Malam ini Vyona masuk kedalam ruang kerja Agra sembari membawa buku yang ditulis oleh sang mama.
"Papa"
"Hey sayang. Kok belum tidur sih cantiknya papa"
"Vyo mau kasih ini" ucap Vyona sembari menaruh buku usang itu didepan sang papa.
"Buku apa ini?" Tanya Agra dengan mengerutkan kedua alisnya.
"Punya mama, Vyona rasa papa perlu baca ini. Yaudah Vyona ke kamar dulu pa" jawab Vyona sembari mencium pipi sang papa.
Setelah kepergian sang putri, Agra kembali berkutat dengan file-file yang sedari tadi tengah ia kerjakan. Sampai pada akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 24.00
"Udah malam, ternyata " ucap Agra sembari merapikan semua dokumen yang baru saja ia kerjakan.
Namun begitu ia akan kembali ke kamar, matanya tak sengaja melihat buku yang tadi Vyona berikan.
"Sejak kapan Dahlia suka menulis! Dari dulu dia tidak pernah suka menulis, karena dia lebih suka menggambar. Dan lagi dia tidak begitu pandai menuliskan isi hatinya" gumam Agra sembari tersenyum.
Ia urungkan niatnya untuk kembali ke kamar, dengan perlahan jari jemarinya mulai membuka buku usang itu. Dibacanya setiap tulisan yang ditulis oleh istrinya. Hingga tak terasa air mata Agra jatuh begitu saja.
"Ternyata kamu membohongi aku Lia, kenapa kamu tanggung itu sendirian. Kenapa kamu nggak cerita sama aku, aku benar-benar nggak guna, aku nggak becus jadi suami kamu Lia"
Agra terisak sembari terus menyalahkan dirinya sendiri. Tak mampu Agra bayakan semenderita apa Dahlia, ia pikul sendiri masalah sebesar itu.
"Lia sayang, maaf" gumamnya sembari memeluk buku yang ada ditangannya dengan begitu erat.
Kesalahpahaman ini harus segera diluruskan, Agra tak ingin jika keluarganya terus-menerus mengecap Dahlia sebagai wanita jahat, ia harus segera menjelaskan semuanya kepada keluarga besarnya.
Dengan segera Agra kembali menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil, ia harus segera pergi kerumah bundanya.
"Papa mau kemana?" Alan yang baru saja kembali dari dapur dengan secangkir kopi ditangannya dibuat kaget ketika Agra berjalan dengan tergesa-gesa.
"Kerumah nenek"
"Ini udah malam, pa. Apa nggak lebih baik besok aja"
"Ini penting bang. papa pergi dulu, Kamu jaga adik-adikmu"
"Alan ikut" ucap Alan sembari mengikuti langkah Agra.
"Papa bisa sendiri bang"
"Alan mau ikut. Dan Alan nggak terima penolakan" ucap Alan kekeh pada pendiriannya.
Sebenarnya Alan merasa khawatir kepada Agra, Alan dapat melihat dengan jelas kalau mata Agra memerah, sudah pasti Om nya itu habis menangis. Alan fikir Agra telah membaca buku itu, mengingat buku itu memang sedang Agra bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vyona ✓
Romance"makin kesini aku makin nggak paham sama kamu, rel" "Cukup, makin kesini aku juga makin muak sama kamu V" "Kamu muak sama aku!" "Ya aku muak sama kamu. Kamu yang selalu seenaknya, kamu yang bar-bar. Semua sikap kamu aku benci V, mulai sekarang aku...