CHAPTER 4

1K 117 5
                                    

Masih jelas diingatan Yeonjun saat ia berumur 12 tahun, ia sedang bermain bola ditaman dengan teman-temannya pada satu hari sebelum natal tiba. Namun ia terjatuh dan berakhir menangis karena darah yang ia keluarkan cukup banyak. Kebetulan Beomgyu berada di jalan pulang bekerja saat itu.

Yeonjun menatap Beomgyu yang juga menatapnya saat itu. Namun Beomgyu tak berani mendekat dan lebih memilih meninggalkan Yeonjun disana diiringi ejekan yang di lontarkan oleh teman-temannya…

Namun saat Yeonjun tiba dirumah, remaja berumur 12 tahun itu langsung disambut Beomgyu yang sedang bertolak pinggang didepan pintu kamarnya. Untuk sekedar penghormatan, Yeonjun membungkukkan sedikit badannya dan bergegas berjalan ke kamarnya. Langkahnya terhenti saat suara nyaring sang ibu membentak dan merasuki telinganya. “Aku melihatmu menangis lalu teman-temanmu mengelilingimu dan kemudian mengejekmu. Kenapa kau diam saja?!”

Yeonjun masih terdiam dan tak bisa menjawab. “Apa kau ingin tumbuh menjadi pria yang lemah?” Beomgyu maju satu langkah. Kemudian menggeram marah saat anak satu-satunya itu sama sekali tak menanggapi omelannya. “Choi Yeonjun, jawab aku!”

“APA PEDULIMU!”

Untuk pertama kalinya sejak dua belas tahun, Yeonjun berani membentak ibunya dengan lantang saat itu. “Kalau kau sudah melihat anakmu diejek, dipermalukan lalu terluka, mengapa kau tak mendatangiku saat itu?” raut wajah Yeonjun berbanding terbalik dengan bentakannya. Ucapannya begitu lantang namun wajahnya sudah sembab oleh air mata dan menahan raut ketakutan. “Bukankah saat kau pulang kau hanya perlu menyambutku dengan pelukan atau setidaknya ucapan selamat natal?”

Beomgyu masih menatap putranya dengan raut wajah angkuh kebanggaannya. Berjalan bergerak mendekati Yeonjun dengan kedua tangan yang pria itu lipat dibawah dadanya.

“Untuk apa aku mengucapkan hal yang tidak perlu…”

Beomgyu memutar tubuhnya. Menatap tubuh ringkih putranya yang membelakanginya. Tatapannya sedikit melembut saat melihat bahu anaknya bergetar pelan. “Cepat mandi dan ganti baju. Aku akan mengobatimu.” Beomgyu telah berbaik hati menawarkan pengobatan. “Yeah, kau keluar rumah dengan membawa namaku jadi, aku tidak ingin orang-orang berprasangka buruk padaku.”

Yeonjun terkekeh dan kemudian tertawa prihatin. “Orang-orang tidak mengenalku sebagai anakmu. Teman-temanku saja selalu mengejekku karena aku tidak mempunyai ibu yang selalu datang saat mengambil hasil ujian anaknya…” Yeonjun mengusap pelan matanya. Dan kemudian memutar tubuhnya. Berhadapan dengan ibunya namun matanya menatap lantai marmer rumahnya. “…Aku bisa mengobatinya sendiri, Beomgyu…”

Yeonjun kembali bergerak untuk segera memasuki kamarnya. Namun langkahnya terhenti begitu saja. “Selamat Natal, mama… aku sangat mencintaimu…” lalu kemudian pintu kamar remaja itu tertutup rapat. Meninggalkan Beomgyu yang mengusap sudut matanya yang mulai mengeluarkan air matanya.

~ From The Darkest Side ~

“Taehyun sangat senang membaca buku, karena itu aku senang ketika siang itu kau memilih duduk di perpustakaan. Aku sangat senang, karena kau sangat mirip dengannya.”
Mereka duduk sambil minum kopi dan memakan kue yang disediakan di kebun belakang rumah. Soobin sudah menyelesaikan pekerjaannya dan mengajak Yeonjun duduk untuk berbagi cerita tentang Taehyun, ayahnya. Tentu saja Yeonjun tidak menolak, jantungnya berdegup kencang, menanti cerita tentang Taehyun, ayah yang selama ini tidak pernah dikenalnya. Tetapi Soobin mengenalnya. Dan lelaki itulah satu-satunya penghubung Yeonjun dengan ayahnya.

FROM THE DARKEST SIDE | SOOBJUN VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang