Pemuda itu melambaikan tangannya mengiringi kepergian mobil yang baru saja ditumpanginya. Senyumnya terpatri hingga mobil itu berbaur dengan kendaraan lain dan pemuda itu berbalik menatap beberapa siswa dan siswi yang tampak berjalan sembari bercanda dengan teman-temannya. Tatapannya beralih menatap gedung berlantai lima yang akan menjadi tujuannya itu.
Pemuda itu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia mulai melangkahkan kakinya menuju gerbang. It's okay, everything will be okay. Ingatan tentang masalalu tidak akan lenyap begitu saja, tapi dia bertekad tidak akan membiarkan semua itu menghalanginya. Masalalu bukan untuk dilupakan, tapi dijadikan pembelajaran.
"Jisung, annyeong!"
"Annyeong!" Jisung tersenyum membalas sapaan segerombolan siswi yang merupakan teman sekelasnya.
Benar, semuanya akan baik-baik saja. Hari itu hanyalah sebuah ingatan buruk diantara sekian banyak ingatan di dalam otaknya. Tidak ada yang perlu ditakutkan.
Sejak Jisung mulai berangkat sekolah setelah cuti panjangnya, semuanya terasa berbeda. Teman-temannya yang kini mulai sering menyapanya, menanyakan apakah dia kesulitan atau tidak, dan mereka tidak pernah membiarkan Jisung diam termenung sendirian lagi. Walaupun sedikit menyebalkan karena Jisung suka kegiatan merenungnya tapi, sepertinya memang lebih baik jika dia banyak berinteraksi dengan teman-temannya.
Tidak ada lagi seseorang yang sering datang menganggu seperti Lim Jimin. Dia mendapatkan hukuman yang pantas dan tentu saja dikeluarkan dari sekolah. Entahlah apa lagi yang dialami Limji, Jisung sama sekali tidak ingin tahu. Sejak kejadian itu Jisung sama sekali tidak pernah bertemu Limji bahkan papanya, Lim Joonwoo.
Begitupun Kim Sangwoo dan Lee Geonu, keduanya tidak pernah menampakkan diri di depan Jisung. Dengan fakta bahwa Geonu telah memanggil polisi pada hari itu tentu tidak membebaskannya dari hukuman begitu saja. Tapi, Jisung berterimakasih kepadanya karena berkatnya polisi dan ambulans datang lebih cepat sehingga dia masih dapat bernapas sampai detik ini. Mungkin nanti Jisung akan menemuinya, jika sudah siap. Untuk saat ini, semua yang berkaitan dengan kejadian itu sangatlah sulit untuk dihadapi. Biarkan Jisung berdamai dengan masa lalunya sedikit demi sedikit.
"Lupakan apapun tentang Limji dan kejadian hari itu." Itu yang selalu dikatakan mamanya. Dan juga Chaerin.
Lee Chaerin. Gadis itu sangat rajin menjenguk Jisung selama dirawat di rumah sakit. Bahkan saat Jisung mulai berangkat ke sekolah, gadis itu jadi sering membuntutinya kemanapun. Jika ditanya risi atau tidak? Entah kenapa jawabannya tidak. Jisung menyukainya, setiap kalimat yang diucapkan gadis itu, pertanyaan-pertanyaan randomnya, topik pembicaraannya yang tidak pernah habis, dan segalanya tingkahnya itu sangat lucu. Dan dia selalu meyakinkan Jisung bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Jisung, tikus!" Jisung berjengit kaget. Sedangkan gadis yang kini berdiri disampingnya tertawa lepas. Kebiasaannya saat tertawa selalu memukul bahu orang lain. Tentu saja Jisung selalu jadi korbannya, seperti saat ini.
"Ekspresimu lucu sekali. Kamu kan tikusnya kenapa malah takut?"
Jisung memanyunkan bibirnya. Gadis itu memang senang sekali mengerjai Jisung. Kenapa dia suka menyamakan Jisung dengan tikus? Jisung sendiri tidak tahu. Dia juga tidak ingat kapan pertama kali gadis itu menemukan ide yang terlalu kreatif itu. Yang lebih menyebalkan lagi, teman-teman sekelasnya setuju dengan pendapat Chaerin.
"Chaerin dan Jisung, katakan saja kalian pacaran kan?!" cecar Herin bersama beberapa siswi yang merupakan teman sekelas Jisung. Mereka yang juga tampak baru datang memergoki interaksi keduanya.
"Tidak! Kita tidak pacaran." Jisung menjawab dengan sejujurnya. Karena kenyataannya tidak ada hubungan spesial dengan sebutan pacar diantara mereka. Tapi teman-teman mereka menganggap Jisung dan Chaerin berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nan Gwenchana [Park Jisung]
Fiksi PenggemarMemiliki banyak teman tapi tidak ada ketulusan dan hanya datang saat membutuhkan bantuan. Atau tidak memiliki satupun teman. Diantara keduanya Jisung tidak tahu mana yang lebih baik. Atau mungkin sama saja. Yang dia tahu pasti, tidak memiliki satupu...