3. Kakak Idola

8 1 0
                                    

"Kakak Ayu mau ngapain?" tanya Aqila berusaha untuk bersikap baik.

Perempuan yang bernama Ayu itu lantas mendekat. "Gue ke sini cuma mau ngasih peringatan sama lo!"

"Peringatan apa? Aku nggak punya salah sama---"

"Diam!" bentak Ayu keras. "Lo itu kenapa sih jadi cewek kok kegatelan!" jari telunjuk perempuan itu mendorong bahu Aqila dengan kuat. "Dulu Ruffy, sekarang Arkano. Lo emang nggak bisa ya kalau nggak cari muka sama cowok ganteng!" sindirnya.

Aqila hanya diam. Ia tak berani berucap karena takut dibentak lagi. Padahal keinginannya untuk menyurakan isi hatinya cukup besar, setidaknya untuk menepis tuduhan kakak tingkatnya yang mengatakan bahwa ia kegatalan dan mencari muka. Fakta pertama, ia sedang tidak alergi ataupun dalam kondisi tubuh yang gatal. Fakta kedua, Aqila sudah memiliki muka dan tak butuh muka lagi. Memangnya untuk apa? Disedekahkan pun sepertinya tidak bisa!

"Lo harus jauhi Arkano dan jangan ganggu dia lagi. Kalau lo nolak, bukan dari gue yang bakal neror lo, tapi dari anggota Fans Club Arkano yang udah gue bentuk bakal ikutan neror lo."

Memang dasar perempuan bertubuh mungil itu kadang pelupa. Harusnya Aqila berhati-hati dengan fans Arkano, sama halnya dengan ia yang harus berhati-hati pada fans Ruffy. Isu tentang grup fans Arkano memang ramai dibicarakan saat hari kedua lelaki itu bersekolah di Dirgantara High School, tapi ia mengabaikan dan sekarang malah harus berhadapan dengan ketua grup tersebut.

Aqila mengangguk tanda setuju. Ia tak mau kejadian lama terulang lagi. Tangannya rasa copot gara-gara ulah siswi yang ada di depannya.

"Oke, sekarang lo milih buat korbanin tas lo, atau korbanin diri lo?" tanya Ayu dengan senyum menyeringai.

"Biar aku aja," jawabnya dengan nada lirih.

"Permintaan lo diterima." Segera Ayu melempar tas korbannya ke arah sudut toilet. "Girls! Kalian eksekusi cewek ini sekarang!"

Setelah kata perintah keluar dari sang ketua, Aqila hanya bisa merasakan basah dan dingin yang menyergap tubuhnya. Dua orang antek-antek Ayu mengguyurnya dengan air dari bak hingga tubuhnya benar-benar basah kuyup. Tapi itu lebih baik baginya daripada isi tasnya yang menjadi korban.

Setelah puas, mereka meninggal Aqila seorang diri di sana. Tak ada yang bisa perempuan itu lakukan selain pulang secepatnya, kejadian ini harus ia tutup rapat-rapat jika tak ingin berbuntut panjang.

Jedug!

Karena berjalan menunduk dan buru-buru, perempuan itu tanpa sadar menabrak seseorang. Bukannnya menengadah untuk melihat siapa yang yang menjadi korban tabrakannya, ia memilih untuk berpikir dan mencari alasan yang tepat jika orang yang ditabrak bertanya pasal kondisinya. Syukur-syukur jika orang itu adalah tipikila manusia yang cuek dan langsung pergi begitu saja.

"Loh, Qila! Tubuhmu kenapa basah semua?"

Tepat, alasan yang sudah ada di otaknya siap untuk ia lontarkan. Namun, mendengar suara lembut nan ramah yang keluar dari orang yang berdiri di depannya, membuatnya lantas mendongak.

"Kak Ruffy," lirih Aqila senang.

Melihat senyum manis dari lelaki yang perempuan itu idolakan sangat menentramkan jiwa, apalagi dari jarak dekat seperti ini. Ia tebak jika lelaki itu mendapat giliran jam Penjaskes pada saat jam terakhir, makanya Ruffy masih mengenakan seragam olahraganya.

"Iya. Kamu kenapa bisa basah gini? Bahaya, nanti kamu bisa masuk angin."

Jika Aqila adalah sebatang cokelat, maka perhatian Ruffy adalah panas yang akan melelehkannya. Tak sanggup lagi rasanya dirinya berdiri lama di depan lelaki tampan itu. Tulang-tulang penyangga tubuh serasa tanggal dari susunannya.

Like SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang