Chapter 1 | Terms & Conditions of Love

283 27 3
                                    

Denting penuh etika memenuhi ruangan. Keluarga Ushijima sedang merayakan kunjungan anak sulung mereka yang bersekolah di akademi elit. Semua bersuka cita, karena anak kebanggaan mereka berhasil terpilih menjadi perwakilan negara di usianya yang masih 18 tahun.

"Berarti ke depannya kamu akan semakin sibuk ya, Nak? Aduh, makin jarang pulang ke rumah dong!" sahut Mama sambil menaruh potongan brokoli di atas piring Wakatoshi.

"Kalau ada waktu senggang saya akan pulang, Ma"

"Oh iya, [Name], hari ini pembagian hasil Ujian Tengah Semester 'kan? Hasilnya gimana sayang?"

'Sial. Kenapa mereka berhenti membahas tentang betapa cemerlangnya Wakatoshi dan malah berganti topik?'

[Name] berusaha dengan susah payah menelan makanan yang sudah ada di tenggorokan.

"Peringkat 5, Ma"

"Peringkat 5? Dan kamu masih bisa makan dengan santai?!"

[Name] menaruh peralatan makannya, karena sesi 'I Told You Because I Love You'-nya Mama akan segera dimulai.

"Kalau nggak ada bakat atletik, harusnya bisa dong, ningkatin nilai akademik? Toh, nggak ada kegiatan lain 'kan selain belajar? Ayolah, apa susahnya jadi murid terbaik di sekolah biasa? Lain halnya kalau kamu di akademi seperti Toshi"

"Maaf, saya.. lengah"

"Perlu untuk kamu evaluasi diri. Ingat, [Name], Mama dan Papa sayang sekali sama kamu. Mama peduli sama masa depan kamu. Makanya Mama selalu dorong kamu buat berprestasi lebih! Kamu akan berterimakasih pada Mama suatu hari nanti. Jadi, jangan pernah anggap ini sebagai rasa marah ataupun benci, okay Hun?"

"Okay, Ma"

"Pa! Bilang sesuatu dong, jangan diam aja! Kalau dia terus-terusan begini gimana bisa masuk universitas bagus?!" Mama berusaha melibatkan Papa yang terlihat acuh dengan keributan di depannya.

"Ehm.. belajar lebih rajin lagi mungkin?" jawab Papa sekenanya, meminta validasi Mama atas 'sesuatu' yang telah ia ucapkan pada putrinya.

"Ck. Papa peduli nggak sih sama masa depan anak-anak?!" rupanya jawaban Papa tidak memuaskan.

Dan selalu seperti ini.

Papa selalu acuh, enggan membuang energinya untuk memenuhi standar Mama yang terlampau tinggi. Menghindari konflik adalah prioritas utamanya.

Mama selalu congkak, merasa menjadi pihak yang telah berbuat lebih untuk keluarga. Haus akan standar-standar yang tidak akan pernah terpenuhi.

Air mata sudah menggenang di pelupuk mata [Name], membuat pandangan kabur secara perlahan. Ia harus pergi dari ruangan ini sebelum datang sesi 'I Told You Because I Love You' kedua, karena Mama benci dirinya yang menangis. Mama benci dengan perasaan disalahkan jika ia menangis.

"Ma, Pa, Kak Toshi, saya izin ke kamar dulu, ya? Mau belajar buat kuis besok"

"Tapi 'kan kamu baru mak — "

"Bagus. Mama senang kamu sadar diri"

Kalimat Wakatoshi dipotong dengan pujian kaku Mama. [Name] kemudian mengangguk sopan lalu pergi ke kamarnya.

***

Padahal, orang tuanya tidak perlu turun tangan untuk mendorong [Name]. Karena ia sudah mendorong dirinya sendiri, lebih keras, lebih kejam dari siapapun di dunia ini.

"Nggak jelas.. tulisannya nggak jelas!"

Bagaimana tidak?

Netranya dilapisi cairan bening yang siap jatuh. Tiap kali tirtanya jatuh, posisi itu akan digantikan oleh lapisan bening lainnya. Lapisan bening yang menghalangi [Name] untuk membaca apapun yang terhampar di hadapannya.

Revised Märchen | Oikawa Tooru x Reader + KoushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang