7. Dan Terjadi Lagi~

5 0 0
                                    

WARNING: ADA ADEGAN YANG TAK BOLEH DI CONTOH! BIJAKLAH DALAM MEMBACA!
***
6 L. Lelah, letih, lesu, loyo, lunglai, dan lapar. Itulah penggambaran yang tepat untuk  siswa kelas 11 IIS 2 yang tengah menghadapi mata pelajara Geografi di 1 jam terakhir sebelum bel tanda pulang berbunyi.

Bagaimana tidak? Di saat tenaga tinggal sisa-sisa kehidupan, ditambah saat ini jam yang cocok untuk tidur siang, mereka malah dihadiahi guru yang bisa disebut slow and smooth. Guru tersebut memiliki suara yang kecil nan lembut, sangat cocok jika digunakan untuk membacakan dongeng sebelum tidur dibandingkan menjelaskan tentang bentuk muka bumi.

Jika barisan depan masih bertahan untuk menyimak penjelasan sang guru, maka berbeda dengan barisan paling belakang. Beberapa dari mereka lebih memilih memejamkan matanya dengan kepala bersandar pada meja.

Sementara Restin dan Aqila yang juga sama-sama mengantuk. Sudah 5 bungkus permen mereka habiskan demi mengenyahkan rasa kantuk yang melanda, tapi sayang sekali matanya sulit untuk diajak kompromi.

"Ssst ... Qil ...," bisik Restin, "bisa-bisa nilai Geo kita rendah semua kalau tiap hari Senin nih guru ngisi jam terakhir terus. Ngantuk banget, woy!" imbuhnya.

"Hari Jumat kan Geo kita jam setengah sembilan," balas Aqila yang juga berbisik.

"Ngopi, yok! Aku pengen ngopi nih!" Restin menujuk matanya yang berat bukan main.

Aqila merogoh ponsel baru pemberian Restin, mengintip kapankah waktu Geografi akan berakhir. "15 menit lagi kita pulang, jangan tidur duluan!" ucapnya seraya mengguncang tubuh Restin agar mata perempuan itu kembali terbuka.

"Aku udah mimpi ketemu sama pangeran, jangan ganggu!" racau Restin yang masih berbisik.

Tak ingin mengacau, netra perempuan bertubuh mungil itu kini fokus pada layar ponselnya, ada sebuah pesan baru. Yap, karena ponsel dari Restin sudah diisi dengan kartu miliknya, tentu siapa pun bisa berkirim pesan pada perempuan itu asal memiliki nomornya.

"Qila, temui aku di toilet yang ada di dekat kolam renang pas jam pulang. Ada yang ingin aku bicarain sama kamu. Tolong kamu sendirian, ya! Aku malu kalau ada orang lain yang ikut. Ini Arkano".

Begitulah bunyi pesan yang diterima oleh Aqila. Jika diingat-ingat kembali mungkin lelaki itu ingin memaafkannya secara langsung, mengingat tantangan lelaki itu berhasil ia penuhi.

Cukup memberikan balasan "Oke", setelahnya Aqila kembali mencoba fokus dengan tampilan power point yang ada di papan tulis akibat tersambung dengan proyektor.

Ajaib, bak tersihir karena ada penyihir yang baru saja mengucapkan mantra untuk bangun. Setelah bel berbunyi cukup nyaring maka rasa kantuk yang tadi bergelayut di mata mendadak hilang. Apalagi saat melewati pintu kelas, wajah-wajah mengantuk yang ibarat tersandung oleh lidi langsung tumbang, kini berganti menjadi wajah cerah nan bahagia.

Aqila yang ikut merasakan magic-nya pun ikut merasa bingung, bagaiamana bisa bel pulang bisa seajaib ini? Otaknya mendadak traveling pada zaman sekolah ini dibangun, dimana pemilik yayasan ingin membuat sekolah ini menjadi tempat siswa bersemangat menuntut ilmu. Tapi karena ada kesalahan, si penyihir malah membuat bel pulang dan istirahat yang membuat siswa bersemangat.

"Woi! Ngelamunin

 apa sih?"

Tubuh Aqila berjingkat sedikit karena tepukan di pundaknya yang membuatnya terkejut. Ia menoleh ke arah sahabatnya yang memasang wajah penasaran. "Kenapa? Aku salah apa?" tanyanya bingung.

Mendengar pertanyaan Aqila, ingin sekali perempuan berambut ombak itu mencubit pipi tirus sahabatnya keras-keras karena bukannya menjawab pertanyaannya, tapi malah bertanya. "Ya ampun, Qila! Kamu tuh ngapain berdiri di tengah jalan gini? Mau nyobain masuk ke selokan kaya Arkano?" tanyanya gemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang