar seperti ia menggodanya. Bagus Audrey. Kau membuat kacau makan malam kalian.

Seakan menunggu momen ini, Arkan dengan cepat menangkap umpan yang dia lempar secara sembrono. "Kau ingin tahu?" Arkan menatap intens Audrey, "daftarnya tak akan muat di dalam notes kecilmu."

"Lupakan saja, aku tidak penasaran sama sekali." Audrey menaruh garpunya. "apa yang akan kita lakukan setelah ini?"

"Kau ingin melakukan sesuatu?"

The Future Diaries Of AudreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang