6. Dikerjain?

4 0 0
                                    

Bohong jika Aqila mampu menutupi semua rasa sakit di kakinya dengan berjalan normal, nyatanya kaki sedikit pincang menjadi hal yang tak bisa ia hindari. Hal itu tentu saja memancing tanda tanya dari Martina. Nenek dari perempuan bertubuh mungil itu langsung cemas bukan main, takut cucunya baru saja mendapatkan hal-hal yang buruk.

Tak ingin membuat neneknya terus-terusan dalam ambang kecemasan, ia menceritakan bahwa dirinya hanya tersandung di trotoar dan hanya lecet sedikit. Tak perlu terlalu mengkhawatirkan karena dirinya masih baik-baik saja.

Walau begitu, Martina tidak mengizinkan cucunya itu untuk ikut dirinya berjualan malam ini. Ditambah besok adalah hari Senin, dimana jika anak itu kelelahan, bisa saja sampai jatuh sakit. Mau bagaimanapun Aqila membujuk, Martina tak akan mengizinkan cucunya itu ikut.

Maka dalam kesunyian yang membelenggu, gadis itu akhirnya jatuh pada rasa bosan. Ia baru saja menyelesaikan tugas-tugasnya untuk hari Senin dan Selasa, beberapa lembar kegiatan merangkum dan mengerjakan soal pilihan ganda sudah tertulis rapi di buku catatan dan buku tugasnya yang tersusun rapi di atas meja. Perempuan berambut lurus sepunggung itu bingung ingin melakukan apa lagi.

Netranya melirik ke arah kalender dimana pada hari Rabu, tepatnya tanggal 23, ada lingkaran merah pada tanggal tersebut. Tangannya mendekatkan kalender tersebut ke arah wajah, ada tulisan kecil dibagian tanggal tesebut. Seketika ia ingat bahwa itu adalah tanggal ulang tahun neneknya.

Kakinya melesat ke arah tas selempang yang ia gantung tadi sore, mengambil sebuah dompet dan melihat apakah uang sisa-sisa kehidupannya masih ada. Merasa masih kurang, laci meja yang menjadi tempat penyimpanan uang recehan akhirnya harus dikorbankan.

Menyiapkan sebuah isolasi dan gunting, kini ia bersiap untuk menghitung uang recehan yang selama ini ia simpan. Untuk pecahan uang seratus rupiah, Aqila mengisolasinya setiap genap seribu, sama seperti uang dua ratus rupiah. Sementara untuk pecahan lima ratus dan seribuan, di isolasi setiap berjumlah lima ribu. Berkutat dengan koin-koin recehan itu memakan waktu sekitar lima belas menitan, ditambah dengan menghitung uang kertas dalam tabungan guna memperbanyak uang yang bisa ia gunakan.

Dimasukkannya uang recehan dalam plastik hitam, kini ia siap untuk pergi ke mini market, membeli bahan-bahan untuk membuat kue bolu yang akan disulap menjadi kue ulang tahun ala kadarnya. Yang terpenting bukan perkara besar atau hasilnya bagus tidak, yang penting rasanya enak.

Udara malam cukup menusuk kulit, jaket yang dikenakan Aqila pun tak terlalu mampu menghalau cuaca dingin yang menyapa, tapi setidaknya lebih baik daripada hanya mengenakan kaus tanpa adanya pelindung tambahan. Satu-satunya mini market yang buka sampai malam adalah mini market yang tak terlalu jauh dari gangnya, tepatnya karena mini market tersebut berada di dekat jalan protol, jadi wajar saja jika buka sampai malam. Pilihan lain yang menyebabkan perempuan itu memilihnya juga karena mini market tersebut cukup lengkap.

Satu hal yang membuat Aqila tak terlalu suka pergi ke mini market, dingin. Sudah cukup ia dibuat kedinginan karena angin malam, kini harusnya ditambah dengan suhu ruangan yang lebih dingin akibat beberapa pendingin udara yang terpasang di dinding atas mini market.

"Ah, mulai lagi!" gerutu Aqila karena alerginya kumat. Tubuhnya bagian telapak tangan dan telapak kakinya akan terasa gatal untuk sementara karena suhu dingin yang diterimanya.

Mencoba bertahan, kakinya terus melangkah untuk mencari bahan-bahan membut kue bolu. Tepung, pengembang, cokelat bubuk, dan gula sudah ia ambil. Namun, fokusnya terhenti saat hendak mengambil susu cokelat, tiba-tiba ada suara yang tak asing menyusup indra rungunya.

"Iya, Mas. Bentar lagi aku udahan kok."

" ... "

"Iya, anak kita lagi di luar. Tadi aku menyuruh dia untuk menunggu sebentar."

Like SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang